Ternyata Suamiku Seorang Sultan - Bab 414 Orang Jepang

"Kedua wanita China ini terlalu pas. Jika perusahaan kami membuat film, pasti akan jadi lebih populer dibanding Aoi Sola." Seorang pria Jepang yang memakai kacamata berbicara dengan bahasa Jepang.

“Yah, hal itu pasti akan membuat industri AV Jepang naik ke puncak lagi.” orang Jepang satunya yang sedikit lebih kurus pun mengangguk, matanya tersirat maksud jahat.

"Aku dengan Tommy si banker kasino sedikit berteman. Haruskah aku mencarinya untuk meminta tolong untuk membawa kedua gadis ini ke perusahaan kita?" Pria berkacamata itu berkata.

"Kamu bisa mencobanya. Kamu bisa menelepon Tommy untuk melihat apa maunya terlebih dahulu. Bila kamu bisa membawa mereka berdua ke perusahaan kita, maka kita pasti bisa menghasilkan banyak uang." Pria kurus itu berbicara sambil mengangguk.

Setelah pria berkacamata itu mengeluarkan telepon, menekan nomor dan membicarakannya, kemudian dia menutup dan menyimpan teleponnya lalu membuat gerakan "OK" dengan jemari tangannya.

Kemudian keduanya bangkit dan berjalan ke Rendi Lu dan yang lainnya.

“Ketiganya juga pergi ke Kota Hamamatsu.” Keduanya duduk di samping Rendi Lu dan bertanya dengan sopan.

“Yah, ada apa?” Rendi Lu melirik kedua tamu yang tidak diundang itu dan berkata dengan ringan.

"Ah, kami hanya Kota Hamamatsu. Kali ini kami datang berwisata ke Offshore dan merasakan antusiasme kalian orang China. Ketika kalian pergi berwisata ke kampung halaman kami, kami juga dapat melakukan yang terbaik," kata pria berkacamata itu dengan antusias.

Rendi Lu memandang keduanya, walaupun mereka berdua memiliki kinerja yang baik, namun dari kedipan mata mereka jelas telah mengkhianati mereka.

Rendi Lu mencibir dalam hatinya, saat itu juga dia mengetahui bila keduanya pasti merencanakan sesuatu.

Dia dengan hati-hati memandang Keyla Xiao untuk mengetahui apakah hal tersebut diatur oleh Keyla Xiao.

Namun penampilan Keyla Xiao tidak ada yang nampak mencurigakan.

“Tempat wisata menarik apa yang kalian miliki di Kota Hamamatsu?” Sulan Chen bertanya dengan penuh rasa ingin tahu ketika dia mengetahui bila keduanya sebenarnya berasal dari Kota Hamamatsu.

"Ada banyak, ada tempat sembahyang, gunung merapi yang sudah mati, oceania dan sebagainya. Begitu kita tiba di Kota Hamamatsu besok, kami bisa menjadi pemandumu secara gratis." Mata pria kurus itu berubah cerah dan berkata dengan antusias.

"Sungguh tak enak hati," Sulan Chen menggelengkan kepalanya. Dia bukan datang untuk berwisata sama sekali, hanya berbasa-basi saja.

“Sama-sama, kami orang Jepang sangatlah ramah,” lelaki kurus itu berkata sambil tersenyum.

"Oh ya, ada program hiburan yang sangat menarik di basement lantai satu. Bagaimana kalau kita pergi bermain bersama?" Pria berkacamata itu mengusulkan.

“Program hiburan apa yang ada di sana?” Sulan Chen bertanya dengan rasa ingin tahu, dia sedikit bersemangat. Sekarang baru jam 8 malam, terlalu dini untuk tidur dan sangat membosankan untuk kembali ke kamar.

Kebetulan ada kesempatan untuk berinteraksi secara langsung dengan Rendi Lu, lebih baik lebih banyak keluar bermain.

"Ada nyanyian dan tarian, ada sirkus, tapi yang paling meriah adalah kasino Las Vegas, ayo kita pergi melihat-lihat, yakin kalian tak ingin kembali ke kamar untuk tidur lagi ketika kalian sudah bermain." Kata pria berkacamata saat menemui ketiganya setelah makan.

Sulan Chen sama sekali tidak tertarik dengan hal ini, namun jika dia bisa bermain dengan Rendi Lu, maka semuanya berbeda.

Jadi dia memandangi Rendi Lu.

Rendi Lu tahu bahwa kedua orang Jepang itu tidak baik, tetapi dia tak begitu peduli. Sekarang kembali ke kamar juga terlalu cepat dan dia tentu tidak bisa tidur, jadi dia mengangguk dan berkata, "Ayo kita pergi lihat-lihat."

Kedua orang Jepang itu tak menyangka ketiga orang ini sangat mudah dipancing, hati mereka sangat senang dan merasa bila tingkat keberhasilan mengenai hal ini lumayan tinggi, jadi mereka buru-buru berdiri dan membawa ketiga orang itu ke basement lantai satu.

Basement lantai satu dari kapal pesiar cukup luas, ada puluhan meja judi di seluruh aula, setiap meja judi dipenuhi dengan wisatawan, beberapa bermain Roulette, beberapa bermain Poker China, beberapa bermain dadu...

"Kalian juga bisa menukar beberapa chip, mainkan beberapa secara acak. Bila kamu kalah anggap sebagai hiburan, bila menang kamu beruntung." Pria berkacamata itu berbicara pada mereka bertiga lalu pergi ke meja kasir dan menggesek kartu untuk menukar 200juta chip.

Sulan Chen dan Keyla Xiao menggelengkan kepala, menandakan bila mereka hanya melihat-lihat.

"Lagian sudah datang, main saja beberapa kali." Rendi Lu tersenyum dan menukar 200juta chip.

Kedua orang Jepang meminta mereka untuk berjudi sangat jelas ingijn membohongi uangnya.

malasah curang, bahkan dia sendiri mengagumi dirinya, tentu saja dia tak takut dengan tipuan orang Jepang.

"Tidak menyenangkan bermain di aula, ayo pergi bermain di ruang pribadi." Pria yang agak kurus melihat Rendi Lu menukarkan chip dan berkata sambil tersenyum.

"Baiklah." Rendi Lu mengangguk kemudian mengikuti dua orang Jepang ke ruang pribadi.

Ruang pribadi sangat besar dengan dekorasi yang sangat mewah. Ketika beberapa orang memasuki ruang pribadi, mereka melihat ada lima atau enam orang duduk di atas meja besar, bermain dadu seperti sedang menebak nilainya besar atau kecil.

“Tommy.” Kedua orang Jepang itu mengangguk kepada banker yang merupakan pria paruh baya itu.

Ada bekas luka di wajah pria paruh baya itu yang terlihat menakutkan.

“Kalian rupanya, duduk dan bermainlah dua kali.” Tommy memandangi dua orang Jepang itu dan kemudian dengan cepat melirik ke arah Sulan Chen dan Keyla Xiao, kilatan matanya mengandung maksud jahat.

Jelas ini juga adalah pertama kalinya dia melihat kecantikan yang menakjubkan seperti Sulan Chen.

Sejak zaman kuno, Kota Yuzoda telah menjadi tempat di mana wanita cantik dilahirkan. Selain itu, Sulan Chen juga merupakan kecantikan level kelas satu di Kota Yuzoda. Tak heran jika pria paruh baya itu memiliki pikiran jahat.

“Mari duduk, duduk.” Pria berkacamata itu menyapa Rendi Lu bertiga untuk duduk di kursi kosong lainnya kemudian kedua lelaki itu juga duduk.

“Ariyu Yurishiro, ketiganya semua adalah temanmu, maukah kau memperkenalkan kami?” Pria dengan bekas luka itu melihat Rendi Lu bertiga, lalu berpikir bila kedua wanita memang benar cantik. Mengambil film saja adalah hal yang sia-sia.

"Oh, bila Tommy tidak mengatakannya, aku benar-benar lupa. Namaku Ariyu Yurishiro. Aku tidak tahu bagaimana memanggil kalian bertiga?" Pria berkacamata itu tersenyum dan bertanya dengan canggung.

“Aku Rendi Lu dan mereka berdua adalah temanku,” Rendi Lu mengangguk dan tidak bermaksud untuk memperkenalkan Sulan Chen dan Keyla Xiao, karena menurutnya hal itu tidak perlu.

"Haha, aku sangat senang bertemu dengan kalian bertiga pria tampan dan wanita cantik. Namaku Tommy, dan ini adalah teman-temanku. Kami juga berwisata ke Kota Hamamatsu, dan merasa bosan di malam hari. Bagaimana kalau semua orang bermain beberapa permainan?" Pria dengan bekas luka itu menatap Rendi Lu sambil tersenyum dan berbicara.

“Ya, malam yang cukup panjang, tidak mencari sesuatu hal untuk bersenang-senang tentunya membosankan.” Rendi Lu memandang si bekas luka sambil tersenyum dan berbicara.

“Haha, sepertinya adik laki-laki ini juga seorang yang berprinsip, maka Tommy pasti akan bersenang-senang dengan adik laki-laki ini malam ini, kamu suka main permainan apa?” Tommy juga tersenyum sambil berkata.

"Permainan dadu yang baru saja kamu mainkan tadi" kata Rendi Lu.

“Tebak besar kecil atau poinnya?” Tommy bertanya.

Tiga dadu di total seluruhnya, maksimum 18 poin dan minimum adalah 3 poin. Jumlah poin dari tiga dadu melebihi sembilan poin terhitung besar, dan kurang dari sembilan poin terhitung kecil. Jika tiga enam, itu adalah top dan dealer akan jalan.

“untuk permainan besar kecil dan permainan hitung poin masing-masing bagaimana bayarnya?” Rendi Lu bertanya sambil memandang Tommy dengan ringan.

“Untuk permainan besar kecil satu bayar dua, dan Untuk permainan hitung poin satu bayar sepuluh.” Tommy menatap Rendi Lu dan ekspresi tersenyum nampak di wajahnya.

“Kalau begitu tebak poin lebih menarik sedikit.” Rendi Lu mengangkat alisnya tersenyum.

Mata si bekas luka dan orang lain berbinar, mereka semua tersenyum tulus.

Novel Terkait

Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu