Ternyata Suamiku Seorang Sultan - Bab 295 Raja Judi

“Kalau begini, aku juga hanya bisa menebak.” ujar Roni.

Tidak bisa melihat petinjunya, sebenarnya ia juga tidak tahu dari pihak mana yang lebih hebat.

Tapi seperti ini juga seru, yaitu pertandingan seperti ini lebih mudah untuk memalsukan hasil akhir pertandingan.

Seperti pembeli pihak merah lebih banyak, kalaupun pihak merah lebih hebat dari pihak hitam, maka mereka juga harus memaksa pihak merah kalah.

Arena bawah tanah seperti ini, selain pertandingan kematian, biasanya ada pihak utama yang mengontrol mereka.

Ada lagi satu keadaan dimana kedua pihak menghabiskan banyak uang dan pihak satunya langsung membeli nyawa petinju itu, atau mengancam petinju itu. Kalaupun mati, ia juga harus kalah.

Tentu keadaan seperti itu jarang ditemukan.

Biasanya arena tinju hanyalah permainan kecil dan permainan besar hanya dimainkan oleh bos besar.

“Hmm. Kamu boleh coba menguji keberuntunganmu.” ujar Rendi sambil tertawa.

Roni berpikir dan berkata kepada wanita itu. “Dua miliar untuk pihak merah yang menang.”

Ia juga hanya bisa bertaruh pihak merah atau pihak hitam yang menang. Untuk bertaruh berapa tinjuan untuk mengalahkan pihak lawan, itu hampir persis dengan kemungkinan memenangkan lotre.

“Aku berani memastikan kamu akan kalah pada ronde ini.” ujar Rendi sambil tertawa.

“Mengapa?” Roni mengangkat alisnya, tidak percaya bahwa Rendi bisa menebak kejanggalan di dalam ini.

“Aku lihat di bawah sana tidak ada yang bertaruh begitu banyak, biasanya hanya dua empat puluh juta, bahkan tidak melebihi seratus juta. Sedangkan di lantai dua, juga hanya bertaruh dua ratus juta lebih dan kamu langsung bertaruh dua miliar. Ini menimbulkan kemenangan pihak merah lebih banyak.” ujar Rendi sambil tertawa.

Roni juga ikut tertawa dan berkata, “Aku hanya ingin melihat apakah mereka yang mengontrolnya.”

Ia tentu juga mengetahui keadaan ini. Ia langsung bertaruh dua miliar dikarenakan ia ingin mengetahui apakah arena ini juga melakukan kecurangan seperti itu.

Wanita itu memasang keterkejutan setelah mendengar percakapan mereka berdua. Ia tak sangka kalau mereka berdua hebat dalam ini.

Sepuluh menit berlalu dengan cepat, dua petinju juga sudah berada diatas panggung.

Rendi dan Roni menilai petinjunya dan menganggukan kepala mereka.

“Pihak merah memang terlihat lebih kuat.” ujar Roni.

“Hmm, kalau tidak dipalsukan, pihak merah akan dapat mengalahkan pihak hitam dalam sepuluh tinjuan.” ujar Rendi.

Wanita itu agak terkejut. Sebagai karyawan disini, ia tentu mengetahui kemampuan kedua petinju ini yang sebenarnya. Pihak merah memang bisa mengalahkan pihak hitam dalam sepuluh kali tinjuan.

Ia menatap Rendi terkejut.

Tapi pertandingan tidak berlangsung dengan yang mereka pikirkan. Pihak merah tidak hanya tidak dapat mengalahkan pihak hitam dalam sepuluh kali tinjuan, bahkan setelah sepuluh tinjuan, mereka mulai berpura-pura susah mengalahkan pihak hitam.

Lalu setelah tiga puluh kali tinjuan, pihak merah terkalahkan oleh pihak hitam.

Orang-orang yang terus menyemangati pihak merah menjadi sangat kesal dan memarahi pihak merah, bahkan ada orang yang bilang mereka melakukan kecurangan.

Sedangkan orang-orang yang membeli pihak hitam sangatlah bahagia.

Rendi dan Roni tertawa, seketika tidak merasa seru.

“Sayang sekali untuk ronde kali ini. Selanjutnya adalah...” Wanita itu berpura-pura tidak mengetahui Rendi mereka telah mengetahui permainan arena tinju mereka dan mulai promosi lagi.

“Kali ini kita bertaruh empat miliar untuk pihak merah.” ujar Roni.

Kedua petinju dari ronde tadi, pihak merah masih lebih hebat dari pihak hitam. Perbandingan kerugian adalah satu banding dua.

Tapi Roni telah analisa. Ia merasa pasti ada banyak orang yang merasa pemilik arena membuat kecurangan pada ronde tadi, jadi ronde selanjutnya banyak yang beli pihak hitam. Apalagi pihak hitam sekarang memiliki perbandingan kerugian satu banding lima, tentunya banyak orang yang bertaruh atas kemenangan pihak hitam.

Orang-orang yang ketagihan pasti akan masuk ke dalam pikiran pemilik arena, jadi Roni merasa pemilik arena pasti akan menang, kalaupun ia bertaruh empat miliar.

Setelah pertandingan dimulai, pihak merah memang mengalahkan pihak hitam dalam beberapa kali tinjuan. Banyak orang lagi yang bersorak sedih lagi di bawah panggung.

““Selamat, Pak. Anda memenangkan ronde kali ini dan mendapat dua miliar.” ujar wanita itu semangat.

Roni tertawa dan memberikan satu juta kepada wanita itu, sehingga wanita itu semakin semangat.

“Pak, Anda bersiap bertaruh kepada siapa untuk ronde kali ini?” Pandangan wanita itu teralihkan dan duduk semakin dekat kearah Roni.

“Kali ini masih pihak merah. Aku bertaruh seratus juta.” ujar Roni.

Petaruh tinju yang menang karena keberuntungan, juga tidak dapat membuatnya tertarik. Tapi ia akan kebosanan kalau ia pulang. Roni bertaruh untuk beberapa kali demi menghabiskan waktu.

Kemampuan pihak merah kali ini lebih hebat dari pihak hitam, tapi Roni kalah.

Tapi ratusan juta juga tidak berharga baginya. Beberapa ronde yang selanjutnya, ia bertaruh seratus juta dan sering menang jarang kalah, dengan cepat ia memenangkan satu miliar.

Saat ini, Rendi sedang terduduk di sofa sambil merokok. Ia terus melihat sekitar, tiba-tiba melihat Ariel datang ke lantai dua, ditemani dengan seorang pra berpakaian hitam.

Ariel dan pria berpakaian hitam itu berbincang dengan ria, tetapi mereka tidak menyadari keberadaannya dengan Roni.

Di belakang kedua orang itu, terdapat sepuluh orang berpostur tubuh besar yang berpakaian hitam. Semua orang sangat hormat kepada pria berpakaian hitam itu.

“Ia adalah pemilik arena tinju kita, Jenderal Jordan.” jelas wanita itu setelah melihat Ariel dan Jordan berdua.

“Ia adalah Jenderal Jordan, apakah ia adalah tokoh terkemuka di Distrik Kogang yang menjual bijih?” tanya Rendi.

“Benar. Ia bukan hanyalah seorang jenderal, ia juga mengurus banyak perusahaan besar, juga merupakan Kepala Distrik Kogang.” ujar wanita itu dengan hormat.

Rendi menganggukan kepalanya. Ia tidak sangka bahwa orang yang ingin mereka ketemu adalah seorang Jenderal.

Tapi Ariel mencarinya saat ini dan terlihat memiliki hubungan baik dengannya, jangan-jangan ingin menyuruhnya untuk membunuh kita?

Rendi mengangkat alisnya. Ia merasa kemungkinan ini sangatlah besar.

Apalagi setelah melihat mereka berdua berbincang ria, sepertinya mereka telah selesai negosiasi.

“Hmm. Kita tidak bertaruh lagi. Kamu keluar dulu.” ujar Roni sambil memberikan dua juta untuk wanita itu.

“Terima kasih, Pak. Boleh hubungi nomorku jika ingin bertaruhan lagi.” Wanita menganggukan kepalanya penuh terima kasih dan meninggalkan kartu nama untuk Roni, lalu keluar dari ruangan.

“Kupikir negosiasi esok hari agak susah.” ujar Roni pelan.

“Tak apa-apa kalau susah. Aku sekarang curiga kalau Ariel ingin menggunakan tangan Jordan untuk membunuh kita berdua.” ujar Rendi sambil pelan-pelan menyesap minumannya.

“Apakah besok kita lanjut negosiasi dengan mereka? Jordan itu terlihat jelas bahwa ia adalah bos besar Distrik Kogang dan menyebut dirinya sebagai Jenderal. Kurasa ia pasti memiliki banyak bawahan.” ujar Roni sambil melirik kearah Jordan yang berada di ruangan lain.

Meskipun kemampuan bela diri mereka cukup baik, tapi pihak lawan mereka pasti memiliki pistol. Apalagi kalau jumlah pihak lawan lebih banyak, setelah mereka pergi ke wilayah Jordan, mungkin saja belum tentu bisa keluar.

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu