Ternyata Suamiku Seorang Sultan - Bab 65 Meja utama

Wadge memiliki latar belakang keluarga yang begitu bagus dan sekarang murnya yang begitu muda sudah bisa menduduki jabatan kepala bagian, dan dia juga merupakan kepala dari bagian terpenting didalam biro industri dan perdagangan, dan pamannya juga seorang wakil pimpinan, membuatnya semakin bangga dan masa depannya begitu cemerlang.

“Hallo kepala Wadge !”

“Kepala Wadge ini kartu namaku !”

“Ayio kepala Wadge lama tidak berjumpa, malam ini kita tidak akan kembali jika tidak mabuk !”

Kedatangan Wadge pada saat itu membuat keramaian acara reuni semakin berada dipuncak lain, setidaknya ada 99 % orang yang datang kepadanya hanya sekedar untuk menyapa, kata-kata yang mereka lontarkan terlihat begitu segan dan penuh dengan kerendah hati Adrea.

Yuli yang berada disampingnya merasa begitu canggung, dan malam itu dia terlihat begitu cantik dan tidak ada yang bertegur sapa dengannya.

Kali ini dia merasakan betapa pentingnya kekuasaan itu.

Dimana perlakuan seperti ini sudah mendarah daging dihati setiap orang, entah apa yang kamu lakukan bisa menyatu dengan keadaan sekitar adalah pilihan pertama.

Meskipun tidak bisa memasuki kondisi lingkungan sekitar dia juga harus mencari cara agar bisa menyatu dan memiliki hubungan untuk menguatkan kekuasaannya.

Meskipun tidak ada hubungan untuk mengatasi sesuatu tetapi hal ini juga perlu dilakukan untuk harga diri.

“Kalian duduklah, kita semua adalah teman lama dan tidak perlu berbuat seperti ini.” Wadge memberikan reaksi kepada mereka semua yang mengerumuninya.

“Ayo sini, kita pergi ke ruangan sebelah, aku sudah mengatur untuk menyediakan makanan.” pada saat itu juga Adrea Zhao tiba-tiba datang dengan suaranya yang begitu menggelegar.

“Ayo kita keruangan sebelah.” Wadge juga mengatakan hal itu dan kerumunan itu mengikuti kemana Adrea pergi.

Wadge melihat sosok Rendi yang sedang duduk ditempatnya dengan tidak bergeming sedikitpun, dia tidak mengatakan apapun dan langsung mengikuti Adrea.

Salah satu ruangan lain sedikit lebih besar dan didalam terdapat 5 buah meja dan diatasnya sudah ditata 8 jenis sayuran ringan pembuka, hanya menunggu saat semua orang sudah datang maka makanan utama segera disajikan.

Setelah mereka saling berebut tempat duduk akhirnya mereka mendapatkan tempat duduk mereka masing-masing.

Meskipun tidak ada pembagian secara khusus, tetapi setelah melewati perbincangan santai yang terjadi sebelumnya mereka semua sudah mengerti dimana seharusnya mereka menempatkan diiri, semua paham akan posisi masing-masing.

Mereka yang bisa bergaul dengan baik tentu saja akan duduk bersama disatu meja, dan mereka yang tidak akrab maka akan duduk di meja lain.

Seperti meja utama mereka yang bisa bergaul dengan baik, Wadge, dia memiliki kekuasaan ditangannya, Adrea, dia bukan hanya seorang konglomerat tetapi dia juga memiliki perusahaan sendiri.

Mereka yang memiliki hubungan yang paling buruk adalah mereka yang memiliki potensi yang tidak terbatas dan dianggap sebagai orang semu sukses.

Linda sangat rendah hati saat dia mengobrol santai barusan dia mengatakan jika dia bekerja di bagian pemasaran, dan mereka semua mengira jika dia adalah seorang sales.

Meskipun dia dulu merupakan bunga kampus, tetapi bagaimanapun juga dia sudah menikah, jadi pada saat itu juga Wadge tidak memintanya duduk di mejanya.

Mereka sudah meninggalkan bangku kuliah selama 4 tahun, para murid yang dulu memiliki mimpi dalam diri mereka sudah mengalami begitu banyak pelatihan dikehidupan nyata.

Dan mimpi mereka pun berubah seiring berjalannya waktu.

“Ei, sudah tidak ada tempat lagi ?” Rendi dan Andez baru saja kembali dari toilet, mereka melihat jika selain meja utama sudah tidak ada tempat dimeja lainnya lagi.

“Ayo kita ke meja utama.” Rendi mengatakan dengan tenang.

Andez sedikit ragu-ragu tetapi keraguan itu dia tepis dan mengikuti Rendi yang berjalan menuju meja yang diduduki oleh Wadge.

Tidak ada tempat lagi dimeja lainnya, mereka tidak mungkin makan sambil berdiri.

Melihat Rendi dan Andez kedua orang miskin itu berani duduk di meja utama, dan orang lain yang melihatnya seketika menjadi tidak senang.

Mereka menunjukan senyum merendahkan.

Meja utama yang diduduki oleh Wadge masih ada 4 kursi kosong yang tersisa, Rendi dengan membawa Andez menarik 2 kursi kosong untuk mereka duduk.

4 orang yang sudah duduk dimeja itu melihat mereka dengan tatapan aneh. Meskipun tidak ada pembagian jelas mengenai tempat duduk dan tidak ada aturan siapa yang harus duduk dimana.

Mereka semua sudah dewasa asalkan memiliki pengalaman dalam bersosialisasi ataupun kesadaran diri, tentu saja mereka tahu jika mereka harus duduk dimana jika berada di acara saat ini.

Jika kamu ingin duduk dimeja utama maka kamu harus memiliki kemampuan dan kekuasaan, jika tidak dimata orang lain kamu dianggap tidak mengerti aturan.

Wadge melihat jika Rendi terlihat begitu tenang dan membuatnya mengerutkan keningnya, kemarin dia sempat mencurigai akan status Rendi, dan sekarang dia dengan beraninya duduk satu meja dengan dirinya, apa jangan-jangan kehidupannya selama ini berlangsung baik ?

Yuli malah memiliki pemikiran yang berbanding terbalik dengan Wadge, dia merasa jika Rendi hanya pandai membual yang beruntung bisa mengenal bos jade on 36, jadi membuatnya bisa mendapatkan pekerjaan dan dihormati di jade on 36, sebenarnya Rendi hanyalah seseorang pekerja lepas.

Dia sampai-sampai mencurigai jika Rendi sekarang hanya mengandalkan istrinya Linda untuk bertahan hidup.

“Rendi, bukankah kemarin kamu meminta tolong kepada Joan untuk membantumu mencari pekerjaan sebagai satpam ? Besok jangan lupa untuk datang lebih awal ke gedung perusahaan Wijaya.” Yuli berkata dengan tersenyum sedikit mengejek.

“Ya tuhan, Tidak mungkinkan Rendi, apa kondisimu seburuk itu ? hanya bekerja sebagai satpam saja harus meminta orang lain untuk membantumu ?

“Perusahaan kita juga sedang kekurangan satpam, apa kamu bersedia bersulang denganku, dengan begitu aku akan membantumu mendapatkan pekerjaan itu.”

Setelah mendengar perkataan Yuli banyak orang yang tersenyum mengejek.

Meskipun mereka semua begitu berpendidikan tetapi tidak seharusnya mengatakan sesuatu dengan sefrontal ini, tetapi siapa yang meminta Rendi dan Andez dengan tidak tahu diri duduk di meja utama.

“Linda, panggil suamimu kemari saja, meja kita masih cukup untuk duduk 2 orang lagi.” teman Linda menarik tangan Linda dan berbisik-bisik kepadanya.

Linda merasa begitu canggung, dan setelah berfikir sebentar dia hanya menggeleng tidak setuju.

Jika saat satu bulan yang lalu dia pasti akan meminta Rendi untuk datang kemeja dimana dia duduk.

Tetapi dalam beberapa waktu ini dia melihat perubahan dalam diri Rendi, dan dia mengenal Rendi dengan sisi yang lain, kepercayaan diri yang dimiliki oleh Rendi membuat kepercayaannya kepada Rendi meningkat.

Ditambah lagi Rendi sekarang juga merupakan konglomerat, jika uang semua orang yang duduk ditempat ini digabungkan, maka tidak bisa menandingi uang yang dimiliki oleh Rendi.

“Sudahlah tidak perlu memperdulikannya, dia berbuat seperti ini pasti karena memiliki alasannya sendiri.” Linda menggelengkan kepalanya.

“Linda, aku hanya mengingatkanmu, sungguh kamu pada saat itu lebih memilih Rendi dan melepaskan Wadge, mereka semua mengatakan jika seleramu begitu buruk, setelah lulus kamu malah menikah dengan Rendi dan saat mendengar berita itu semua orang mengira jika kamu sudah gila, kamu malah memilih seseorang yang tidak memiliki kemampuan dan membuat dirimu berada dalam penderitaan.” Hani mengatakan dengan sejujur-jujurnya.

“Aku merasa baik-baik saja, Rendi juga memperlakukanku dengan begitu baik.” Linda tersenyum selain beberapa waktu lalu saat putrinya sakit dan dirawat dirumah sakit membuat perasaannya begitu buruk dan selalu melampiaskannya kepada Rendi, kadang-kadang membuat Rendi begitu kesal dan mengakibatkan pertengakran diantara keduanya, selama pernikahannya beberapa tahun ini dia juga tidak memiliki penilaian yang buruk terhadap Rendi.

Meskipun dia berharap jika Rendi bisa mengahsilkan banyak uang dan menjadi orang sukses tetapi dia lebih mementingkan perasaan diantara keduanya.

Mendapat penolakan dari Linda seperti ini Hani juga tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Mendengar cemoohan dan sindiran dari mereka, meskipun mereka bersikap seperti itu terhadap Rendi tapi Andez pada saat itu merasa minder dan menundukan kepalanya, rasanya dia sedang duduk diatas duri dan membuatnya merasa tidak nyaman.

Rendi tidak memperdulikan perkataan mereka semua, dan dia memalingkan kepalanya kepada Yuli yang duduk disampingnya dan tersenyum tipis, “baiklah kalau begitu aku akan berterima kasih kepadamu.”

Sorot mata Yuli terlihat mencemooh tetapi Wadge malah terlihat kebingungan.

Apa aku saja yang berpikir terlalu banyak, dan Rendi adalah seseorang yang mengenal bos dari 36 saja ?

Adrea menggelengkan kepalanya, berdasarkan status yang dia sandang dan jika dibandingkan dengan Rendi yang hanya orang miskin maka benar-benar membuat dia kehilangan martabatnya.

Dia beranjak dari tempat duduknya, melihat kesemua orang, dia mengatakan dengan lantang. “Hadirin sekalian sebelum meminum anggur ini lebih baik rasanya jika kita meminta kepala Wadge untuk bersulang terlebih dahulu untuk kita semua.”

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu