Ternyata Suamiku Seorang Sultan - Bab 204 Memborong semuanya

"Apa hubungannya denganku?" Linda dengan wajah polos dan lugu, Rendi Lu itu suaminya, membelikan tas untuknya bukankah hal yang biasa?

"Huh, kamu tidak usah pura-pura bodoh, jika bukan karena kamu terlebih dahulu memberi uang kepada Rendi Lu, apakah dia sanggup membeli tas seharga 200 jutaan ini?" Wislina berkata sambil menyindir.

Dia melihat ke arah Linda, menggertakan gigi karena marah dan benci.

Seharusnya dia mendapat kesan yang baik dari Keluarga Amelia Wang, tak disangka akhirnya dia malah terjerumus dalam jebakan Linda, ini sama dengan membuatnya kehilangan muka dan reputasi.

"Kamu bilang Rendi Lu tidak mempunyai uang?" Linda tertawa, dia sama sekali tidak berpikir untuk menjatuhkan dan mempermalukan Keluarga Wislina.

"Linda, kamu kenapa bisa punya hati yang licik, terhadap saudara sepupu pun kamu ingin permainkan, aku benar-benar telah salah menilaimu!" Fenny berkata dengan wajah marah, jelas-jelas ini rencana putrinya, tapi dia malah menganggap Linda yang bersalah.

"Tante, kamu sudah lihatkan, selama ini kalian yang terus memamerkan, apa kami ada mengatakan sesuatu? apalagi masalah tas ini, Rendi Lu takut kalian malu, makanya sengaja menunggu ketika kita semua sudah keluar baru dia kembali kesini membelinya, setelah itu, aku tidak mau

membukanya, juga karena takut membuat kalian malu, tapi Wislina malah merampas dan membuka bungkusannya, apa ini semua salah aku? terakhir dia lihat tas itu adalah yang paling bagus dan mahal, lalu memfitnah Rendi Lu seorang pencuri, coba kamu jelaskan padaku, siapa sebenarnya yang licik?" Linda akhirnya mulai marah, ternyata Wislina tidak tahu malu, bahkan Fenny juga begitu, masih punya muka mengatakan Linda yang licik?

Jika bukan karena mempertimbangkan hubungan keluarga, mana mungkin dia masih memberikan kesempatan kepada Wislina untuk pamer?

Perkataan Linda membuat Wislina dan Fenny merasa kurang senang, dan semakin membuat mereka marah.

Karena perkataan Linda, setiap katanya adalah benar dan nyata, Wislina dan Fenny sendiri yang bodoh, mempermalukan diri sendiri.

"Huh, semua ini bukankah karena kamu yang selalu pamer kelebihan dihadapan saudara sepupumu? semua adalah saudara, tidak disangka kamu begitu keji dan licik!" Fenny berkata tanpa alasan untuk membuat keributan.

Linda semakin marah, sambil tertawa dia berkata: "tante, aku melewatinya baik atau tidak, aku sendiri yang tahu dan tidak perlu memberitahu orang lain, juga tidak akan pamer-pamer dihadapan orang lain, ada sebagian orang, punya sedikit uang, sudah merasa diri kaya, dan selalu ingin menunjukkan kepada dunia kalau dia orang terkaya."

Perkataannya ini membuktikan kalau dia menyindir Wislina yang suka pamer-pamer, Wislina begitu mendengarnya langsung merasa terlibat, dengan marah berkata:" memangnya kenapa kalau aku suka pamer? pacarku punya uang, dia seorang bos, jadi ada masalah kalau aku suka pamer? tidak seperti sebagian orang, punya suami, hanya seorang satpam, bahkan membeli sebuah tas saja pakai uang istri, benar-benar tidak berguna! "

Wislina menatap Rendi Lu dengan maksud menghina dan meremehkannya, seperti menganggapnya tidak berguna.

Rendi Lu tertawa, dia sama sekali tidak ingin berdebat dengan Wislina, tapi tak disangka Wislina jadi semakin tidak tahu aturan dan sewenang-wenang.

"Tolong bungkus semua tas yang ada di toko kalian ini, aku beli semuanya." Rendi Lu tiba-tiba berkata kepada petugas kasir.

"Hah?" petugas kasir terkejut, jika ditotalin harga semua tas yang ada di toko ini, paling sedikit sekitar 8 milyaran, dia menginginkan semuanya?

Karyawan satu lagi juga terbengong, kak, kamu ini serius atau bukan.

"Rendi Lu, kamu ingin membuat lelucon ya, kamu mau membeli semua tas yang ada disini, kalau begitu bisakah kamu buktikan kepadaku?" kata Wislina menyindir.

Semua tas disini tidak usah dikasih tahu harganya juga milyaran, Rendi Lu berbicara dengan nada yang sombong dan tinggi, bukankah ini bisa membuatnya malu dan bahkan seluruh keluarganya?

"Tuan, kamu yakin dan tidak sedang bercandakah?" gantian, petugas kasir yang bertanya.

"Menurut kamu apa aku kelihatan seperti sedang bercanda?" Rendi Lu berkata sambil mengeluarkan kartu atm nya, dan meletakkan di atas meja kasir.

"Hah? mau beli semuanya, tapi total harga semuanya 8 milyaran? " petugas kasir dan karyawan satu lagi saling bertatapan, begitu banyak barang, walaupun memang sanggup dibeli semuanya, apakah bisa terpakai semua?

"Kenapa kalian masih bengong saja? kenapa tidak cepat bungkus semua tas yang ada disini?" Wislina berteriak dengan marah dan kesal.

Dalam hatinya marah, dan semua kesalahpahamannya terhadap Rendi Lu, membuatnya sampai benar-benar gila.

Tidak kepikiran baginya kalau Rendi Lu akan membeli semua tas yang ada di toko ini, semua ini bukankah sangat keterlaluan dan sudah mempermalukannya?

Dia masih tidak percaya, Rendi Lu akan membeli semua barang yang ada di toko ini.

Ini 8 milyaran harganya.

Anggap saja Rendi Lu itu benar seorang satpam saja, bahkan jika dia adalah pengawal di Kompleks Citra Budi , juga tidak mungkin punya uang sebanyak itu.

Melihat karyawan membungkus barang-barang, wajah Wislina tersenyum puas, dia menunggu waktu Rendi Lu tidak sanggup untuk membayar semuanya, dan bagaimana akhirnya.

Beli semuanya?

Sungguh sangat berani dan nekad.

Wislina hanya berpikir adegan paling terakhir, dia tidak sabar lagi ingin tersenyum penuh kemenangan.

Dibandingkan dengan Wislina yang senang di atas petaka dan musibah orang lain, Royjie Xu malah mengerutkan kening.

Dia bisa punya perusahaan, tidak sama seperti Wislina yang tidak tahu apa-apa.

Rendi Lu berani mengatakan ini, pasti dia sudah merasa punya kemampuan dan sanggup untuk membelinya.

Hanya saja Wislina tidak tahu, dia sudah dikelabui, dan sedikitpun dia tidak berpikir tentang identitas Rendi Lu.

"Adik kedua, kamu tidak menghentikan Rendi Lu, membiarkan dia membuat keributan, dia sudah menyuruh karyawan membungkus semua tas yang ada disini, jika nanti dia tidak sanggup bayar, apakah petugas sini akan membiarkannya begitu saja? " Fenny sedikitpun tidak percaya kalau Rendi Lu punya kemampuan untuk membeli semua tas yang ada disini.

Melihat karyawan tersebut sibuk sampai berkeringatan, Fenny malah berkata dengan senang diatas kesusahan orang lain.

Saat Rendi Lu tidak sanggup membayar semuanya, bisa dipastikan, karyawan disini tidak mungkin membiarkan Rendi Lu begitu saja, selain itu mereka akan melaporkannya ke polisi, bukan hanya memalukan, tapi juga harus mengganti rugi semuanya.

"Hah, bukan masalah bagi menantuku membeli plaza ini." Amelia Wang mendengus, dia sangat yakin pada Rendi Lu. Dia tahu Rendi Lu mempunyai banyak uang, hanya beberapa milyar baginya bukan masalah yang besar.

Mengenai membeli plaza ini, semua itu hanya kata-kata emosi yang terucapkan, tapi setelah menunggu Rendi Lu melakukan pembayaran, dia bisa tidak membeli plaza itu sudah tidak jadi masalah baginya.

"Aku hanya takut nanti dia tidak sanggup membayarnya, dan dilaporkan ke polisi, malam ini kalian terpaksa nginap di kantor polisi", Fenny tertawa, matanya penuh rasa senang di atas penderitaan mereka.

Katanya semua adalah saudara, tidak disangka yang terjadi, semua berubah menjadi saling bermusuhan.

Rendi Lu menggeleng-geleng kepala, dia merasa orang-orang Keluarga Wang semua sifatnya sama sudah turun-temurun.

Amelia Wang seperti ini, Wislina juga, Fenny juga sama.

Masalah hari ini, dia sudah beberapa kali mengalah karena memandang status saudara, terus-menerus tidak berkata apa-apa, tak disangka Wislina malah selangkah demi selangkah membuatnya marah.

"Tuan, sudah selesai, 9 milyar 80juta, kasih kamu potongan, total 9 milyar, silahkan gesek kartu." Petugas kasir menyeka keringatnya, lalu berkata dengan nafas terengah-engah.

9 milyar!

Wislina dan yang lainnya memandang Rendi Lu dengan penuh lelucon, mau melihat bagaimana respon dia.

Rendi Lu mengangguk-angguk kepala, mengeluarkan kartu atm dan menggeseknya, kemudian memasukkan nomor PIN.

Melihat Rendi Lu berhasil melakukan pembayaran, Wislina dan yang lainnya langsung melotot, sama sekali tidak berani percaya.

Dia benar-benar putus asa!

Dengan wajah pucat dan lesu dia terduduk di lantai, tidak bersemangat lagi.

Sebenarnya hari ini dia ingin mengembalikkan reputasinya di hadapan Amelia Wang.

Tapi pada akhirnya,

Dia sendiri yang membuat dirinya malu.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu