Ternyata Suamiku Seorang Sultan - Bab 294 Jendelar Jordan

Rumah Besar Organisasi Black Dragon.

“Jenderal Jordan, mereka berdua akan datang negosiasi dengan kalian. Kalau kamu membunuh mereka berdua, keluargaku akan memberikan 200 miliar untukmu.” ujar Ariel sambil mengeluarkan dua lembar foto ke hadapan Jordan, Bos besar Organisasi Black Dragon.

Organisasi Black Dragon merupakan pengusaha perantara yang akan bekerja sama dengan Rendi dan Roni, juga merupakan organisasi di Distrik kokang.

Awalnya mereka bekerja sama dengan Keluarga Zuo, tapi siapa sangka Keluarga Zuo mengalahkan perjanjian mereka.

Tapi mereka juga tidak peduli. Hal yang mereka peduli adalah siapa yang mengeluarkan uang lebih banyak, maka mereka akan bekerja sama dengan orang itu.

Jordan memakai setelan tentara. Di bahunya terdapat tanda kepangkatan militer.

Tentunya itu adalah hasil buatannya. Bagi pemerintah, mereka hanyalah pasukan brandal.

Ia mengambil foto dan meletakkan foto kembali di meja. Ia mengeluarkan sebatang rokok cerutu dan dinyalakan. Ia berkata setelah menghisap rokok. “Mereka bisa merebut perjanjian dengan keluargamu, berarti kemampuannya lebih hebat dari keluargamu.”

Ariel tersenyum tipis dan berkata, “Keluargaku merupakan salah satu dari empat keluarga besar, memiliki dasar yang kuat. Ia hanyalah pengusaha kaya, bagaimana bisa dibanding dengan keluargaku?”

“Perjanjian jatuh di tangannya hanyalah kesalahan kecil. Sedangkan keluargaku tidak menyerangnya karena anak itu dan Nicholas ada hubungan. Kalau tidak, ia sudah mati sekarang.”

Ariel tidak bodoh. Kalau ia sekarang memberitahu Rendi sangat kuat dan mengakui mereka bukanlah musuh Rendi, Jordan pasti akan meminta banyak uang kepadanya.

Ini merupakan salah satu cara negoisasi. Jordan pintar dan ia juga tidak bodoh.

“Haha, baik. Aku percaya lagi kepadamu kali ini, tapi aku ada sebuah syarat.” ujar Jordan sambil tertawa.

Ia tidak tahu Rendi, tapi ia tahu jelas kemampuan dan keberadaan Keluarga Zuo di Kota Yuzoda. Lagipula analisa Ariel juga sama sekali tidak salah.

“Silahkan Jenderal Jordan memberitahu.” Ariel mengangguk. Selain 200 miliar, ia tahu ingin menyuruh Jordan untuk membunuh Rendi dan Roni, juga harus membutuhkan bayaran yang lain.

Tapi kalau kali ini bisa membunuh Rendi dan Roni, mau ia harus membayar 200miliar lagi, ia juga merasa berguna.

“Harga bijih untuk kalian naik dua puluh persen.” ujar Jordan sambil tersenyum tipis.

Ariel berkerut alis pelan. Ditambah dua puluh persen yang kemarin, maka keuntungan mereka akan berkurang dua puluh persen. Ini bukanlah nilai yang kecil dan ini harus dihitung dalam miliar.

“Jenderal Jordan terlalu kejam seperti ini. Bisnis kita di Kota Yuzoda sedang menurun, sama sekali tidak ada keuntungan.” ujar Ariel.

“Pak Ariel tidak jujur juga. Kalian baru saja mendapat peringkat kedua di acara batu judi China kemarin. Nama kalian menjadi lebih terkenal dan pasar kalian akan menjadi lebih baik. Sedangkan kamu sekarang bilang pasar kalian sedang menurun?” ujar Jordan sinis sambil menghisap rokok cerutunya.

Jordan memiliki beberapa pertambangan bijih. Ia melakukan bisnis bijih, tentunya ia harus menaruh perhatian kepada pasar bijih di seluruh dunia. Acara batu judi di China sangat sangatlah terkenal dan seluruh dunia menayangkannya, ia tentu mengetahui jelas isi acaranya.

Bahkan ia juga menontonnya secara langsung.

Ariel mengangkat alisnya. Ia tak sangka kalau Jordan juga menaruh perhatian pasar bijih di China.

“Sepuluh persen, tidak boleh lebih lagi. Kalau minta lebih, kita hanya bisa meminta kerja sama dengan yang lain.” ujar Ariel.

“Baik, aku terima.” Jordan terbahak-bahak, lalu menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Ariel.

Ariel tersenyum pahit.

Kerja sama hari ini agak gagal. Pihak sini menaikkan harga impor dan mereka sana juga pasti harus menaikkan harga, sehingga ini membuat pasar perhiasan menjadi tidak stabil.

......

Saat Rendi dan Roni tiba di arena bawah tanah, pertandingan telah dimulai.

Rendi memberi tiketnya kepada seorang wanita. Wanita itu melihat dan menggunakan bahasa mandarin berbicara dengan lancar. “Mohon kalian berdua datang bersamaku.”

Ucapnya sambil membawa Rendi mereka ke lantai dua.

Tiba di lantai dua, mereka baru menyadari bahwa di lantai dua penuh dengan ruang VIP, sedangkan di lantai satu sama sekali tidak ada tempat duduk.

Arena berada di tengah lantai satu, merupakan panggung yang setinggi dua meter lebih, berbentuk persegi dengan ukuran sepuluh meter persegi.

Saat ini ada dua orang petinju yang sedan bertanding diatas panggung. Para penonton sedang menyemangati petinju yang mereka sukai dengan bahagia.

Rendi mereka melihat kemampuan dua petinju itu, lalu tidak lanjut menontonnya.

Terlalu lemah.

“Permisi, apakah kalian butuh taruhan? Kalau taruhan, seluruh minuman disini gratis.” Wanita cantik itu promosi.

“Bagaimana cara untuk bertaruh?” tanya Rendi.

“Ini adalah data kedua petinju selanjutnya. Kalian boleh lihat dulu.” Wanita itu mengeluarkan sebuah tablet dan menekan data dua orang petinju.

Rendi melihatnya sekilas. Dengan penjelasan data-data disini, pihak merah lebih kuat dari pihak hitam, jadi perbandingan kemenangan pihak merah adalah satu banding dua, sedangkan pihak hitam adalah satu banding empat.

Lalu dibawah sini bisa menebak berapa kali pukulan pihak merah untuk mengalahkan pihak hitam. Jumlah perbandingan kekalahan bisa setinggi satu banding empat puluh.

Begitupula dengan pihak hitam.

“Bawakan taruhan sejumlah empat puluh miliar untukku.” ujar Rendi.

“E-empat puluh miliar ?” Wanita itu agak terkejut. Meskipun orang yang datang berjudi disini sangat banyak dan sebagian besar adalah pengusahan besar, tapi biasanya mereka hanya bertaruh dari puluhan juta hingga ratusan juta. Ia baru pertama kali melihat yang seperti Rendi, sekali menghabiskan puluhan miliar.

“Iya.” Rendi mengangguk.

“Baik, Pak. Mohon ditunggu.” Pelanggan besar seperti ini, tentu ia harus menghormatinya.

Wanita itu dengan cepat membawakan Mesin EDC. Di belakangnya terdapat seorang pemuda yang membawa nampan. Di ddalam nampan itu terdapat taruhan yang terletak diatas meja.

“Pak, ini adalah taruhan yang Anda inginkan. Mohon Anda gesek kartunya.” Wanita itu dengan sopan memberi Mesin EDC kepada Rendi.

Rendi melihat di nampan itu ada dua ratus miliar, lalu langsung membayarnya.

“Semoga taruhan kalian menang, Pak.” ujar wanita itu lalu memberikan mesin EDC kepada pemudanya. Sedangkan ia berdiri di belakang Rendi dengan hormat sambil membawa tablet.

Dengan cepat, para pelayang membawakan minuman. Ada sebotol anggur, entah itu asli atau palsu. Tapi Rendi langsung mengetahui bir itu palsu setelah ia cium, karena bir itu telah dicampur dengan air.

Tapi kalau kamu ingin mendapat yang asli di tempat seperti ini, kecuali kamu harus kenal dengan manajer ataupun pemiliknya, kalau tidak kamu pasti belum tentu dapat.

“Pak, masih ada sepuluh menit lagi. Maaf bagaimana Anda ingin membelinya?” ujar wanita itu kepada Rendi setelah pertandingan di panggung sana selesai.

“Tidak buru-buru. Tunggu mereka keluar saja baru beli.” ujar Rendi.

“Pak, setelah petinju keluar, Anda tidak boleh membeli lagi. Ini adalah peraturan dari perusahaan kita.” ucap wanita itu merasa bersalah.

Rendi mengangkat alisnya dan menoleh kearah Roni berkata, “Kalau gitu, kamu saja yang main.”

Awalnya ia ingin menunggu petinjunya keluar terlebih dahulu, setidaknya ia bisa mengetahui kemampuan petinju mana yang lebih hebat.

Kalau pihak mereka ada peraturan ini, maka ia seketika juga kehilangan ketertarikannya.

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu