Ternyata Suamiku Seorang Sultan - Bab 10 Kartu VVIP

“Ada apa? Apakah terlalu memaksa diri? Mohon Anda segera bayar!” sindir pelayan itu setelah melihat Rendi terdiam melihat dompetnya.

Sejak awal, ia memang tidak percaya Rendi bisa membayar seratus juta itu. Saat ia melihat tidak adanya kartu ATM di dompet Rendi, sehingga ia mulai menertawakan Rendi.

Sepasang suami istri itu akhirnya juga bisa menghela nafas.

Sebenarnya tatapan Rendi yang sangat percaya diri sungguh mengejutkan mereka berdua.

Mereka telah mengeluarkan kata-katanya, kalau Rendi bisa membeli semuanya pakaian di toko ini, maka mereka akan berlutut untuk meminta maaf dan satunya lagi berlutut sambil menjilat sepatunya.

Meskipun akhirnya mereka tidak mungkin mengabulkan janji mereka, tapi itu juga sangat memalukan.

“Aduh, sepertinya ia kebanyakan gaya. Jangan-jangan kamu menganggap kartu identitasmu sebagai kartu ATM. Kalau begitu, sungguh memalukan.” ujar pria dewasa itu.

“Tadi kita telah mengingatkanmu, bahwa orang yang berkemampuan untuk bergaya baru keren, sedangkan kamu sekarang itu memalukan.” ujar wanita itu menyindir.

“Kiki, ayo kita pergi.” Lissa sudah tidak kuat untuk mengocehinya. Ia tidak ingin lagi melihat Kakak Iparnya, sangat memalukan.

“Aku ingin bersama dengan Ayah.” Kiki menggelengkan kepalanya dan menarik ujung pakaian Rendi, tidak ingin pergi.

Lissa sungguh kasihan kepada Kiki. Ia hanay bisa melototi Redni dengan kesal. “Kak Rendi, kapan kamu ingin bawa Kiki pergi setelah dipermalukan begitu lama?”

“Astaga, mungkin saja Kakak Iparmu suka tersiksa dan sangat suka dipermalukan orang.” Rian pun juga ikut menyindir.

Ia sungguh bahagia selama dua hari ini.

Setelah ia berpura-pura bantu mendapatkan bisnis besar untuk Amelia, sikap Lissa kepadanya beberapa hari ini sungguh berubah banyak.

Meskipun Lissa belum setuju untuk menjadi pacarnya secara resmi, tapi Lissa sudah tidak menolak lagi berkencan dengannya.

Jadi bagi dirinya, sama sekali tidak sudah untuk mendapat Lissa, paling hanya membutuhkan beberapa waktu lagi.

“Ayo pergi Lissa. Kakak Iparmu sungguh tidak tertolong lagi. Jangan membiarkan banyak orang yang mengira kita datang bersama dengannya.” ucap seorang wanita yang menggelengkan kepala sambil menatap remeh.

Wajah Lissa sangatlah panas. Ia sama sekali tidak peduli kalau Rendi di permalukan, tapi ia peduli kepada Kiki.

Meskipun Rendi sangat tidak berguna, tapi satu keluarganya sangat menyukai Kiki. Kiki tidak mau pergi, ia juga kurang baik untuk membawa Kiki pergi.

“Tuan, apakah Anda lupa untuk membawa kartu ATM?” tanya pelayan itu dengan curiga.

“Iya, tunggu sebentar. Aku akan menyuruh orang membawakan kartu ATM untukku.”

Anaknya menyukai pakaian itu, maka ia harus membelikan pakaian itu. Itu sudah tidak berkaitan dengan ia dipermalukan atau tidak.

“Apakah kamu bodoh, Rachel? Kamu masih percaya kepada omong kosongnya?” sindir pelayang pertama.

Pelayan yang dipanggil Rachel itu hanya bisa tertawa pahit. Sebenarnya ia juga tidak percaya lagi kepada Rendi.

Tapi ia juga harus menjaga prinsip pekerjaannya. Meskipun Rendi akhirnya tidak membeli apapun, ia juga tidka akan mengatakan apapun.

“Tuan, kalau Anda masih belum membayar, mohon Anda segera tinggalkan tempat ini. Jangan mempengaruhi bisnis kita.” ujar pelayan pertama dengan cuek.

“Berpura-pura kaya akan di sambetrpetir. Lebih baik sekarang Anda keluar, mungkin masih bisa menjaga mukamu. Jangan menunggu nanti banyak orang yang datang melihat, mungkin saja Anda nanti lebih memalukan.” wanita tua itu menggelengkan kepalanya. Setelah melihat Rendi yang ‘sebenarnya’, ia juga telah hilang ketertarikannya.

Rendi menatap wanita kaya itu sekilas, baru saja ingin mengeluarkan telepon menghubungi Alex, lalu ia melihat seorang pria botak mendekatinya.

“Ternyata Pak Calvin yang datang.” Pria dewasa itu langsung mendekati si botak itu dengan senyuman.

Si botak itu melirik pria dewasa itu sekilas, sama sekali tidak menyapa balik dan berjalan menuju Rendi.

Pria dewasa itu seketika canggung, tidak mengerti apa yang harus ia lakukan.

“Siapakah ia, sayang?” tanya wanita kaya itu berkerut alis sambil bertanay dengan suara pelan. Suaminya juga merupakan orang yang memiliki koneksi luas. Tapi siapa sangka kalau si botak itu tidak memberi muka untuk suaminya, sehingga ini cukup membuatnya kesal.

“Calvin alias Direktur pemilik plaza ini. Di belakangnya ada mendapat bantuan dari Perusahaan Wijaya.” ucap pria dewasa itu pelan.

Wanita kaya itu mengangguk, ternyata orang itu merupakan tokoh besar, pantas tidak memberik muka untuk suaminya.

Tidak perlu bilang Perusahaan Wijaya, bahkan mereka sangat susah untuk datang ke plaza ini, demi menyewa sesuatu.

”Jangan-jangan ia juga datang untuk membeli pakaian anaknya?” ucap wanita kaya itu curiga sambil melihat kepergian Calvin ke kasir.

“Seharusnya iya.” Pria dewasa itu mengangguk dan saat ini Calvin telah tiba dihadapan Rendi.

“Tuan Muda Rendi, ini benar-benar dirimu. Kukira aku salah lihat.” Si botak itu menatap Rendi dengan hormat.

“Kamu adalah...” Rendi menatap Calvin dengan bingung.

”Namaku adalah Calvin, merupakan penanggung jawab Thamrin Plaza.” balas Calvin dengan sopan.

Beberapa hari yang lalu, Alex sudah mengumpul seluruh pejabat tinggi Perusahaan Wijaya untuk rapat bersama. Inti dari rapat ini bertujuan untuk mengumumkan masalah Rendi meneruskan warisannya dan menunjukkan berbagai foto Rendi, agar semua pejabat tinggi lebih hormat. Jangan mencari masalah dengan pemimpin mereka.

Sebagai penanggung jawab Thamrin Plaza, Calvin tentu juga menghadiri rapat kali itu.

Jadi melihat Rendi datang belanja di plazanya, ia terburu-buru datang untuk menyapa.

Lissa mereka tidak mengenal Calvin, jadi mereka sama sekali tidak ada reaksi.

Tapi raut wajah pria dewasa itu seketika berubah setelah melihat Direktur plaza ini begitu menghormati pemuda yang ia tertawakan.

Apakah status orang itu, sehingga Calvin juga harus membungkuk untuk menghormatinya? Apakah ia merupakan tokoh besar di Perusahaan Wijaya?

“Oh, aku tahu.” Rendi mengangguk. Setelah meneruskan warisan keluarganya , ia tentu mengetahui bisnis apa saja yang berada dibawah miliki Perusahaan Wijaya. Jadi ia sama sekali tidak terkejut kalau Calvin mengenalinya.

“Tuan Muda, ini merupakan kartu VVIP satu-satunya yang dimiliki Thamrin Plaza. Lain kali Anda boleh datang berbelanja dengan menggunakan kartu ini, bebas memilih apapun. Plaza kita akan membayar kepada pemilik toko di akhir bulan.” ucap Calvin sambil mengeluarkan selembar kartu berwarna emas ungu kepada Rendi.

Rendi menerima kartu itu dan bertanya, “Apakah aku bisa menggunakan kartu ini membeli seluruh pakaian di toko ini?”

“Boleh, hanya perlu menunjukkan kartu ini, Anda boleh membawa semua barangnya.” Calvin mengangguk kepalanya. Kartu VVIP ini melambangkan status seseorang. Awalnya dirancang untuk menunggu kedatangan hari ini.

“Baik, kalau begitu tolong bungkus seluruh pakaian anak perempuan disini. Untuk pakaian anak laki-laki, disumbang saja ke panti asuhan.” ujar Rendi.

Kedua pelayan itu tercengang dan membutuhkan waktu lama untuk tersadar kembali.

Rendi tidak membawa kartu ATM, tapi kartu VVIP ini lebih berguna dari kartu ATM.

Saat seluruh karyawan plaza ini menerima pelatihan, diminta untuk mengingat selembar kartu VVIP itu dan menyuruh mereka tidak boleh menerima uang dengan menunjukkan kartu VVIP ini, walaupun harga barang itu sangatlah mahal. Biasanya di setiap area plaza ini akan memasang video kartu VVIP ini, sehingga mereka sangat mengingat ini.

“Mengapa kalian masih diam disana? Cepat bungkuslah!” Calvin menegur pelan kepada dua pelayan yang terdiam disana.

Mereka berdua reaksi kembali dan segera membungkus seluruh pakaian anak perempuan, bahkan kasir pun ikut serta membantu mereka membungkus, setelah selesai menghitung total pembelian.

Sedangkan Calvin mengeluarkan teleponnya untuk menyuruh orang membawa pakaian anak laki-laki ke panti asuhan.

Saat tatapan Rendi pelan-pelan teralihkan kepada sepasang suami istri itu.

Novel Terkait

 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu