Ternyata Suamiku Seorang Sultan - Bab 66 Kekecewaan Rendi

Semua orang mengiyakan apa yang Andez katakan, dan meminta Wadge untuk mengatakan dua patah kata.

“baiklah kalau begitu, aku akan mengatakan beberapa patah kata.” Wadge juga tidak menolak lagi, dia beranjak dari tempat duduknya dengan mengangkat gelas anggurnya, pandangan matanya entah disengaja atau tidak melihat ke arah Rendi, dan tersirat rona bangga di dalam matanya.

Kemarin dia sedikit mencurigai akan status Rendi, tetapi sekarang dia merasa jika Rendi hanyalah orang biasa dan seperti apa yang terlihat, teringat saat dulu ternyata dia dikalahkan oleh seseorang yang begitu miskin membuat perasaannya begitu kesal.

“teman teman sekalian, 8 tahun lalu kita berada di dalam kelas yang sama, kita bersama dalam waktu 4 tahun, ini adalah takdir yang tuhan tetapkan untuk kita semua. Waktu itu kita duduk di pinggir jendela yang saat musim dingin akan terasa sangat dingin, dan sekarang kita bersama dalam kehangatan, entah seberapa kencang angin yang menerpa kita, guyuran hujan sederas apapun, dan seterjal apa jalanan yang kita tempuh, kita semua akan menjadi pendukung yang akan menguatkan satu sama lain. Ayo teman temanku semua, demi pertemanan berharga kita, cheers!”

“cheers!”

Hampir semua orang mengangkat gelas dan menyodongkan ke arah Wadge untuk saling bersulang.

Sebenarnya Andez juga ingin beranjak dan bersulang, tetapi dia melihat Rendi yang masih tidak bergeming membuatnya ragu dan dia hanya duduk dengan tenang.

Wadge meletakkan gelasnya di atas meja, dia melihat Rendi dan Andez yang tidak bergeming, seketika membuat pandangannya menyiratkan tatapan penuh cemoohan dan merendahkan, membuatnya tidak senang.

Selanjutnya, setiap orang mulai bersulang satu sama lain.

“Pak Wadge memanglah berbeda, kata sambutan pun benar benar berkelas, aku dulu juga pernah mendengar pimpinan yang mengatkan sambutan saat memulai acara minum, tetapi tidak satupun dari sambutan yang mereka katakan lebih baik dari apa yang Pak Wadge katakan.” Yuli berkata dengan senyum ramah.

“aku hanya mengatakan apa yang terlintas di dalam benakku saja, jangan memujiku seperti itu.” Wadge berkata merendah.

“mengatakan apa yang terlintas di dalam benak saja bisa sebagus itu, benar benar berkelas.” Adrea tertawa lebar.

“tentu saja, ayo kita bersulang untuk Pak Wadge.” Salah satu laki laki disampingnya kembali menambahkan.

Mereka bertiga mengangkat gelasnya bersulang untuk Wadge.

Setelah mereka bersulang, mereka melihat Rendi dan Andez yang minum sendiri, membuat mereka mengerutkan kening mereka karena merasa heran akan sikap yang mereka tunjukkan.

“Rendi, Andez, sebelumnya kami bisa membiarkan kalian yang tidak bersulang bersama, sekarang kalian masih tidak bersulang untuk menghormati Pak Wadge, apa kalian merasa jika kehidupan kalian sudah sangat hebat?” seseorang bertanya dengan keheranan.

“bersulang itu bukan hanya untuk mereka yang memiliki kehidupan yang cemerlang saja kan?” Rendi mendongakkan kepalanya dan berkata dengan begitu tenang.

“apa maksudmu jika Pak Wadge masih tidak pantas untuk kalian ajak bersulang?” Yuli mulai mengejek.

“siapapun pantas untuk kita ajak bersulang, siapapun juga mungkin tidak pantas untuk aku ajak bersulang, yang paling penting adalah perasaan pada saat itu. Tentu saja jika kalian menganggap aku yang merasa jika Wadge masih tidak pantas untuk aku ajak bersulang, maka anggap saja dia tidak pantas.” Rendi mengangkat bahunya dengan tersenyum tipis.

Hari ini Wadge mengundang mereka sepasang suami istri untuk datang ke acara reuni kali ini, tentu saja karena dia tidak memiliki niat baik untuk mereka, tetapi kenapa Rendi masih saja membiarkan Wadge bersikap semaunya.

Meskipun Wadge hanya seorang kepala bagian, dan jika pamannya yang sebagai wakil biro datang, maka Rendi tidak akan bersikap seenaknya seperti ini terhadapnya.

“yo, kalian dengarlah, ternyata ada seseorang yang tidak tau malu disini, di acara yang diadakan oleh Pak Wadge ternyata dia masih berani mengatakan jika Pak Wadge masih tidak pantas untuk dia ajak bersulang.” Yuli berkata dengan menunjuk ke arah Rendi dengan begitu keras karena khawatir jika ada yang tidak mendengar perkataannya.

“yo, bos Rendi, sejak kapan kamu berubah menjadi begitu memalukan seperti ini? Pendapatan setiap bulan sudah ratusan juta atau bahkan milyaran? Apa kamu tidak ingin membuat temanmu ini merasakan kesuksesanmu?”

“iya benar, kita semua adalah teman lama, biarkan semua orang minum bersamamu.”

Mendengar perkataan itu membuat seseorang kembali mencemoohnya.

“jika kamu merasa iri dengan kesuksesan Pak Wadge maka akui saja, kenapa masih berlagak sok hebat, apa yang tidak kami ketahui dari kalian berdua?” Gani tersenyum licik.

Sebelumnya saat di ruangan tadi dia merasa tidak senang terhadap Rendi, dan sekarang dia ingin membalaskan kekesalannya.

“iya benar, di jaman ini ada begitu banyak macam orang, ada orang yang iri akan keberhasilan orang lain, dan tidak terima akan kehebatan orang lain.” Tatapan Yuli terarah kepada Rendi, melihat semua orang yang mulai memojokkan Rendi, membuat hatinya entah kenapa merasa senang.

“Andez, Rendi, masalah kalian aku tidak ingin membahasnya lagi, mereka semua sudah mengetahuinya, kamu sudah bukan seorang konglomerat lagi, dan bisa dibilang jika kamu sekarang adalah orang miskin yang sebenarnya. Pak Wadge membiarkanmu duduk di meja utama, dan tidak mempermalukan kamu, kamu juga malah tidak bersedia bersulang untuknya, kamu benar benar orang yang tidak tau diuntung.” Rona menggelengkan kepalanya melihat Andez.

“aku....” Andez yang sekali lagi di cecar seperti ini membuat ekspresi di wajahnya semakin tidak mengenakkan.

Dia bukan tidak ingin bersulang dengan Wadge, hanya saja saat dia dicemooh di hadapan semua orang sebelumnya hanya Rendi lah yang bersedia membantunya, dan membuatnya merasa jengah dengan teman temannya yang lain.

Dan ditambah dengan Rendi yang tidak bersulang dengan Wadge jadi membuatnya semakin malas untuk melakukannya.

Wadge juga melihat Andez dengan tatapan yang begitu dingin, Rendi tidak bersikap baik kepadanya dia masih bisa mengerti, karena diantara mereka berdua terdapat dendam lama, dan dulu mereka juga merupakan saingan.

Tetapi Andez si miskin ini, dalam acara reuni ini dia sudah bersedia untuk mengundangnya, dan dia masih tidak bersikap baik kepadanya, di acara yang Wadge menjadi tuan rumahnya?

Andez sepertinya ingin mengatakan sesuatu tetapi dihentikan oleh Rendi.

“Wadge di mata kalian juga merupakan sosok yang hebat, tetapi di mataku, ya dia hanyalah seperti itu, jika kalian ingin menjilatnya maka itu urusan kalian, tetapi jangan libatkan kita berdua. Tentu saja, jika kalian memaksa ingin menyinggungku, maka aku akan meladeni kalian.” Rendi sudah begitu paham dengan teman lamanya ini.

Mereka sama seperti anjing, demi menjilat Wadge, dan asal kesempatan datang, mereka menggigit dan enggan untuk melepaskannya.

Ada beberapa orang yang sampai melupakan prinsipnya.

Teman lama yang seperti ini, dan reuni yang seperti ini benar benar membuat Rendi sedikit tertarik.

“cih, kita memintamu bersulang untuk untuk Pak Wadge karena kita menganggap keberadaanmu, jadi orang harus tau diri, apa kamu pikir jika Pak Wadge akan meminum anggur dari semua orang yang bersulang dengannya?” Yuli masih melihat Rendi dengan tatapan yang merendahkan.

“Rendi, saat kuliah dulu kamu dan Pak Wadge memiliki sedikit masalah, tetapi saat ini Pak Wadge memiliki kedudukan dan kekuatan, tetapi tidak mempermasalahkan apapun denganmu, apa lagi yang kamu inginkan? Kamu tidak berterimakasih dengan baik maka sama saja dengan kamu tidak menghormatinya, apa kamu tau orang sering mengatakan jika kebencian akan membunuhmu?” seseoran juga mulai menimpali dan mengincar Rendi.

“Rendi, dan juga Andez, kalian benar benar keterlaluan, Pak Wadge tidak mempermasalahkan kalian, kalian juga harus mengerti apa yang disebut bersyukur, jika aku adalah kalian, maka aku akan bersulang untuk kepala sebanyak tiga gelas, dan memohon maaf kepada Pak Wadge, sebagai orang kalian jadi orang juga harus fleksibel, terkadang terlalu bebal juga malah akan menyulitkan kalian.” Rona mulai menasehati mereka.

Rendi menggelengkan kepalanya, dan akhirnya dia mulai beranjak dari tempat duduknya, tatapannya tertuju kepada semua orang, dan dia berkata dengan tenang, “aku duduk disini karena mempertimbangkan jika dulu kita adalah teman selama empat tahun di universitas, kalian semua disini duduk dengan tenang tetapi hanya cemoohan yang keluar dari mulut kalian, jika tidak....”

Rendi masih menggelengkan kepalanya dan dia tidak meneruskan perkataannya, dia merasa sakit hati, dan hanya menghela napas panjang.

“ayo pergi, sekarang reuni yang seperti ini benar benar sudah tidak ada artinya.” Rendi berkata sambil melangkah keluar.

Andez juga terlihat mengikutinya keluar.

Linda hanya bisa menghembuskan napas panjang di dalam hatinya, teman seperti itu benar benar membuatnya tidak ingin berkata kata lagi, dia beranjak dan juga melangkah keluar.

Mereka bertiga keluar dari hotel bersamaan, dia melihat ada sosok paruh baya yang baru saja turun dari mobil.

Laki laki itu saat melihat Rendi, dia langsung mendekat ke arahnya.

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu