Ternyata Suamiku Seorang Sultan - Bab 23 Ayah Dan Anak Keluarga Hu Yang Tidak Tahu Malu

"Apa yang kamu katakan? Rian awalnya sudah membantuku dan sekarang membantu Linda lagi, kamu bahkan mengatakan bahwa dia belum berhak untuk memintamu berterima kasih kepadanya?" Amelia Wang tidak menyangka bahwa Rendi Lu berani melawannya, dan ia langsung marah.

Rendi Lu tampak acuh tak acuh, ia menoleh ke Rian, dan bertanya dengan serius: "Beranikah kamu menelepon dan bertanya kepada ayahmu, apakah ibuku mendapatkan bisnis perusahaan Wijaya itu karena dia yang memohon kepada Alex? Apakah dia yang menelpon Direktur Kenando Wang Greentown untuk memberikan bisnis Greentown itu kepada istriku? "

"Aku ..." Menghadapi keraguan Rendi Lu, Rian tiba-tiba sedikit cemas, bagaimana mungkin ayahnya memiliki kemampuan yang sehebat itu.

Jangankan Alex si orang terkaya, bahkan Direkur Kenandi Wang dari Greentown pun bukan orang yang dapat berhubungan dengan orang tingkatan seperti ayahnya, kedua hal ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan ayahnya.

"Kakak ipar, apa maksudmu? Kamu yang tidak berguna, apakah kamu tidak mengizinkan orang lain untuk memiliki kemampuan? Jika bukan bantuan ayah Rian, apakah kamu yang membantunya?" Melihat Rendi Lu meragukan pacarnya, Lissa langsung merasa kesal.

"Apakah aku yang membantunya atau bukan itu tidak penting. Yang paling penting adalah apakah orang ini berani atau tidak menelpon ayahnya di depan kita. Atau kalian juga bisa menelpon Alex dan Kenando Wang, aku punya kontak mereka berdua, atau aku saja yang menelponnya?" Ujar Rendi Lu sambil tersenyum sinis.

"Telepon saja, jika nanti membuatmu malu, jangan salahkan aku karena tidak menghormatimu." Ujar Lissa dengan mencibir.

Rendi Lu tersenyum sinis, dia berkata dalam hati, kamu bisa menamparku kapan saja.

"Rian, ayo telpon ayahmu sekarang, beri tahu seseorang betapa hebatnya keluargamu." Desak Lissa.

Linda dan Amelia Wang juga menatap ke Rian.

Rian sedikit meragu, dia merasa sangat cemas.

Tetapi teringat akan pemahamannya dan ayahnya, ia memutuskan untuk mengambil risiko. Jika hal ini terungkap, dia bukan hanya akan malu, ia juga hampir tidak mungkin bisa bersama dengan Lissa lagi.

Memikirkan hal ini, Rian dengan tegas mengeluarkan ponselnya dan menelpon ayahnya.

"Ayah, waktu itu aku memintamu untuk memohon orang terkaya Alex untuk membantu bibi Amelia, selain itu aku juga memintamu untuk mencari Direktur Kenando Wang untuk memintanya memberikan bisnis Greentown kepada kak Linda, kakak ipar Lissa tidak mempercayainya, ia memaksaku untuk menelepon dan bertanya apakah itu benar. Tolong bantu aku lagi untuk mengatakan kepadanya hal yang sebenarnya." Rian dengan cepat memutar otaknya, ia berpikir sambil berkata kepada ayahnya.

Dia cukup pintar, dengan pemahamannya tentang ayahnya, dia telah mengatakannya sampai di titik ini, dia percaya bahwa ayahnya pasti dapat memahami apa yang sedang terjadi.

"Nak, sudah berapa kali ayah katakan kepadamu, jadi orang harus bersikap rendah hati, jangan pamer jika telah melakukan kebaikan, kamu masih terlalu muda. Apakah penting orang lain mempercayainya atau tidak? Kamu mencintai Lissa, kamu melakukan sesuatu secara diam-diam untuknya itu sudah cukup, jika kamu mengatakannya itu hanya akan membuat orang lain menertawakanmu, bukan? Sudahlah, jangan terlalu mempedulikan pendapat orang lain, dia percaya atau tidak itu tidak penting, lakukan saja apa yang seharusnya kamu lakukan. Sampai di sini dulu, demi membantu kak Linda mu, aku masih harus mengundang Direktur Kenando Wang dari Greentown untuk makan bersama, aku tutup dulu teleponnya. " Setelah ayah Rian mengatakannya ia langsung menutup teleponnya.

Rian membuka speaker ponselnya, semua orang di ruangan telah mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya dengan jelas.

Sekarang selain Rendi Lu, semua orang tidak lagi ragu, selain itu mereka diam-diam mengagumi ayah Rian karena sangat bijaksana, tidak heran dia adalah bos dari sebuah perusahaan besar.

"Kakak ipar, apa lagi yang ingin kamu katakan?" Lissa bertanya sambil menatap Rendi Lu dengan tatapan angkuh.

"Kakak ipar, aku harap kamu bisa puas dengan jawaban ini." Rian juga menatap Rendi Lu dengan mengejek.

Rendi Lu mengabaikan Lissa. Dia menatap Rian, ketidaktahumaluan Rian dan ayahnya telah membuat pandangannya berbeda.

"Kamu dan ayahmu sangat baik, benar-benar sangat baik!" Rendi Lu menyipitkan matanya, tersenyum dan berkata, "Keluargamu mengelola sebuah supermarket bukan, aku harap kalian berdua tidak menyesali ketidaktahumaluan kalian hari ini."

"Kakak ipar, keluargaku memang membuka sebuah supermarket, kamu tidak akan pergi ke supermarket keluargaku untuk melakukan penipuan karena ayahku membantu kak Linda bukan?" Rian sengaja memelototkan matanya dan sengaja menatap Rendi Lu dengan terkejut.

Penipuan?

Rendi Lu tersenyum sinis, dia tidak mengatakan apa-apa lagi.

"Memang bena-benar tidak tahu malu." Ujar Amelia Wang sambil menggelengkan kepalanya dan menatapnya dengan meremehkannya.

Linda melirik ke Rendi Lu, ia juga merasa sangat kesal, tetapi dia tidak ingin mengatai Rendi Lu di depan keluarganya, dia hanya menghela napas panjang dan berkata kepada Rian: "Rian, maaf, aku minta maaf atas kecerobohan Rendi Lu, aku juga berterima kasih kepada ayahmu karena sebelumnya telah membantuku. "

"Kak Linda, perkataanmu ini agak serius. Sebenarnya, aku tidak bermaksud mengatakan ini, tetapi kakak ipar memaksaku, aku terpaksa menelpon ayahku untuk bisa membuktikan bahwa yang aku katakan itu benar." Rian menampilkan ekspresi seperti dia tidak berdaya.

Linda tidak melihat kemunafikan Rian sama sekali. Sebaliknya, ia semakin merasa suaminya jika dibandingkan dengan calon adik iparnya ini, perbedaannya terlihat dengan jelas seketika.

Benar-benar tidak bisa dibandingkan.

"Rendi Lu, apakah kamu masih merasa bahwa Rian belum berhak menerima permintaan maafmu?" Amelia Wang bertanya lagi.

Rendi Lu merasa sedikit kesal, tetapi setelah dia berpikir sebentar, akhirnya dia menahannya.

Awalnya dia memiliki banyak cara untuk membuktikan ketidaktahumaluan Rian dan ayahnya itu, tetapi melihat sikap Amelia Wang dan Lissa terhadapnya, itu membuatnya merubah pikirannya.

Karena mereka menikmati perasaan ditipu seperti itu, maka biarkan mereka menikmatinya saja.

Setelah hari ini, dia juga tidak berencana untuk datang ke keluarga ini lagi dan mendapatkan perlakuan seperti itu.

Mengenai istrinya, dia akan mencari kesempatan untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepadanya. Apakah dia percaya atau tidak, itu terserah kepadanya.

Pada pukul 6 sore, Pedro akhirnya sudah pulang kerja, Linda dan adiknya mengeluarkan masakan yang sudah dimasak untuk menyiapkan makan malam.

"Paman, selamat ulang tahun, ini adalah vas bunga dari Dinasti Tang yang aku beli di pasar barang antik." Sebelum makan malam di mulai, Rian tidak sabar untuk memberikan hadiah itu kepadanya.

Pedro mengambil vas itu dan melihatnya sejenak, baik pola maupun pengerjaannya itu cukup baik, tetapi sekali di lihat itu jelas bukan vas dari Dinasti Tang, melainkan barang palsu yang di buat industri modern.

Tetapi meskipun itu barang palsu, dia juga tahu bahwa memerlukan sekitaran 200-400 jutaan untuk bisa membeli vas itu, dia mengangguk dan berkata: "Rian, terima kasih, Lissa, bantu ayah simpan vas itu dulu, ayah sangat menyukainya."

Lissa dan Rian sangat senang mendapatkan pengakuai dari Pedro.

"Kakak ipar, bukankah kamu mengatakan bahwa kamu juga membeli hadiah untuk paman, ayo keluarkan dan tunjukkan kepada semua orang." Ujar Rian sambil menatap Rendi Lu dengan tersenyum mengejek.

Lissa yang baru ingin meletakkan vas bunga juga berhenti, ia bersiap untuk melihat hadiah apa yang akan diberikan Rendi Lu.

Rendi Lu mengambil gelas dari plastik, bangkit dan meletakkannya di depan Pedro: "Ayah, selamat ulang tahun. Ini adalah gelas anggur Yueguang dari Dinasti Song Selatan, gelas ini sangat cocok untuk meminum anggur, aku harap Anda menyukainya."

"Ya Tuhan, gelas yang jelek itu adalah gelas Yueguang? Kakak ipar, apakah kamu anggap kami anak kecil yang berusia tiga tahun?" Melihat Rendi Lu mengeluarkan gelas yang jelek dan tidak mencolok itu, Lissa mengejeknya.

Rian juga menatapnya dengan mengejek, terutama ketika dia mendengar bahwa Rendi Lu mengatakan itu adalah gelas Yueguang dari Dinasti Song Selatan, dia hampir tidak bisa menahan tawanya.

Linda merasa sedikit canggung, dia sangat ingin menjelaskan bahwa bahkan jika gelas itu bukan gelas Yueguang, tetapi Profesor Santo ingin membelinya dengan harga 300 juta.

Berbeda dengan ejekan yang lainnya, Pedro menatap gelas di depannya, terlihat kilatan kegembiraan di matanya.

Ia merasa gembira sampai ia tidak langsung meraih gelas di tangan Rendi Lu.

Tetapi ketika dia tersadar dan ingin mengambil gelas itu, Amelia Wang bertindak terlebih dahulu.

"Rendi Lu, sudah cukup. Kamu sebelumnya bukan hanya memfitnah Rian, sekarang kamu bahkan mengeluarkan gelas jelek dan mengatakan bahwa itu adalah gelas Yueguang, kamu benar-benar mengecewakanku.

Kamu miskin aku bisa menahannya, asalkan Linda menyukaimu, aku malas untuk berbicara terlalu banyak, tetapi watakmu begitu buruk sampai seperti ini, aku benar-benar tidak tahan lagi, bawa pergi barang rongsokanmu itu dan jangan pernah datang kerumahku untuk mempermalukan dirimu lagi! "

Amelia Wang menepuk gelas di tangan Rendi Lu, dan gelas itu jatuh ke lantai, lalu pecah.

Novel Terkait

Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu