Marriage Journey - Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
Decky melihat Sifa yang akan berjalan pergi, tiba-tiba dia merasa panik dengan segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pintu.
Sifa baru saja memutar badannya.
Dia ingin berjalan menuruni tangga dan Decky membuka pintu dengan wajah tegas, Sifa dikejutkan oleh suara dari belakangnya itu kemudian dia memutar badan menatap Decky dengan sedikit panik.
Decky memandangi Sifa dengan wajah muram lalu berkata: “Membawa teh dan berdiri di depan kamarku, menginginkan sesuap nasi atau menginginkan uang.”
Tiba-tiba wajah Sifa memerah, dia hanya ingin mengantarkan minuman untuknya, apakah dia kelihatan seperti sedang mengemis kepadanya?
Sifa batuk kecil lalu berkata: “Bukan, aku ingin mengantarkan minuman untukmu, bukankah kamu suka minum teh.”
Suara Sifa sangat kecil, dia sangat takut kalau salah berbicara dan menyinggung Decky.
Decky sedikit mencibirkan mulutnya sambil menahan tawa, apa yang dipikirkan wanita ini seharian, wajar saja dia kelihatan bodoh.
Decky berjalan mendekatinya dan mengambil teh yang telah dibuat oleh Sifa kemudian meminumnya dengan tegukan besar.
Decky sengaja menunjukkan wajah yang datar dan berkata kepada Sifa: “Iya juga, kebetulan aku lagi haus, jangan berdiri di depan kamarku lagi dan turunlah.” Selesai berkata dia memutar badan dan berjalan ke arah kamarnya.
Sifa berdiri di luar pintu dan merasa sedikit tercengang, ada apa dengan Decky hari ini, kenapa dia bisa berkata-kata dengan baik.
Tiba-tiba Sifa merasa tidak terbiasa.
Dengan penuh tanda tanya Sifa berjalan menuju ke kamarnya sendiri.
Hasil yang di dapat dari pergi ke rumah sakit hari ini sesuai dengan apa yang diduganya, Sifa membuka shower, air panas langsung mengalir dari atas hingga ke ujung kaki.
Sifa sudah hamil hampir dua bulan, tetapi perut kecilnya masih kelihatan rata.
Akan tetapi kondisi seperti ini tidak boleh dipertahankan terlalu lama, nyawanya sendiri sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
Anak ini memberikannya harapan di saat hidupnya sudah akan berakhir.
Sifa tersenyum pahit, dia jongkok di atas lantai dan memeluk dirinya, bagaimanapun juga dirinya harus bertahan agar anaknya dapat lahir ke dunia ini dengan selamat.
Sifa mengatur kembali suasana hatinya dan tidur lebih awal, esoknya dia beraktivitas seperti biasa, bangun tidur lalu pergi bekerja, tidak ada yang berbeda.
Selama ini di perusahaan Sifa dapat datang dan pergi secara bebas dan melakukan apa-apa sendiri.
Saat Sifa baru sampai di depan perusahaan dia langsung melihat Marsha yang mengenakan mantel wol berwarna merah berdiri di tengah-tengah, setelah melihat Sifa dia langsung melambaikan tangan dan berteriak kepadanya juga berlari menghampirinya.
Sifa sedikit kaget, asalkan bertemu dengan Marsha, suasana hatinya yang buruk akan menghilang dalam seketika.
Sifa menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum melihat Marsha yang begitu gembira.
Marsha mendekat dan merangkul lengan Sifa.
“Aku sudah tiga tahun lebih berada di perusahaan ini, akan tetapi ini adalah pertama kalinya bagiku memegangi tangan teman saat masuk dan keluar perusahaan.”
Selesai berkata dia tertawa keras terhadap Sifa.
Sifa mengangkat-angkat bahunya, dia ikut tertawa seperti dirinya adalah orang yang sama dengan Marsha.
Wajah Marsha terdapat senyumannnya yang khas, sambil merangkul tangan Sifa berjalan memasuki perusahaan.
Suasana hati mereka berdua terlihat sangat baik, mayoritas orang di dalam perusahaan mengenal Marsha si wanita yang terkenal ini.
Sifa menjabat sebagai asisten direktur, orang-orang yang berada di bawahnya mempunyai pandangan berbeda terhadapnya, semua orang membicarakannya di belakang, mengatakan bahwa Sifa adalah wanita yang memanfaatkan kesempatan untuk naik jabatan.
Saat Marsha dan Sifa berdiri bersama, semua orang merasa kaget dan mereka dijuluki dua rubah betina yang bersatu.
Hal seperti ini sangat jarang, tidak sedikit karyawan wanita secara diam-diam menjaga dengan ketat pria milik mereka.
Sifa dan Marsha tidak terlalu mempedulikan pandangan orang lain, bergandengan tangan dan berjalan ke kantor masing-masing, mereka membuat janji untuk bertemu di restoran saat makan siang nanti.
Setelah menikah dengan Decky, Sifa tidak pernah lagi merasakan perasaan seperti ini.
Sifa bertemu dengan Decky, namun kali ini dia tidak menundukkan kepala seperti dulu.
Namun dia mengangkat kepala dan dengan tersenyum berkata: “Halo direktur Leng.”
Decky mengangguk-anggukkan kepala dan menunjukkan wajah datar lalu berjalan melewatinya, akan tetapi hatinya terasa bergejolak, hari ini wanita ini kelihatan berbeda dengan sebelumnya.
Sifa belum pernah begitu gembira, dengan cepat dia menyelesaikan kerjaan yang sebelumnya diberikan oleh Linda.
Melihat kantor Decky tidak ada orang, dia seperti sebelumnya membereskan kantor Decky.
Decky sangat mencintai kebersihan, hampir semua bagian dibersihkan Sifa dengan hati-hati, setelah tidak ada masalah ia baru akan pergi.
Sifa berlutut di lantai untuk mengelap bagian dasar meja kerja dan tidak menyadari kalau seseorang sedang berdiri di belakangnya.
Decky mengerutkan alisnya dan mulutnya seperti terdapat sedikit senyuman mesum.
Tangannya memegang bokong Sifa, Sifa dikejutkan oleh sentuhan tiba-tiba tersebut dan berteriak keras.
Wajah tegas Decky tercermin dari keseriusan Sifa, dia sedikit kaget dan menatap Decky dengan mata lebar.
Decky menarik Sifa yang sedang berlutut di lantai, bibirnya dengan cepat menempel dan menghisap bibir Sifa dengan kuat.
Sifa terkejut dengan perlakuan Decky yang tiba-tiba itu,
Ciuman Decky tidak seperti rasa kasih sayang antara pasangan, akan tetapi lebih mirip dengan sebuah hasrat, sebuah hasrat yang sangat kuat.
Sifa ingin melepaskan diri darinya akan tetapi ia tidak berdaya dengan tenaganya sekarang ini, Decky langsung menangkap tangannya dan menekannya di balik badannya.
Dalam seketika tidak ada ruang bagi Sifa untuk bergerak, dia menciumi Sifa sekuat tenaga hingga ke setiap bagian mulutnya, sehingga membuat Sifa tidak dapat bernapas.
Dengan sekuat tenaga Decky merobek pakaian Sifa, kedua tangannya dengan cepat mendarat pada dua buah bukit kebanggaan wanita dan menguleninya dengan kuat.
Sifa berteriak karena sakit dan berkata dengan suara tangis: “Aku mohon padamu Decky, jangan begini…”
Napas Decky terengah-engah dan tangannya tidak berhenti sama sekali.
Sifa terus melawan agar dapat melepaskan diri darinya, dengan sekuat tenaga ingin melepaskan tangannya.
Akan tetapi ini membuat Decky menjadi marah, dia tidak suka kalau wanita ini menolaknya, jelas-jelas dia yang begitu ingin naik ke atas ranjangnya.
Decky menjambak rambut Sifa dan memaksanya menatap matanya, dengan suara berat berkata: “Jangan begitu, bukankah kamu suka seperti ini?”
Karena rambutnya dijambak, sorotan matanya tepat bertatapan dengan Decky, di dalam mata Sifa terlihat penuh air mata dan keras kepala, dia menggigiti bibirnya dengan erat agar dirinya tidak menangis.
Decky terpancing oleh sorotan mata Sifa, dia membalikkan tubuh Sifa dan mengangkat roknya kemudian merobek stokingnya.
Dengan cepat dia membuka celananya sendiri, sambil menundukkan kepala berkata kepada Sifa: “Apakah suka begini, tidak suka begitu?”
Sifa membiarkan Decky melakukan apapun terhadapnya, sorotan matanya begitu tidak berdaya, ia seperti sebuah mayat yang tidak bergerak.
Novel Terkait
Awesome Guy
RobinAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaGue Jadi Kaya
Faya SaitamaPejuang Hati
Marry SuLove In Sunset
ElinaWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka