The Comeback of My Ex-Wife - Bab 3 Kakak Sepupu Palsu

Detik itu juga mata mereka bertatapan. Wajah yang familiar sekaligus asing menyerbu masuk ke dalam pandangan.

Rasanya tidak sama, tapi kenangan yang sama kembali menyeruak keluar dari dalam memori mereka.

Perbuatan Alexander yang begitu tega dan tak berperasaan 4 tahun lalu membuat hati Fellis yang bergejolak kembali dipenuhi kebencian. Rasa sakit dari kukunya yang tertancap di telapak tangan membuatnya tersadar dari kekagetannya.

Alexander, selamanya ia tak bisa memaafkan pria itu, hanya saja ia tak ingin memprovokasi. Lebih baik kalau mereka berdua tak saling bertemu lagi. Kalaupun kelak mereka tak sengaja bertemu lagi, mereka tak lebih daripada orang asing saja!

Dalam sekejap, Fellis berpikir banyak sekali.

Akhirnya, ia menatap Alexander sekilas dengan tatapan datar, lalu segera beranjak pergi menuju kamar mandi.

Tentu saja, Alexander juga terkejut pada detik mereka bertatapan itu. Fellis sudah berubah. Pipi tembemnya saat ia berusia 20 tahun saat dinikahinya dulu sudah hilang tak berbekas. Wajahnya yang sudah cantik ditambah dengan riasan tipis pun tampak makin menawan.

Yang paling utama adalah, aura Fellis telah berubah. Kalau 4 tahun lalu Fellis masih sekuntum bunga lili dengan butir air bercahaya, maka Fellis yang sekarang adalah teratai merah yang memesona semua orang. Hanya dengan menggoyangkan kelopaknya saja, ia bisa membuat mata yang memandangnya terkesima.

Hanya saja, sepasang mata Fellis yang menyorotkan kebencian itu membuat Alexander merasa seperti mematung, bagaimanapun, ialah yang bersalah. Pada malam 4 tahun lalu itu, ia memaksa Fellis untuk meninggalkannya, dan saat ia pergi, ia tidak membawa sepeser pun.

Selama 4 tahun ini, Alexander beberapa kali teringat akan senyum bodoh di wajah Fellis, juga saat Fellis membuatkan sup pereda mabuk untuknya, terlebih ia teringat akan malam hujan badai 4 tahun lalu.

Ia menyakitinya, itu benar.

Terkadang Alexander berpikir, kalau saja Fellis membawa uang ganti rugi perceraian itu, apakah ia bisa melupakannya seutuhnya?

Detik berikutnya, Fellis memutuskan untuk pergi. Melihatnya pergi, Alexander seketika melangkah maju.

"Alexander!"

Saat itu juga, Ellie tiba-tiba muncul di samping Alexander, tangannya yang pucat dan kurus menggamit lengan kekar Alexander.

Ellie menyadari keganjilan pada diri Alexander. Saat matanya tertuju pada seorang wanita, paling lama tak lebih dari 10 detik.

Namun kali ini, Ellie mendapati bahwa tak hanya matanya yang menatap wanita itu lama-lama, tapi perasaannya juga sangat dalam.

Ellie mengalihkan pandangannya ke arah Fellis, namun ia hanya melihat sosoknya yang buru-buru pergi. Ellie mendapati kalau postur wanita ini bagus juga, gaya berpakaiannya modern. Dilihat dari belakang, wajahnya pasti cantik!

Karena Alexander tidak pernah menyebut tentang Fellis dan menghapus semua jejak tentangnya setelah ia menandatangani surat cerai, Ellie pun tak pernah berjumpa dengan Fellis. Jangankan sosoknya dari belakang, kalaupun Fellis berdiri di hadapannya, Ellie pun tak mengenalinya.

Tapi, walaupun Ellie tak mengenal Fellis, sorot matanya tetap memuram: meskipun ada banyak gadis yang berusaha menggoda Alexander, tapi Ellie tahu kalau Alexander tetap menjaga kesetiaannya. Tapi kenapa wanita di depannya ini bisa menarik perhatian Alexander dengan mudah?

Ellie pun tak bisa menahan batuknya. Ia menoleh menatap Alexander dan bertanya seakan-akan tidak terjadi apapun, "Alexander, kamu kenapa?"

"Tidak, tidak apa-apa," Alexander segera menoleh dan menggenggam tangan Ellie di lengannya sambil tersenyum lembut.

"Wanita barusan itu, apa kamu kenal?" Ellie menatap Alexander sambil mencari tahu.

Alexander terdiam sesaat, lalu menggeleng, "Tidak."

Lima tahun yang lalu, Alexander dan Fellis menikah. Demi tak membuat ia sakit hati, pernikahan itu tidak dipublikasikan, media pun tak tahu. Ellie hanya pernah mendengar tentang nama Fellis saja, namun mereka belum pernah saling bertemu.

Kini mereka bertemu tanpa sengaja. Alexander tidak berencana memberitahunya tentang hal ini. Ia tahu kalau Ellie adalah orang yang mudah curiga dan sensitif. Kondisi kesehatannya sudah tak baik, akan gawat kalau sampai keadaannya memburuk karena terlalu banyak pikiran.

"Ng," Ellie mengangguk-angguk dan tak bertanya lagi. Hanya saja, matanya masih mengikuti arah perginya Fellis.

"Alexander, lebih baik aku antar Ellie pulang terlebih dahulu. Bagaimanapun ini adalah pesta ulang tahun Tuan Lin, tidak baik kalau kau meninggalkan acara duluan," saran Wayne.

"Tapi Ellie..."

"Alexander, aku tidak apa-apa," Ellie menggoyang-goyangkan lengan Alexander dengan penuh pengertian, "Kalau tidak aku akan menahannya sampai pesta selesai. Bagaimanapun sangat tidak baik kalau kau meninggalkan acara lebih dulu."

"Tapi kondisi badanmu juga tidak memungkinkan!" Wayne sedikit panik. Ia maju selangkah dan berkata pada keduanya, "Sesuai kataku saja, Alexander di sini, dan aku akan mengantar Ellie pulang untuk beristirahat."

Alexander berpikir sejenak, lalu akhirnya mengangguk, "Hanya bisa begitu."

Alexander juga tak ingin Ellie memaksakan diri. Ia mengelus pipi Ellie, lalu berkata pelan, "Pulanglah dan jangan lupa beristirahat."

"Ng," Ellie mengecup pipi Alexander, "Sampaikan permintaan maafku kepada Warren."

"Ellie, Warren sudah tahu, kau tak usah khawatir."

"Ng, kalau begitu aku pergi dulu," Ellie tersenyum pada Alexander. Mata coklatnya yang indah dipenuhi rasa cinta.

Setelah berpamitan dengan Alexander, Ellie pun pergi dengan dituntun Wayne.

Setelah menuntun Ellie sampai ke limusin Rolls-Royce, Wayne tidak duduk di kursi kemudi, melainkan duduk di samping Ellie.

Wayne melihat sekelilingnya, lalu menarik pundak Ellie dan bertanya dengan penuh perhatian, "Ellie, kenapa tiba-tiba lambungmu sakit? Apakah sekarang sudah lebih baik?"

"Cepat singkirkan tanganmu, sekarang kita sedang berada di luar!" Tubuh Ellie bergetar, ia segera menepis tangan Wayne dari pundaknya.

"Bukankah tak ada orang di sekitar sini?!" Wayne menoleh dan menatap sekelilingnya. Melihat tangannya disingkirkan oleh Ellie tanpa ragu, ia berkata dengan nada amat sedih dan kecewa.

"Tidak boleh juga! Kalau sampai dilihat orang, matilah kita berdua!" Wajah Ellie yang awalnya pucat jadi sedikit memerah karena tegang, "Wayne, kau harus hati-hati sedikit."

"Ellie, apa kamu tahu betapa menderitanya aku? Aku melihatmu sakit namun tak bisa menjadi yang pertama untuk memedulikanmu, apa kamu tahu betapa sedihnya diriku? Demi kamu, aku harus berpura-pura menjadi kakak sepupumu. Setiap hari aku melihatmu bermesraan dengan Alexander, namun aku tak bisa melakukan apa-apa, aku sangat menderita!" Wayne menatap wajah cantik Ellie yang juga tampak pucat itu, lagi-lagi ia menggenggam pundak Ellie dengan emosi yang menggebu-gebu.

"Aku sudah bilang, selamanya kita tak akan mungkin bersama. Aku juga sudah pernah memberitahumu, kalau kamu tidak ingin berada di sampingku, kamu boleh pergi!"

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu