The Comeback of My Ex-Wife - Bab 244 Campuran Rasa Sakit Dan Gatal

Alexander Gu dikejutkan dengan bentakan Fellis An. Dia menatap Fellis An dengan tatapan tidak percaya. Jelas-jelas perkataanku sama dengan Joy. Kenapa Joy mendapatkan ciuman manis, sedangkan aku disuruh pergi? Ini namanya pilih kasih! Batinnya.

"Apa lihat-lihat?" kata Fellis An sambil menatap Alexander Gu. Dia terus memotong sayuran dengan panik. Si Alexander Gu ini kepalanya benar-benar rusak. Kenapa beberapa hari ini dia bertindak gila!

Namun, Fellis An tidak memerhatikan. Pisau dapur di tangannya yang lebarnya beberapa sentimeter. Hanya terdengar suara desisan, dia sibuk meletakkan pisau dapur, lalu melihat luka di jarinya, kemudian menghela napas lega. Untungnya dia tidak sekuat tenaga, jadi lukanya sangat kecil, hanya beberapa tetes darah yang mengalir keluar.

Saat ketika Fellis An sibuk menghapus darah yang keluar dari ujung jarinya, saat terus memotong sayuran, Alexander Gu di satu sisi tiba-tiba mengambil jari Fellis An dan memasukkannya ke mulutnya.

Pada saat ini, darah Fellis An menggumpal di seluruh tubuhnya. Dia bisa merasakan kehangatan mulut Alexander Gu dan sentuhan lembut ujung lidahnya. Perasaan sakit dan sedikit gatal tidak bisa dijelaskan.

Fellis An menatap Alexander Gu dengan bodoh. Sampai Alexander Gu melepaskan jari Fellis An dari mulutnya.

Alexander Gu mengambil tangan Fellis An dan menatap luka di jari Fellis An dengan hati-hati. Kemudian dia merasa lega, "Untungnya, lukanya kecil, jadi tidak ada banyak pendarahan!"

Namun, suara Alexander Gu baru saja jatuh, dan wajahnya tiba-tiba mulai sedikit berubah.

Ketika Fellis An melihat ekspresi Alexander Gu, dia segera menarik kembali tangannya dan menurunkan kepalanya dengan canggung. Sepertinya dia barusan memotong daun bawang, jahe, bawang putih, dan cabai besar...

Cabai besar itu bisa dikatakan tingkat pedasnya tidak normal, tangannya panas terbakar, sekarang semuanya mengalir ke mulut Alexander Gu!

"Ka-kamu baik-baik saja?" tanya Fellsi An ragu-ragu.

"Ti-tidak apa-apa." Wajah Alexander Gu agak merah, dia menggelengkan kepalanya, "Lebih baik kamu teruskan dulu. Aku akan pergi ke ruang tamu untuk menemani Joy sebentar."

"Baiklah," kata Fellis An mengangguk malu.

"Dan lagi..." Alexander Gu mengambil langkah maju dan kemudian berbalik, "Tanganmu terluka sekarang, jadi jangan potong cabai itu, karena itu benar-benar panas..."

Setelah Alexander Gu selesai bicara, dia langsung keluar dari dapur.

Dan Fellis An yang menatap punggung Alexander Gu tidak bisa menahan tawa.

Alexander Gu yang keluar dari dapur, Tianjun dengan cepat menuangkan segelas air dingin dan meminum semuanya, yang melarutkan kepedihan di mulutnya.

"Bagaimana?" tanya Joy kepada Alexander Gu.

Alexander Gu menelan air dingin di mulutnya, memikirkannya sejenak, dan menjawab, "Lumayan!"

"Bagus kalau begitu." Joy mengangguk puas dan berkata, "Sekarang tugas Paman sudah selesai, kenapa tidak kamu ceritakan saja sekarang?"

Alexander Gu mengangguk dengan rela. Dia mengambil buku bergambar Joy di tangannya, lalu mengambil Joy ke pangkuannya dan bertanya, "Kamu ingin aku menceritakan kisah itu kepadamu?"

Joy dengan gembira membalik beberapa halaman buku gambar, lalu menunjuk ke gambar-gambar di buku itu dan berkata, "Ceritakan padaku tentang ini."

"Ya." Alexander Gu mengangguk dengan serius, dan suara rendah itu terdengar perlahan, "Pada zaman dahulu kala..."

Ketika Alexander Gu menceritakan tiga cerita berturut-turut, aroma makanan di dapur berangsur-angsur keluar.

Pada saat ini, Alexander Gu meletakkan buku ceritanya, menoleh dan menatap Joy yang menelan ludahnya. Dia bertanya, "Kamu lapar juga?"

"Ya," jawab Joy sambil mengangguk.

"Bagaimana kalau kita ke dapur, kita lihat makanannya sudah siap atau belum?"

"Baiklah!"

Alexander Gu dan Joy kompak. Keduanya berpegangan tangan, mereka baru saja berjalan menuju dapur, bertepatan Fellis An membawa tumis brokoli keluar.

"Masakan ibu harum sekali!" kata Joy seperti kucing yang rakus saat menatap tumis brokoli dengan warna menyilaukan di piring.

"Aku juga mencium bau bakso," kata Alexander Gu dengan cepat memuji Fellis An.

Fellis An menghela napas tak berdaya. Kenapa kedua orang ini seperti belum pernah memakan masakan rumah.

"Cepat cuci tangan, setelah itu boleh makan!"

"Baik!” Fellis An baru saja selesai bicara, sosok Alexander Gu dan Joy menghilang di pintu dapur.

Setelah keduanya mencuci tangan, Fellis An sudah meletakkan semua masakan di atas meja.

Setelah Alexander Gu dan Joy duduk, mereka tidak buru-buru memindahkan sumpit mereka. Sebaliknya, mereka menunggu Fellis An berbicara.

Fellis An mengangguk puas. Dua orang makan gratis ini tahu diri juga. Mereka tahu mereka baru makan setelah dia berkata boleh makan.

"Baiklah ayo mulai makan,” kata Fellis An akhirnya bicara setelah menunggu lebih dari satu menit.

"Baiklah!" kata Alexander Gu dan Joy secara bersamaan, kemudian mereka mulai makan.

Setelah makan dengan cepat, Alexander Gu dan Joy menyeka mulut, wajah mereka tersenyum puas, dan kemudian bersandar dengan nyaman di sofa.

Yang satu besar dan yang satu kecil bersandar di sofa, dan lagi Fellis An yang masih belum kenyang terlihat marah. Joy tidak masalah. Tapi kenapa Alexander Gu yang makan banyak? Seperti belum pernah makan hidangan bubur semacam ini.

Fellis An menempatkan piring dan sumpit menjadi satu, kemudian melihat Alexander Gu. Sekarang pria ini sudah makan, sudah waktunya dia pergi!

Fellis An berdeham dan berkata, "Itu, Alexander Gu..."

Namun, sebelum Fellis An selesai berbicara, Joy segera menyela. Joy dengan bersemangat menunjuk ke luar jendela dan berteriak, "Wow, ibu, lihat, turun salju!"

Seketika Fellis An menoleh dan melihat salju di luar jendela, seperti dandelion bermekaran di udara, terbang di langit.

"Cantik sekali!" Joy berlari ke jendela, napas panas segera mengembun menjadi tetesan kecil di jendela.

Joy menoleh, melihat Fellis An dan berkata, "Ibu, aku ingin turun dan bermain dengan salju."

"Di luar sangat dingin. Sebaiknya jangan keluar. Bagaimana kalau kita..."

"Baiklah, paman Gu akan menemanimu bermain salju!" Alexander yang berada di sebelah berdiri, memotong perkataan Fellis An. Dia berjalan ke depan Joy, kemudian mengulurkan tangannya, "Ayo pergi."

"Yey! Bermain dengan salju!” kata Joy menarik tangan Alexander Gu dengan gembira. Dia berlari menuju lantai bawah dengan gembira.

Fellis An melihat dua orang itu yang mengabaikan dirinya. Dia merasa tidak boleh lagi membiarkan Joy dan Alexander Gu begitu dekat satu sama lain. Kalau tidak, mungkin kedepannya akan terjadi hal masalah!

Saat terpikirkan hal ini, Fellis An juga dengan cepat mengejar mereka ke lantai bawah...

Ketika Fellis An turun, dia melihat lapisan salju telah jatuh di tanah. Meskipun tidak terlalu tebal, itu sudah cukup untuk dibuat mainan oleh Joy.

Fellis An hanya melihat Joy yang mengenakan jaket tebal, membuat bola salju di tanah, lalu meraih segenggam salju dan melemparkannya ke Alexander Gu.

Dan Alexander Gu tertawa sambil membuat bola salju. Dia dengan sengaja melemparnya tidak tepat sasaran, yang membuat suara tawa Joy terdengar.

Adegan yang harmonis ini membuat Fellis An yang masih tidak puas menghentikan langkahnya. Dia menatap Joy yang tertawa lepas bermain salju, hatinya terpikirkan bahwa Joy tidak pernah bermain dengan ayahnya sejak kecil. Lebih baik hari ini, biarkan saja Joy bersenang-senang dengan Alexander Gu kali ini.

Pada saat ini, Joy melihat Fellis An juga turun dan berkata, "Ibu, cepat ke sini, ayo main bersama! Saljunya sangat indah."

"Ibu tidak bermain, kamu sendiri...”

Namun, sebelum kata-kata Fellis An selesai, bola salju berukuran sedang meluncur ke arahnya dan mengenai dahinya.

Meskipun tidak sakit, tapi cukup membuat Fellis An merasakan dingin. Dia menyeka salju dari dahinya dan melihat Alexander Gu yang sedang berdiri sambil tersenyum kepadanya, si pelaku yang melemparkan bola salju kepadanya.

Dalam benak Fellis An, Alexander Gu belum sampai ke tahap tersenyum sejauh ini. Ketika dia masih dalam keadaan terkejut, dia terpikirkan senyuman Alexander Gu ini karena menggertak dirinya!

Karena hal itu, Fellis An segera membungkuk, menjangkau untuk mengangkat tumpukan salju, dan kemudian berubah menjadi bola dan melemparkannya ke Alexander Gu dengan kejam.

Namun, Alexander Gu begitu peka, seketika tubuhnya menghindar dengan cepat dari serangan Fellis An.

Fellis An marah. Dia dengan cepat membentuk bola salju, dan dengan cepat melemparkannya ke Alexander Gu dengan kejam.

Kali ini, Alexander Gu tidak bisa mengelak, bola salju itu menghantam wajah Alexander Gu.

"Hahaha..." Fellis An tertawa bahagia. Ternyata rasanya melempar bola salju ke wajah Alexander Gu sangat menyenangkan!

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu