The Comeback of My Ex-Wife - Bab 86 Wajahnya Penuh Dengan Darah

Semua hal ini terlalu berat bagi Ellie, sampai Ellie tidak bisa bernapas. Semua ini membuat dia selalu gugup dan curiga. Ellie sangat sensitif sampai pada tahap yang tidak normal. Kecuali jam-jam tidur yang pendek, Ellie selalu menggunakan otaknya untuk memantau dan menyelidiki Alexander..

Ellie dapat mencicipi jus buah dari mulut Alexander. Dan juga Alexander terlihat linglung. Dunia Ellie langsung hancur seketika.

Dalam benak Ellie, dia terus membayangkan adegan setelah semuanya terungkap. Dia dan Wayne akan mati!

Tidak! Tidak boleh! Ellie tidak akan membiarkan hal ini terjadi!

Kemudian, Ellie, yang sangat gugup dan bingung, mulai kesulitan bernafas, dan dadanya mulai terasa sakit.

"Siapa? Siapa orang itu? Aku akan membunuhnya!"

Karena tenggelam dalam ketakutan akan fantasinya sendiri, Ellie, yang menderita berbagai penyakit di tubuh dan psikologinya, tidak dapat membedakan kenyataan dan fantasinya sendiri. Dia menggumamkan kalimat itu berulang kali, dan semakin lama semakin keras.

"Ellie, Ellie, ada apa denganmu?" Alexander dikejutkan oleh omong kosong yang Ellie lontarkan. Dia memeluk Ellie dan bertanya dengan cemas.

"Siapa itu? Siapa itu? Hatiku sangat sakit, aku akan membunuhnya, aku akan membunuhnta!" Ellie menggeliat kesakitan, suaranya keras dan melengking.

Saat Alexander menyadari bahwa Ellie kesakitan dan juga mulai melontarkan kata-kata yang tidak jelas, Alexander segera menggendongnya dan bergegas turun.

Suara langkah kaki terdengar di ruang tamu vila. Alexander yang berlari ke bawah sambil menggendong Ellie yang berbicara tidak jelas, berteriak dengan suara kencang: "Wayne! Bibi Li, siapkan mobil. Ellie sedang tidak enak badan!"

Wayne, yang tinggal di sebelah vila, adalah orang pertama yang bergegas ke vila, diikuti oleh Bibi Li yang sedang mengenakan pakaian.

Pelayan yang memang sedikit di vila tersebut, mulai terlihat sibuk.

Di pagi hari, bau desinfektan tercium di rumah sakit. Ellie sedang berbaring di tempat tidur. Walaupun matanya terpejam, tetapi wajahnya terlihat sangat gelisah.

Ada kabut putih tebal di depan matanya. Ellie berusaha untuk menghilangkannnya dengan tangannya, tetapi kabut tersebut tidak bisa dihilangkan.

"Ellie, Eliie, kenapa kamu tidak pulang? Apakah kamu tidak tahu ayah sangat merindukanmu?" Suara orang tua terdengar tepat di sebelah telinga Ellie, dan membuatnya merinding.

"Siapa? Siapa kamu? Di mana kamu? Cepat keluar!" Ellie berteriak pada kabut putih di depannya.

"Aku ayahmu! Aku sudah membuatmu masuk ke perguruan tinggi, tetapi setelah kamu kuliah, kamu tidak pernah pulang untuk menemuiku kecuali untuk meminta uang untuk biaya hidup. Apakah kamu tahu betapa aku sangat merindukanmu?" Kata suara tersebut melanjutkan. Ellie pun terjatuh ke tanah dengan ketakutan.

"Tidak, kamu bukan ayahku! Ayahku sudah mati, bukan pengemis seperti kamu yang tinggal di daerah kecil yang kotor!" Ellie menggelengkan kepalanya dengan gila dan mengulangi kata-katanya berulang-ulang.

"Ellie, mengapa kamu menjadi seperti ini? Pulanglah bersamaku! Kembalilah kepada ayah dan kita akan hidup bersama!" Suara orang tua tersebut terdengar semakin dekat.

Saat itu, di tengah kabut tebal, sepasang tangan penuh dengan lumpur dan kapalan tiba-tiba keluar dan meraih pergelangan kaki Ellie.

"Pergi, pergi! Lepaskan aku, lepaskan aku!" Ellie berteriak ngeri, mengguncang kakinya, tetapi tidak bisa menyingkirkan mereka.

"Kamu berasal tempat kotor dan terbelakang itu. Tidak peduli apa yang kamu lakukan, kamu tidak dapat menyingkirkannya. Ellie, terimalah hidupmu!" Suara tua itu mulai tertawa dan menarik pergelangan kaki Ellie lebih keras.

Ellie merasa dia tidak bisa bergerak. Dia hanya bisa melihat sepasang tangan tersebut memegang kakinya dan menarik dirinya.

"Tidak! Alexander! Alexander tolong, tolong aku!" Ellie berteriak dengan suara nyaring. Dia berbaring di tanah, berjuang keras. "Aku tidak ingin kembali ke tempat yang malang itu, tidak!"

"Apakah kamu memanggilku?"

Saat Ellie berbaring di tanah bergetar, kaki Alexander tiba-tiba muncul di depan mata Ellie. Alexander menatapnya dengan tajam, dan suaranya sangat dingin.

"Alexander, Alexander bantu aku!" Ellie memegang betis Alexander dan menatapnya.

Namun, saat Ellie mendongak, dia melihat wajah Wayne yang penuh dengan darah!

Dia melihat Wayne membuka kedua matanya lebar-lebar, wajah dan bibirnya terlihat pucat: "Ellie, Alexander sudah tahu hubungan kita. Kita tidak punya cara lain selain mati bersama!"

Kata-kata Wayne belum selesai, tiba-tiba terdengar suara "bang", tubuhnya jatuh ke tubuh Ellie.

"Ah!" Ellie membuka mulutnya dan berteriak, tetapi dia tersadar bahwa tidak ada suara yang keluar. Dia begitu ketakutan. dan dia ingin mendorong tubuh Wayne. Tetapi tubuh Wayne begitu berat sehingga dia tidak bisa terdorong!

"Tolong tolong!" Ellie membuka mulutnya lebar-lebar, berusaha untuk mengeluarkan suara.

Pada saat ini, Alexander tiba-tiba muncul di depan Ellie.

Begitu Ellie melihat Alexander, dia berjuang untuk membebaskan diri dari tangan yang memegang pergelangan kakinya, menginjak tubuh Wayne tanpa ragu, bergegas ke kaki Alexander, dan berteriak: "Alexander, tolong aku, bantu aku!"

Namun, Alexander tiba-tiba mundur dan melemparkan Ellie ke samping. Dia memandang Ellie dan berkata dengan datar, "Ellie, aku tahu segalanya tentangmu! Aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja!"

"Tidak! Alexander, dengarkan aku, dengarkan penjelasanku!" Ellie merangkak ke depan dengan panik, mencoba meraih kaki Alexander.

Tetapi Alexander mengambil pistol dan menaruhnya di dahi Ellie: "Ellie, matilah kamu!"

Alexander berkata, dan tanpa ragu menarik pelatuknya

"Tidak!" Ellie yang berbaring di tempat tidur tiba-tiba berteriak seperti hantu yang melengking di kamar pasien pribadi yang luas dan mewah.

"Ellie! Ellie, bangunlah. Ada apa? Ada apa denganmu?" Alexander, yang berada di samping tempat tidur rumah sakit, tiba-tiba terbangun karena Ellie yang menutup matanya dan berbicara omong kosong. Dia dengan cepat berdiri dan meraih tangan Ellie, berusaha membangunkannya.

"Jangan bunuh aku, jangan bunuh aku! Jangan bunuh aku!" Ellie tiba-tiba membuka matanya dan melihat wajah Alexander yang membesar.

"Alexander, jangan bunuh aku!" Ellie, berkeringat, mundur ketakutan dan menangis karena Alexander.

"Ellie, apa kamu mimpi buruk?" Alexander menarik Ellie masuk ke dalam pelukannya dan menepuk punggungnya.

Ketika dia menyentuh suhu tubuh asli Alexander, Ellie tersadar. Ellie masih menggigil dan napasnya tidak beraturan.

Novel Terkait

Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu