The Comeback of My Ex-Wife - Bab 65 Jangan Menangis

Selesai berkata, Fellis An membalikkan badan dan berlari pergi.

Sedangkan Alexander Gu memutar kepalanya memandang punggung Fellis An, lalu melihat lagi di tempat yang tidak terlalu jauh, dilihatnya Melvin Chen sedang berpelukan dengan istrinya, berjalan memasuki rumah kecil yang jelek itu.

Pada akhirnya Alexander Gu mengangkat bahunya, membalikkan badannya berjalan pergi. Ketika dia sampai di depan mobil, Fellis An telah duduk di kursi belakang mobil, tak sepatah kata pun dia ucapkan.

Alexander Gu pun tidak tahu dirinya harus berkata apa, hanya bisa duduk di kursi kemudi dan menjalankan mobilnya.

Beginilah, kedua orang yang kembali dengan tangan hampa belok kiri belok kanan, akhirnya keluarlah dari kompleks kumuh yang seperti labirin itu, kembali ke jalan besar yang sibuk dan modern.

“Kuantarkan kamu pulang?” Alexander Gu melalui kaca spion melihat sekilas Fellis An yang terlihat galau tak ada gairah hidup, bertanya.

“Ya.” Fellis An menjawab dengan lesu, lalu kembali terdiam.

Mendengar suara Fellis An yang begitu lesu, spontan Alexander Gu melihatnya melalui kaca spion, yang terlihat hanyalah Fellis An dengan kantung mata yang memerah, sesekali terisak, dan juga tidak henti menggigit bibirnya sendiri.

Alexander Gu mengeryitkan alisnya, mengalihkan kembali pandangannya: Fellis An seperti ini, bukan akan menangis kan?!

Lalu baru saja Alexander Gu berpikir begitu, hanya terdengar suara isak tangis perlahan dari Fellis An yang duduk di kursi belakang, mulailah dia menangis.

Hanya dilihatnya Fellis An sambil menangis, sambil mendekapkan tangan di dada berkata: “Uang 200 jutaku….., hilang begitu saja! Itu adalah hasil kerja lemburku lama sekali barulah bisa mendapatkannya, aku tadinya berencana mendaftarkan Allen mengikuti kelas minat! Tapi sekarang apa juga tidak punya! Tidak punya apa-apa lagi!”

Fellis An sekarang merasa, harusnya tadi dia tetap menemui Marvel Chen! Kalau seperti ini, dia belum sanggup dari tempat yang penuh dengan harapan jatuh ke dalam lembah di mana dia tidak bisa mendapatkan uangnya kembali!

Fellis An tak hentinya menyusut matanya, namun airmata masih tak tertahankan jatuh menetes dari matanya.

Alexander Gu menghela nafasnya, sambil terus mengemudikan mobilnya, sambil berkata kesal: “Jangan menangis!”

Alexander Gu hanya pernah melihat Fellis An menangis yaitu saat ayahnya meninggal dan di suatu malam yang hujan empat tahun yang lalu, tapi sekarang Fellis An karena uang 200 juta Fellis An menangis begitu hebatnya, benar-benar mengesalkan sekaligus lucu!

“Tapi….,200, uang 200 juta! Uang yang kukumpulkan dengan susah payah! Mengapa….., bahkan menangis pun aku tidak boleh!” Fellis An sembari terisak sembari berkata.

“Hanya uang 200 juta! Pantaskah?” Alexander Gu memanfaatkan kondisi jalanan yang agak kosong, matanya melihat-lihat keadaan dalam mobil: dia ingat di mobil ada tisu, ditaruh di mana ya?

“Pantaslah! Tahukah kamu aku sudah menabung berapa lama?” Fellis An mengingat-ingat dirinya bahkan saat sedang lembur pun tidak rela rasanya beli makanan online, dia merasa sangat menderita saat hanya bisa mengunyah roti, “Uang 200 jutaku begitu saja akhirnya hilang!”

“Aku katakan sekali lagi, kalau kamu menerima uang kompensasi perceraian dariku, 200 juta itu bagimu kecil sekali, tidak berarti.” Alexander Gu melemparkan kotak tisu yang telah ditemukannya kepada Fellis An lalu berkonsentrasi mengemudikan mobilnya.

“Aku tidak akan menerima uang darimu, ini adalah hukuman satu-satunya dariku untukmu, dan juga aku merasa inilah satu-satunya sedikit saja harga diriku!” Fellis An menarik selembar tisu, dengan cueknya mengeluarkan ingusnya.

“Terserah kamu deh!” Alexander Gu mengangkat bahunya, tidak seperti dulu-dulu yang begitu gigihnya berusaha membuat Fellis An mau menerima uang kompensasi darinya, melihat tampang Fellis An yang begitu tertekan karena urusan uang ini, menerima uang kompensasi darinya hanyalah urusan waktu saja, cepat atau lambat dia akan menerimanya.

Kemudian selanjutnya kedua orang itu tidak saling berbicara lagi, dalam mobil yang terdengar hanyalah suara isak tangis Fellis An diselingi sesekali suaranya yang mengeluarkan ingusnya.

Alexander Gu menggeleng-gelengkan kepala tidak suka, dia memutuskan begitu sampai kantor langsung akan menyerahkan mobilnya ini untuk dibereskan, karena di dalamnya di mana-mana berserakan tisu bekas Fellis An membersihkan hidungnya!

Akhirnya, Alexander Gu mengemudikan mobilnya sampai di depan rumah Fellis An, dia memarkirkan mobilnya, melalui kaca spion melihat Fellis An: “Sudah sampai rumahmu!”

Fellis An pun tidak berkata apa-apa, dengan mata memerah, dia hanya membuka pintu mobil, berjalan menuju apartemennya.

Tatapan matanya kosong, berjalan menaiki tangga, sedangkan kakak pemilik apartemen yang cukup lama memandangi mobil mewahnya Alexander Gu, melihat Fellis An datang, cepat-cepat menyambutnya.

Tapi Fellis An yang masih tertekan karena masalah uang 200 juta nya itu, sama sekali tidak memperhatikan kakak pemilik apartemen, berjalan lurus tidak mempedulikannya, kembali ke kamarnya sendiri. Kakak pemilik apartemen tetap berdiri di tempatnya, menampakkan ekspresi malu dan salah tingkah.

Setelah sampai di kamar, dengan lesu Fellis An bersandar terdiam di sofanya: hari ini sungguh terlalu melelahkan, bukan hanya lelah tapi perasaannya pun sangat tidak baik. 200 juta tidak mungkin kembali lagi, bagaimana bisa dia tidak peduli? Tapi, harus bagaimana lagi?

Fellis An menghela nafas perlahan, menatap langit-langit rumahnya, tak sepatah katapun terucap….

Di luar apartemen, Alexander Gu duduk dalam mobilnya, memutar kepalanya menengok ke arah Fellis An pergi, sebuah perasaan aneh kembali menyeruak dalam hatinya, kalau saja Fellis An bersedia memiliki seperempat saja sikap pengertiannya seperti empat tahun yang lalu, dia tidak akan mengalami kepahitan yang begitu banyak!

Alexander Gu melipat bibirnya: Fellis An, bisakah kamu tidak begini keras kepala…

Dia menghela nafas pelan, lalu membalikkan arah mobilnya dan pergi.

Dari rumah Fellis An, Alexander Gu langsung menuju kantornya. Namun, matanya memandangi berkas dokumen, pikiran Alexander Gu masih terus dipenuhi oleh wajah putus asa dan kebingungan Fellis An, wajah yang memelas.

Setelah dengan pikiran yang tidak focus melihat beberapa dokumen, Alexander Gu akhirnya mengambil telepon yang ada di meja kerjanya.

Terdengar nada sambung beberapa kali, lalu telepon pun diangkat.

“Kakak ketiga, kok tumben ingat menelepon aku?” terdengar suara Warren Lin di ujung telepon sana.

“Bukankah waktu itu kamu menarikku untuk bersama kerjasama dengan Perusahaan Besar Tsu? Bagaimana kondisimu di sana?” Alexander Gu memutar-mutar pena di tangannya sambil bertanya.

“Proyek ini awalnya tidak begitu rumit, hanya tuan besar Perusahaan Besar Tsu berencana memberikan proyek ini untuk digarap oleh anaknya Jackson Tsu, jadi kita harus hati-hati, sekarang aku sedang mengirim orang untuk melakukan survei pasar sebelumnya! Tunggu hasilnya keluar barulah kita bicara soal kerjasama, jadi masih perlu beberapa waktu.”

Selesai Warren Lin bicara, lalu dengan penuh harap bertanya kepada Alexander Gu: “Bagaimana, kakak ketiga, kamu sudah memikirkannya baik-baik? Siap investasi berapa banyak?”

“Uang tidak menjadi masalah, aku hanya punya satu permintaan.” Alexander Gu meletakkan penanya di meja, berkata dengan sangat sombong.

“Jangankan satu permintaan, sepuluh permintaan pun akan kusanggupi, pelanggan besar sepertimu ikut bergabung, kerjasamaku dengan Perusahaan Besar Tsu tentunya segera naik level.” Warren Lin sangat gembira tak terkira mendengar Alexander Gu berkata demikian.

“Bukankah di Perusahaan Besar Tsu ada seorang bernama Fellis An? Untuk proyek ini, libatkanlah dia.” Alexander Gu berkata datar, “Katakan kepada Jackson Tsu, ini adalah permintaanmu.”

“Fellis An?” diam-diam Warren Lin mengulang-ulang nama ini, dalam benaknya langsung terbayang dia dengan mata indahnya bak buah peach, kemarin waktu dia dan Isabel bersama pergi ke perpustakaan, bertemu dengan Fellis An.

“Betul, Fellis An.” Alexander Gu mengangguk-angguk, dalam benaknya juga muncul wajah Fellis An, dia berencana diam-diam membantu Fellis An, bukan hanya karena bersimpati padanya, tapi dia juga ingin tahu waktu nanti Fellis An mengetahui semua ini, bagaimana reaksinya?

“Kakak ketiga bagaimana bisa kamu terpikir untuk mempedulikan Fellis An! Apakah kakak ketiga suka padanya?” Warren Lin kembali teringat hal yang terjadi di pesta ulang tahunnya waktu itu.

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu