The Comeback of My Ex-Wife - Bab 4 Buat Wanita Itu Menghilang

"Ellie, kamu tahu aku tak bisa meninggalkanmu!" Wayne menengadah, alisnya hampir membentuk lembah gunung.

"Kalau begitu diamlah, jadilah kakak sepupuku baik-baik! Jadilah manajer perusahaan Gu, jadilah pengurus vila! Lalu nikmati kehidupan mewahmu!" Ellie memelototi Wayne sambil berkata dengan dingin.

Wayne menatap wajah Ellie yang tidak berperasaan itu, lalu perlahan-lahan menunduk: sudah 4 tahun sejak Ellie menikah dengan Alexander. Sudah lewat 4 tahun, dan selama 4 tahun ini setiap hari ia melihat Ellie dan Alexander yang lengket seperti lem, mencintai satu sama lain, ini membuat hatinya sakit seperti disobek-sobek.

Meski ia bisa memanfaatkan waktu ketika Alexander pergi berdinas untuk bermesraan dengan Ellie, tapi kemesraan yang hanya sebentar itu, sama sekali tak cukup untuk menghalangi sakit hati yang diberikan Ellie padanya selama 4 tahun!

Apa bagusnya Alexander? Alexander dan Ellie baru berkenalan saat kuliah, sementara dirinya sudah melindungi Ellie semenjak ia punya ingatan! Ia melihat Ellie menempuh bangku sekolah dasar, sekolah menengah, sampai kuliah! Ia selalu mengikuti langkah kakinya, menemani di sisinya, melindunginya, mencintainya!

Sementara Alexander? Selain kaya, berkuasa, dan tampan, apa lagi yang dimilikinya? Atas dasar apa Alexander membuat Ellie menerima begitu banyak kepahitan!

"Wayne, jangan menyusahkan diriku, ya?" nada bicara Ellie melunak saat melihat sorot mata Wayne yang sedih. Ia memegang wajah Wayne dengan kedua tangan dan menatap matanya, "Wayne, kamu sudah berjanji padaku untuk melindungiku seumur hidup. Apapun yang aku mau, kamu pasti memberikannya untukku."

"Ya, aku pernah berjanji padamu, jadi aku pasti akan menepatinya," Wayne mengangguk-angguk dengan sedih. Ini adalah wanita yang dicintainya sejak kecil, bahkan kalau dia menyuruhnya mati, dia juga rela.

Jadi, memangnya kenapa kalau melihat Ellie bersama dengan pria lain? Paling tidak, ia masih bisa melihat gadis itu!

Memikirkan hal ini, emosi Wayne perlahan-lahan mereda. Ia menarik napas dalam-dalam, tersenyum terpaksa pada Ellie, "Ellie, tadi emosiku terlalu menggebu-gebu."

"Tidak apa-apa," geleng Ellie ringan, "Aku tahu kamu begitu karena peduli padaku," katanya penuh pengertian.

"Ya, aku akan segera mengantarmu pulang ke vila untuk beristirahat!" Wayne mengangguk-angguk. Ia turun dari kursi belakang lalu duduk di kursi kemudi.

Ellie duduk di kursi belakang, bibirnya menyunggingkan senyuman. Dia melihat Wayne yang buru-buru mengantarkannya pulang dengan puas.

Begini juga baik, ada seorang pria yang rela mati untuknya, juga ada seorang yang disukainya, apalagi dipelihara oleh pria yang kaya dan berkuasa, apalagi yang mau dikejarnya?

Memikirkan kehangatan Alexander padanya, hati Ellie pun dipenuhi rasa puas.

Namun tiba-tiba, sosok wanita di kamar mandi itu muncul di pikiran Ellie, wanita yang membuat Alexander melamun.

Walaupun sekarang Ellie tak bisa mengingat rupa wanita itu, namun melihat Alexander yang melamun tadi, Ellie tak bisa melupakannya.

Ellie menggertakkan giginya, ia merasa bahwa segala sesuatu harus diantisipasi. Wanita itu sudah menarik perhatian Alexander, maka, demi mempertahankan posisinya agar tak goyah, cara terbaik adalah tidak memberikan wanita itu kesempatan untuk muncul di hadapan Alexander lagi.

Ellie mengerjapkan mata, lalu mengangkat kepalanya. Ia berkata pada Wayne yang sedang fokus menyetir mobil, "Wayne, apa kamu masih ingat wanita yang barusan kita lihat di kamar mandi?"

"Wanita yang mana?" Wayne mengernyitkan dahinya. Ia tak pernah memperhatikan wanita lain selama ini, karena di matanya hanya ada Ellie.

"Wanita yang memaksa masuk saat aku sakit perut tadi."

Perkataan Ellie itu membuat Wayne jadi ingat sedikit, "Ingat sedikit, kenapa?"

"Bantu aku mengurusnya. Berhubung Alexander melihatnya dengan tatapan agak berbeda, jadi kuharap dia tak pernah muncul di hadapan Alexander lagi selamanya."

Di wajah Ellie yang cantik saat itu muncul kejahatan yang tak cocok dengan kepribadiannya: biasanya ia tak pernah mengambil tindakan terhadap wanita yang ingin mendekati Alexander, wanita yang menarik perhatian Alexander ini tentu juga tak terkecuali.

"Ellie, tidakkah kamu sedikit berlebihan?" Wayne menatap wajah cantik Ellie lewat kaca spion, diam-diam berpikir: Ellie, apakah di hatimu Alexander begitu penting?

"Wayne, baru saja tadi kamu berkata padaku, apapun yang aku minta untuk kamu lakukan, kamu akan melakukannya," Ellie menekannya begitu melihat ekspresi tak setuju dari Wayne. "Apa itu tadi semua bohong?" tanyanya dengan raut pura-pura sedih.

Mendengar nada kecewa Ellie, Wayne pun panik, "Ellie, bagaimana aku bisa membohongimu? Kamu tahu bahwa semua aku lakukan untuk kebaikanmu!"

"Kalau begitu tolong bantu aku kali ini, ya? Bantu aku untuk menyingkirkan wanita itu dari kota H!" lanjut Ellie.

Wayne menarik napas panjang, mengangguk, "Baik, setelah aku mengantarmu ke 庄园, aku akan segera pergi mengurusnya."

"Kalau begitu katakan dulu apa rencanamu," Ellie masih tak lega, ia meminta Wayne menjelaskan rencananya dengan rinci.

Wayne membasahi bibirnya dan berkata pasrah, "Sama seperti dulu, aku akan memeriksa tempat kerja wanita itu, lalu memberitahu atasan mereka kalau Alexander menghendaki wanita itu pergi."

Wayne berhenti sejenak, lalu berkata lagi, "Aku juga akan mengirim informasi pada perusahaan lain. Semua perusahaan yang berhubungan dengan desain pakaian jangan sampai mempekerjakannya, lebih baik kalau bisa memaksanya keluar dari kota H."

Mendengar penuturan Wayne, Ellie akhirnya mengangguk-angguk lega. "Terima kasih, Wayne," katanya senang.

Wayne tak bersuara, melainkan hanya menanggapi ucapan terima kasih Ellie dengan desahan ringan.

Di pesta Perusahaan Besar Lin...

Setelah Alexander selesai meladeni para bos yang ingin beramah-tamah dengannya, ia pun duduk menyendiri di ujung ruangan dan minum anggur dalam diam.

Matanya berkeliaran memandang orang-orang yang sedang berlalu lalang. Hatinya masih mengkhawatirkan kondisi kesehatan Ellie.

Di saat yang sama, ingatan tentang perjumpaannya dengan Fellis di kamar mandi masih melekat erat di kepalanya.

4 tahun, sudah lewat 4 tahun.

Di malam turun hujan itu, dalam kemarahan dan mabuknya, ia menyakiti Fellis. Dan sejak hari itu juga, Fellis menghilang.

Sikap Alexander terhadap pernikahannya dengan Fellis hanya ada 1 kata: memanfaatkan.

Namun, perlahan-lahan, Alexander mendapati bahwa tak peduli seberapa dinginnya ia memperlakukan Fellis, gadis itu selalu menatapnya dengan senyum indah nan cerah, senyuman yang membuat orang tak tahan untuk tak mencintainya.

Saat ia memberikan surat perceraian ke hadapan Fellis, ia tak bisa melupakan wajah sedih dan kecewa gadis itu. Alexander juga tak bisa lupa, rasa sesal yang menyeruak dari dadanya saat ia kembali ke vila dan menemukan surat cerai yang sudah ditandatangani beserta ceknya.

Dan 4 tahun kemudian, hari ini, Fellis telah berubah menjadi orang asing, orang asing yang membencinya.

Kalau begitu, biarlah mereka tetap menjadi orang asing saja. Saat Alexander menetapkan keputusan ini, ada sedikit kesedihan di dalam hatinya. Ia tak tahu apakah itu karena kerinduannya pada Fellis, ataukah karena penyesalannya.

"Hei, Kakak Ketiga, apa yang kamu pikirkan!" panggil Warren, si general manager Perusahaan Besar Lin. Ia mengenakan jas merah muda yang mencolok, tangannya memegang segelas cocktail biru muda. Ia berjalan mendatangi Alexander.

Novel Terkait

Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu