The Comeback of My Ex-Wife - Bab 404 Siapa Kamu?

Mendengar ucapan dokter, mungkin saja membiarkan Fellis lanjut tidur bisa membuat pemulihan tubuhnya lebih baik, akhirnya pria itu tenang, tanpa sadar ia menghela napas lega, melambaikan tangannya dan berkata: “Jika begitu, kalau begitu kalian pulang saja dulu!”

“Baik.” Para dokter mengangguk, berbalik dan pergi dengan hati yang berdebar-debar.

Pria itu menggumam dengan suara berat, lalu membalikkan tubuh, mengulurkan tangan dan membuka pintu kamar pasien.

Napas Fellis terlihat tenang terbaring di atas ranjang, pria itu berjalan perlahan ke sisi ranjang, duduk di sisi Fellis, sinar matahari di luar jendela sangat indah, menembus gorden tipis, menyinari wajah Fellis, selain beberapa lukanya yang mengejutkan, kulit lain di wajahnya bersinar seperti keramik putih, bercahaya.

Pria itu menyentuh dahi Fellis dengan lembut, suaranya membawa sayang dan rasa lelah: “Friscella, kapan kamu baru akan tersadar? Aku, sangat mengkhawatirkanmu.”

Baru saja pria itu selesai berbicara, mata Fellis yang selalu tertutup pun menggerakan kelopak matanya, ia mengedipkan bulu matanya yang panjang, perlahan membuka matanya.

“Jangan lihat!”

Ketika Fellis membuka matanya, pria itu langsung menaruh tangannya di depan mata Fellis, menghalangi pandangannya.

Fellis yang baru saja membuka matanya masih belum fokus, baru saja ia melihat bayangan buran wajah seseorang yang muncul di depannya, namun langsung matanya ditutupi oleh sebuah tangan.

Ia yang tertidur dalam waktu lama, otaknya sedikit kosong, Fellis mengedipkan matanya, bulu matanya yang panjang bergerak ke atas dan ke bawah, menggaruknya ringan.

Memegang telapak tangan pria itu.

Pria itu menggerakan jakunnya, sentuhan tipis seperti ini, membuat hatinya yang selalu tenang tiba-tiba berdegup kencang: Friscella, akhirnya kamu sadar, sungguh baik.

Setelah mata Fellis terbiasa, perlahan ia bisa melihat barang di depan matanya, sinar matahari yang hangat menembus celah jemarinya, ia menggunakan sinar yang terang, perlahan melihat jelas kerutan pada tangan itu.

Ini adalah tangan seorang pria, tulangnya terlihat jelas dan tangannya lentik, kerutan di telapaknya sangat jelas, dan jemarinya sudah kapalan.

Dulu Fellis pernah mendengar, kapalan di daerah itu, adalah karena sering berlatih panahan, Fellis pernah melihatnya di tangan Alexander, hanya saja, Fellis sangat yakin, pria ini bukan Alexander.

Lalu, siapa dia?

“Siapa kamu?” Fellis berbicara dengan tenggorokan yang kering, lukanya masih terasa sakit, “Apakah kamu yang menyelamatkan aku?”

Suara Fellis pun menarik kembali pria itu dari pemikirannya yang dalam, ia tidak berhenti memberi tahu diri sendiri: Pasti harus tahan! Sekarang masih bukan saatnya ia bertemu dengan Friscella!

Pria itu menggerakkan jarinya, karena Fellis yang tiba-tiba tersadar suaranya pun menjadi sengau, kebetulan bisa menutupi suara aslinya: “Aku ……, kamu, bisakah kamu menutup matamu?”

“Hm.” Fellis mengangguk, ia sangat lelah, bahkan untuk membuka matanya saja ia harus menggunakan tenaga, membuka matanya dalam waktu yang cukup lama, lalu mengucapkan beberapa kalimat, Fellis juga ingin menutup matanya dan istirahat sebentar.

Pria itu menghela napas lega setelah mendapati Fellis sudah menutup matanya, perlahan ia menarik tangannya yang gemetaran.

Fellis yang menutup matanya lagi-lagi tampak di depannya, seperti tertidur, tapi pria itu tahu ia harus pergi sekarang, tatapannya memandang wajah Fellis selama satu detik, lalu ia berbalik, berjalan ke arah pintu.

“Krek”, suara terdengar dari pintu yang ditutup, menunggu sampai Fellis membuka matanya lagi, ia hanya melihat sebuah bayangan punggung yang samar menghilang di depan pintu.

Fellis memandang pintu dengan curiga, dari awal hingga akhir ia tidak tahu siapa pria itu, ia muncul tiba-tiba di hadapannya, lalu pergi.

Saat itu juga, terdengar suara ketukkan pintu dari luar pintu.

“Masuk.” Fellis menggerakkan bibir pucatnya, sebisa mungkin berbicara dengan keras ke arah pintu.

Pintu itu dibuka perlahan, masuklah seorang lanjut usia sekitar umur 50 sampai 60 tahunan, ia menggunakan pakaian pembantu, wajahnya murni wajah orang luar negeri, ada kerutan di wajahnya, dan ia pun tersenyum ke arah Fellis.

Fellis tidak mengerti akan yang terjadi di hadapannya, ia pun memandang orang tua asing di hadapannya dan berkata: “Excuse me, I ……”

“Nona An, kamu bisa berbicara bahasa Indonesia.” Pembantu itu tersenyum pada Fellis, “Bahasa Indonesiaku sangat bagus, sekarang aku yang akan merawatmu, kamu panggil saja aku Bibi Yang.”

“Hm.” Fellis mengangguk, meski ia tidak begitu mengerti akan apa yang terjadi di hadapannya, tapi ia bisa merasakan dengan jelas, sekarang dirinya sangat aman, masalah lainnya, hanya perlu untuk menanyakannya saja dengan jelas.

Di dalam hatinya tidak ada perasaan bahaya, Fellis merasa kekuatannya sudah sedikit pulih, ia memandang Bibi Yang dan bertanya: “Apakah kamu bisa menuntunku bangun? Aku ingin duduk sebentar.”

“Tentu saja.” Bibi An mengangguk, sembari bicara ia sambil memapah Fellis duduk dengan hati-hati.

“Terima kasih.” Fellis mengangguk pada Bibi Yang, ia memandang sekelilingnya, menyadari kamar tempatnya berada memiliki dekorasi yang sangat mewah, segala jenis peralatan semuanya ada.

“Aku ada di mana? Lalu siapa orang yang menyelamatkan aku?” Fellis memandang Bibi Yang, mulai menanyakan beberapa pertanyaan dasar.

“Sekarang kamu ada di Kota S, Tuan Muda yang membawamu kembali.”

“Tuan marah?” Fellis bertanya sambil mengerutkan alisnya, “Siapa Tuan Muda? Apakah pria yang barusan?”

“Nona An, tadi kamu melihat wajah Tuan Muda?” Bibi Yang bertanya dnegan terkejut.

“Tidak.” Fellis menggeleng dan berkata, “Saat itu, ia menghalangi mataku, menunggu sampai aku membuka mataku lagi, aku pun melihatmu.”

“Begitulah!” Bibi Yang mengangguk kecewa, ada saatnya Tuan Muda terlalu berjaga-jaga pada dirinya sendiri.

“Siapa nama Tuan Mudamu? Apakah aku mengenalnya?” Fellis sangat penasaran.

“Akan ada hari di mana kalian bisa bertemu.” Bibi Yang tersenyum pada Fellis, “Nona An, sekarang hal yang paling penting adalah kamu merawat dirimu dengan baik. Masalah lainnya, sementara dikesampingkan dulu.”

“Kalau begitu apakah sekarang aku bisa kembali ke Kota H? Teman baikku, juga anakku Joy, sekarang mereka pasti sangat mengkhawatirkanku.”

“Tidak bisa.” Bibi Yang menggeleng, “Tuan Muda bilang, tunggu sampai tubuhmu sudah cukup baik, baru mengantarmu ke Kota H.”

“Kalau begitu bisakah aku menelepon temanku, menyampaikan kabar?”

“Nona An, kamu merawat dirimu dengan tenang saja.” Bibi Yang tidak langsung menjawab pertanyaan Fellis, namun ia berjalan ke depan jendela, mengulurkan tangan dan membuka gorden, ia menunjuk keluar jendela, berkata pada Fellis, “Sekarang sinar matahari di luar sangat bagus, maukah aku mendorongmu keluar untuk berjemur sebentar?”

Fellis melihat Bibi Yang yang sepertinya tidak begitu ingin membiarkannya langsung pergi dari sini, sekarang luka ditubuhnya juga belum sembuk, sama sekali tidak bisa pergi sendiri, oleh karenanya ia hanya bisa menggangguk dan berkata: “Kalau begitu terima kasih.”

“Sama-sama.” Bibi Yang menggeleng lalu menuntun Fellis dengan hati-hati, duduk di atas kursi roda.

Ketika sedang bergerak, Fellis merasakan lukanya masih sakit, tapi ia menahan dan tidak mengucapkannya, sepertinya ia berbaring dalam kegelapan dalam waktu yang sangat lama, ia juga ingin keluar dan berjemur.

Baru saja Bibi Yang mendorong Fellis keluar dari kamar pasien, sinar matahari yang hangat menyinari tubuhnya, membuat ia merasa nyaman, kekuatannya pun sedikit pulih.

Novel Terkait

Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu