The Comeback of My Ex-Wife - Bab 196 Apakah Sudah Cukup Membuat Masalah

Begitu Stella mendengar suara Aiden, ia langsung berdiri, tersedak dan berkata: “Suami, aku di sini.”

Stella berdiri di tempat merasa disalahkan, beberapa hari ini ia begitu Lelah, juga disalahkan berkali-kali, ia berharap Aiden bisa menghiburnya, mengatakan sedikit ucapan yang menghibur.

Tapi, baru saja Aiden berjalan ke hadapan Stella, ia pun berkata dengan tidak sungkan: “Apakah kamu bertengkar dengan Ibuku? Aku tadi hanya pergi ke rapat kecil, lagi-lagi kalian bertengkar, Stella, bisakah kamu tenang sedikit, jangan memberiku masalah!”

Stella pun langsung terpaku, hatinya yang dipenuhi harapan, sedetik kemudian jatuh ke dalam lubang es, ia menggeleng dengan tidak percaya dan bertanya: “Aiden, kata-katamu terlalu jahat, apa maksudnya aku memberimu masalah? Beberapa hari ini Ibumu sakit, siapa yang merawatnya? Uang operasi Ibumu, siapa juga yang meminjamkannya?”

“Kamu kamu semuanya kamu, oke?” Aiden berteriak dengan tidak sabar, “Tapi kamu adalah Istriku, menantu Ibuku, bukankah seharusnya kamu melakukan ini?”

Stella tertawa dengan marah, air mata yang tadi ditahannya lagi-lagi keluar: “Maksudmu adalah, aku selelah ini, adalah aku yang mencarinya sendiri, siapa suruh aku menikah denganmu, apakah begitu?”

“Aku tidak berkata seperti itu, jika kamu berpikir begitu, aku juga tidak bisa apa-apa!” Aiden menaikkan bahunya, wajahnya tidak peduli!

Stella merasa dadanya sangat sakit, rasa sakit itu, kekecewaannya, rasa disalahkan, sedih, dan yang tidak bisa dipahaminya: cinta pertamanya, suaminya --- Aiden, bagaimana mungkin berubah menjadi seperti ini?

Ia bersusah payah merawat Mertuanya, memasang muka tebal untuk meminjam uang pada Fellis, dengan merasa sungkan menerima bantuan orangtuanya, yang ia lakukan ini, karena orang yang menghadapi kesulitan ini, adalah suami yang dicintainya! Ia sebagai istri, rela merasa sedih untuk membantunya!

Tapi sekarang? Rasa sedih dan lelah yang diterimanya, suaminya tidak memahami dan tidak berterima kasih, malah menyalahkannya!

Stella menundukkan wajahnya, tubuhnya seperti kosong: “Baiklah! Aiden, jika kamu begini padauk, maka kamu rawat sendiri Ibumu!”

Selesai Stella berbicara, ia berbalik dan pergi.

Begitu Aiden melihat Stella pergi, ia langsung geram dan berjalan maju, menggenggam pundak Stella, berteriak: “Stela, apakah kamu sudah cukup membuat masalah!”

“Kamu berteriak padaku?” Stella memandang Aiden, seperti memandang orang asing, bertanya, “Dulu kamu tidak mungkin berteriak padaku?”

Melihat tatapan Stella yang sakit hati, akhirnya Aiden sedikit melunak, memikirkan ketika dulu ia berpacaran dengan Stella di kampus, ia selalu mencintai Stella dengan tulus, takut Stella terluka.

Tapi, sejak kapan, dirinya mulai tidak menyukai Stella?

Aiden memandangi mata Stella yang putus asa, bagaimana pun juga ia tidak terpikirkan.

Mungkin, begitulah manusia, tidak menghargai setelah mendapatkannya, ia selalu merasa, Stella akan selalu ada di sisinya, jadi, ia mulai tidak mempedulikan Stella. Malah penasaran akan wanita di luar sana, dari wanita-wanita itu ia bisa mendapatkan rasa segar dan menantang, dan hanyut di dalamnya, tidak bisa menarik diri.

Saat itu, Aiden lagi-lagi terpikirkan kekasihnya yang manja, meski kekasihnya itu tidak lebih baik dari Stella, tapi, ada rasa segar yang tidak bisa dibandingkan di dalam dirinya!

Tapi, manusia harus mulai dari ketidaktahuan dan berjalan sampai saling memahami, perjalanan ini, akan membuat rasa segar memudar! Dulu, ia sangat haus ingin mendapatkan Stella! Tapi sekarang tidak menghargainya!

Aiden yang terpikirkan ini pun merendahkan suaranya, ia memandang Stella, suaranya sedikit mengalah: “Aku tidak meneriakimu, hanya saja karena kamu sangat nakal!”

Lalu Stella malah tidak berencana kembali dengan Aiden, ia melepaskan tangan Aiden dengan dingin, memandangnya dan berkata dengan serius: “Aiden, kurasa kita membutuhkan waktu untuk menenangkan diri.”

Tidak tahu sejak kapan, ia kehilangan dirinya, setiap hari Bersama suaminya, anaknya, dan mertuanya, sudah cukup lama, ia tidak pernah beristirahat dan membaca buku yang ia sukai, pergi ke tempat yang ia sukai.

Pengorbanannya, malah digantikan dengan amarah orang lain atau dianggap biasa oleh orang lain, mengapa ia berubah menjadi sangat kasihan?!

Stella mentertawakan dirinya sendiri, lalu berbalik dan pergi.

“Stella, kamu jangan ribut lagi!” Begitu melihat Stella tetap pergi, Aiden menarik Stella dengan keras, tapi tidak mengira karena tenaganya yang terlalu besar, Stella tersandung dan jatuh di lantai.

Hanya terdengar suara “bruk”, Stella pun berlutut di atas lantai, meski musim dingin, pakaian yang digunakannya lebih tebal, tapi kedua tangan Stella menahan di tanah, dan terkena banyak tanah.

Sekali lagi air mata Stella keluar, ternyata Aiden berbuat seperti itu padanya, ia adalah suaminya, cinta pertamanya, ciuman pertama, hingga menikah, ia selalu ada di sisi suaminya! Ternyata mendorongnya hingga jatuh, dulu hanya jika ia mengerutkan alisnya, Aiden akan tidak tega!

Stella menggigit bibirnya dengan keras, hidungnya panas dan sakit, air matanya mengalir dengan deras.

Di tengah tangisnya, ia melihat sepasang sepatu kulit yang bersinar muncul di depan matanya.

Ia menengadah dengan wajah yang dipenuhi air mata, ia melihat Joseph memakai jubah putih, berdiri di depannya.

Ia masih seperti dalam ingatannya, meski tampan, tapi selalu dengan raut wajah yang dingin, di belakang bingkai kacamata emasnya yang sama dengan Aiden, tidak pernah ada bayangan orang lain.

Saat itu, Stella melihat Joseph menunduk, mengulurkan tangan padanya.

Melihat tangan yang pucat dan sedikit berbau antiseptik itu, ia pun menahan air matanya, ia menoleh dan melihat Aiden yang masih terdiam, lalu meletakkan tangannya di dalam tangan Joseph.

Tangan Joseph dingin, sedingin pisau operasi, ia menggenggam tangan Stella, sedikit menggunakan tenaga, menarik Stella berdiri.

Setelah Stella berdiri, Joseph melepaskan tangannya, tetap tidak berekspresi.

Stella memandang Joseph, lalu menunduk, ia tidak mengira, ketika di saat paling buruknya, ternyata terlihat oleh Kakak Dokter yang selalu dikaguminya!

Tapi masih untung, sepertinya Kakak Dokter ini lupa siapa dirinya, ia pun menghela napas lega, berkata dengan suara yang sengau: “Terima kasih.”

“Sama-sama.” Jawab Joseph, ia baru saja menyelesaikan operasi 6 jam, tadinya ia ingin beristirahat di taman rumah sakit, tapi malah melihat Aiden dan Stella saling tarik menarik.

Sebelumnya melihat pria ini merayu wanita di kamar mandi, sekarang main tangan dengan istrinya, sungguh orang yang “unik”.

Sembari berpikir, Joseph memandang Aiden, terdapat senyum dingin di wajahnya.

Novel Terkait

Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu