Menantu Bodoh yang Hebat - Bab 72 Shadow, Kakak Besar Organisasi Prilod

Pedang pelangi sudah ada di tangan, Beast Sword seketika menjadi sangat garang dan menyeramkan. Dirinya bak pendekar yang menguasai dunia.

Tubuhnya memancarkan niat membunuh yang kejam, terlihat seperti dewa-dewa yang siap berperang.

Red Rose dan 10 lebih pembunuh bertopeng pun dapat merasakan keinginan Beast Sword untuk membunuh ini. Mereka langsung segera menyingkir ke samping. Hati mereka ikut tegang, sorot mata mereka bersinar menyiratkan antusias mereka. Beast Sword merupakan pimpinan kedua mereka, kemampuannya di atas rata-rata. Akan tetapi, orang-orang Organisasi Prilod ini malah sangat jarang melihat Beast Sword bertarung. Kali ini, bisa melihat dengan mata kepala sendiri Beast Sword yang akan mengeluarkan kemampuannya, tentu saja mereka sulit menutupi antusias mereka. Hati mereka pun penuh dengan penantian.

“Aku katakan sekali lagi, serahkan istri dan ibu mertuaku, aku akan mengampuni dan tidak mengambil nyawa kalian.” Tak peduli seberapa kuat Beast Sword, Dimas Wu tetap tidak peduli. Ia tidak peduli dengan niat membunuh Beast Sword dan hanya memberikan peringatan terakhir padanya.

Red Rose yang melihat Dimas Wu begitu ganas pun tak tahan lagi. Ia segera mendesak Beast Sword sambil berkata: “Pimpinan kedua, lihatlah Dimas Wu ini, benar-benar sudah gila. Cepatlah bunuh dia!” Red Rose mengetahui bahwa ilmu bela diri Beast Sword mengalami kemajuan sehingga ia juga percaya diri terhadap kemampuan Beast Sword. Tidak perlu bicara menghadapi Dimas Wu yang sehat tanpa luka, setidaknya menghadapi seorang Dimas Wu yang sudah terluka ini sepertinya tidak akan jadi masalah.

Beast Sword menganggap Dimas Wu sebagai seorang lawan yang pantas baginya, karena itulah ia bersedia memberinya sebuah kesempatan. Namun, Dimas Wu tidaklah menghargainya, malah menantangnya terus. Hal ini tentu saja membuat niat membunuh yang dimiliki Beast Sword semakin meninggi.

“Kalau mau mati, ya kamu yang harus mati!” Beast Sword melangkahkan kakinya sampai di hadapan Dimas Wu. Setelah itu, ia mengangkat pedang pelanginya dan pergi menyerang Dimas Wu.

Sekali tebasan ini membawa kekuatan yang mengguncang bumi.

Praangg!

Pedang pelangi yang ada di tangan Beast Sword membelah langit dan memecah lantai ruangan pabrik sehingga mengeluarkan suara yang sangat besar.

Bersamaan dengan suara keras ini, mata pedang yang bertemu dengan lantai pun mengeluarkan semburan api yang menyala.

Debu-debu di atas tanah pun berserakan, membuat udara berubah menjadi keruh. Semuanya seolah berada di tengah-tengah kabut.

Inilah Beast Sword, sekali menyerang pasti menggetarkan dunia.

Beberapa orang yang mengitari mereka sebenarnya juga termasuk orang yang sangat hebat, tetapi di depan Beast Sword, mereka terlihat begitu kecil dan tidak ada apa-apanya. Di antara mereka, sama sekali tidak ada yang bisa menahan tebasan yang mematikan ini.

Red Rose juga dapat merasakan kekuatan Beast Sword. Hatinya diam-diam terkagum dan berkata: “Kemampuan pemimpin kedua ternyata benar-benar di atas sudah mengalami kemajuan.”

Setelah debu-debu menyentuh tanah, pandangan pun kembali menjadi jelas. Semuanya baru menyadari kalau Dimas Wu sudah berganti posisi dan sama sekali tidak terkena serangan Beast Sword. Ia sama sekali tidak terluka.

“Orang yang bisa menghindar dari serangan pedangku ini tidak banyak. Dimas Wu, kamu benar-benar sangat kuat, tetapi sayang lawanmu adalah aku.” Beast Sword bukan hanya memuji Dimas Wu, tetapi lebih kepada menyombongkan dirinya sendiri. Selesai berkata demikian, ia kembali mengayunkan pedangnya dan mengarahkannya kepada Dimas Wu.

Tebasan kedua Beast Sword ini memiliki kecepatan yang lebih tinggi dan kekuatan yang lebih besar dibanding ayunan pedang yang pertama.

Praanggg!

Tanah dan gunung seolah bergetar, seluruh ruangan pabrik pun kembali mendapat getaran yang amat hebat.

Bagaimanapun juga, pedang tersebut masih saja terayun sampai ke tanah. Dimas Wu kembali berhasil menghindar.

Melihat hal ini, amarah dalam hati Beast Sword semakin meluap. Ia pun tak lagi banyak bicara, lalu terus-menerus mengayunkan pedangnya ke arah Dimas Wu.

Beast Sword telah mempelajari satu jurus ilmu pedang, yaitu jurus 13 tebasan maut.

13 tebasan, satu tebasan lebih mengerikan dibanding tebasan sebelumnya. Semakin ke atas, tebasan tersebut semakin mudah mengambil nyawa orang. Beast Sword pun mengandalkan jurus ini dan melenyapkan Jiangdong. Beberapa tahun terakhir ini, ia sangat jarang menemui lawan yang kuat dan hebat, orang-orang pada umumnya saat berhadapan dengannya sama sekali tidak bisa menghindar dari satu ayunan pedangnya.

Tetapi, Dimas Wu ini malah bisa menghindar dari semua serangannya. Sampai jurus 13 tebasan mautnya sudah digunakan semuanya, ruangan pabrik pun hampir roboh dibuatnya, tetapi Dimas Wu ternyata masih tidak terluka. Ia seperti bisa berteleportasi sehingga dapat dengan mudah menghindar dari serangan 13 tebasan maut Beast Sword yang bertubi-tubi.

Para pembunuh bertopeng yang mengitari mereka pun, semuanya terkesima.

Pertarungan hidup dan mati ini benar-benar mengejutkan banyak pihak. Kekuatan Beast Sword yang menggegerkan dunia, tetapi Dimas Wu pun juga tidak menunjukkan sedikit sikap mengalah. Ia setiap kali bisa berlari dari setiap mara bahaya tersebut dan menghindar dari setiap ayunan maut Beast Sword. Kehebatannya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Semua orang yang menyaksikan pertarungan itu hanya bisa merasakan detak jantung yang semakin kuat, napas pun juga semakin cepat. Mereka tidak berani mengeluarkan suara sedikit pun dan fokus menonton pertarungan tersebut.

Beast Sword mengatur pernapasannya sejenak, lalu berkata kepada Dimas Wu: “Kalau punya kemampuan, mari beradu denganku. Menghindar ke sana kemari, apa artinya itu?”

Dimas Wu mengulurkan tangannya perlahan dan membalut luka di pinggangnya sedikit lebih erat. Kemudian, ia menatap Beast Sword dan berkata dengan suara berat: “Baik, aku tidak akan menghindar.”

Mendengar hal ini, kedua mata Beast Sword pun bersinar. Ia lalu segera berkata: “Ini kamu sendiri yang bilang, ya.”

Setelah itu, kekuatan dari dalam tubuh Beast Sword pun langsung meledak, udara seolah terbakar karena kekuatannya itu. Segelintir angin yang tak terlihat pun datang menyerbu.

“Mati saja kamu!” Sambil berteriak, Beast Sword pun langsung melancarkan serangan ke arah Dimas Wu. Sesampainya di hadapan Dimas Wu, ia langsung mengangkat pedang pelanginya dan mengarahkan ke kepala Dimas Wu.

Gerakan satu ayunan pedang ini sama sekali tidak rumit, sederhana dan kejam, tetapi kekuatan pedang ini tak tertandingi, menyiratkan seluruh tenaga Beast Sword.

Satu tebasan ini merupakan andalan terakhir Beast Sword.

Para pembunuh bertopeng yang berdiri di belakang Dimas Wu semuanya tertegun melihat kekuatan ayunan pedang yang sangat besar ini. Mereka seakan memberikan refleks dan segera mundur ke belakang.

Sedangkan Dimas Wu malah masih tetap di tempat dan diam tak bergerak.

Beennggg!

Di saat pedang pelangi akan segera membelah kepala Dimas Wu, tiba-tiba pedang tersebut berhenti bergerak. Beast Sword mengerahkan tenaganya untuk mengayunkan pedangnya ke bawah, tetapi masih saja tidak bisa menurunkan pedang pelanginya itu. Hal ini disebabkan kedua jari Dimas Wu sedang menjepit erat batang pedang pelangi.

Adegan ini berhenti sampai di sini dan langsung menyorot masuk ke dalam mata para penonton, membuat semua yang menyaksikan terbelalak. Mata mereka penuh dengan keterkejutan. Dimas Wu ini sebenarnya monster apa, kenapa bisa begitu menyeramkan seperti ini sehingga bisa hanya menggunakan 2 jari untuk menahan ayunan pedang maut Beast Sword yang kekuatannya bisa membelah langit ini?

Semua orang pun tak bisa mempercayainya.

Bahkan Beast Sword sendiri juga ikut terperanjat hingga hatinya bergetar. Di badannya mengalir keringat dingin hingga basah kuyup. Bola matanya terbelalak besar, pandangannya penuh dengan rasa terkesima. Ia melihat Dimas Wu seperti melihat hantu, lalu menggumam tak percaya: “Ini…ini tidak mungkin, kan?”

Dimas Wu menjawab datar: “Terlalu menyombongkan diri sendiri.”

Setelah berkata demikian, jari Dimas Wu menekan dengan sepenuh tenaga. Sontak, batang pedang pelangi pun berubah melengkung. Kemudian, Dimas Wu pun mengendurkan jarinya.

Tuunggg!

Elastisitas kuat yang dihasilkan dari batang pedang pelangi yang kembali menjadi bentuk awal mengejutkan Beast Sword hingga lengannya kesemutan. Ia pun langsung mundur terus-menerus.

Saat Beast Sword mundur, Dimas Wu tiba-tiba menyerangnya dengan memukul tulang tengkorak Beast Sword.

Buukkk!

Suara nyaring terdengar. Ekspresi Beast Sword membeku, tubuhnya langsung jatuh ke tanah dan mengeluarkan bunyi yang keras.

Ia pun mati.

Sampai menghembuskan napas terakhir, mata Beast Sword terbuka dan penuh dengan ketidakpercayaan. Ia mati dengan meninggalkan penyesalan.

Satu jurus, mencabut nyawa.

Beast Sword, pimpinan kedua Organisasi Prilod yang namanya menggegerkan seluruh Jiangdong, ternyata mati dengan dipukul Dimas Wu seperti ini. Hasil akhir ini benar-benar membuat orang terkejut dan terheran.

Red Rose dan yang lainnya sangat terkejut hingga tidak bisa merasakan apa-apa. Getaran yang sangat kuat menyerbu hati mereka.

Dimas Wu menatap segerombolan orang yang terbengong ini dengan tatapan tajam, lalu bertanya dengan datar: “Apakah kalian masih tidak berencana menyerahkan istri dan ibu mertuaku?” Meski suara Dimas Wu sangat datar, tetapi saat masuk ke telinga mereka, suara itu terdengar sangat mengerikan.

Wajah Red Rose berubah menjadi putih pucat, ia akhirnya mengetahui seberapa menyeramkannya Dimas Wu ini. Ia pun tahu betul kalau dirinya dan beberapa orang yang tersisa ini sama sekali tidak cukup untuk menghabisi Dimas Wu, jika memberontak hanya akan menyebabkan keletihan saja. Akan tetapi, jika ingin membuatnya mengakui kekalahan seperti ini, ia juga tidak bisa. Ia pun menggertakkan giginya, lalu berteriak kencang: “Hadang dia.”

Setelah itu, Red Rose langsung berlari kabur.

Jiwa belasan pembunuh bertopeng yang ada di sana sudah melayang karena terkejut akan kekuatan Dimas Wu, tetapi mereka masih memiliki sikap profesional dalam bekerja. Mereka awalnya memang merupakan sekelompok orang yang tidak takut mati. Red Rose merupakan atasan mereka. Begitu atasan memberi perintah, mereka tidak boleh tidak mematuhinya. Mereka juga harus menjaga mati-matian keselamatan Red Rose.

Begitu pemimpin kelompok berbaju hitam mendengar perintah itu, ia segera memerintahkan semua pembunuh bertopeng itu dan berkata: “Maju semua.”

Seketika, belasan orang itu pun berlari secepat kilat mengitari Dimas Wu.

Begitu melihat kondisi ini, Dimas Wu segera bersiap menyambut serangan. Walaupun kemampuan orang-orang tersebut tidaklah jelek, tetapi bagi Dimas Wu, mereka hanyalah serangga kecil. Tak berapa lama kemudian, Dimas Wu pun menghajar semua orang tersebut. Kemudian, tanpa membuang waktu lagi, ia segera berlari mengejar Red Rose.

Lalu, Dimas Wu telah berlari keluar dari pintu besi yang ada di ujung menuju luar ruangan pabrik.

Di luar merupakan hutan liar yang berisikan rerumputan dan tumbuh-tumbuhan layu. Tak nampak batang hidung seorang pun.

Dimas Wu memperlambat langkah kakinya, sembari berjalan ia sembari mencari.

Pandangannya menyapu sekelilingnya, tetapi ia tetap tidak menemukan jejak Red Rose dan tidak merasakan sedikit saja kehadirannya.

Jika dipikir dengan logika, Red Rose terluka, dengan waktu sesingkat ini, ia tidak mungkin berlari terlalu jauh. Namun, ia malah bisa menghilang tanpa jejak dengan waktu sependek ini. Satu-satunya kemungkinan adalah ada orang yang datang dan menolongnya, kalau tidak, Red Rose tidak mungkin berlari sendirian.

Dimas Wu menghentikan langkah kakinya, dengan amarah yang meluap-luap, ia berteriak ke arah hutan liar itu: “Bukankah kalian Organisasi Prilod menginginkanku mati? Keluar sekarang!”

Suaranya menggelegar bak petir hingga menggetarkan langit dan bumi.

Namun sayangnya, hanya terdengar gema suaranya saja dan tidak ada suara balasan apa-apa lagi.

Hati Dimas Wu berdegup sangat kencang, seolah ada sebuah tangan yang tak terlihat sedang mencengkeram jantungnya kuat-kuat. Ia sangat tidak nyaman, lebih lagi tidak terima. Ia sudah susah payah mendapatkan sedikit petunjuk yang berhubungan dengan sarang Organisasi Prilod, tetapi sesampainya di sini, ia tidak hanya belum menemukan Angel Xia, malah masuk ke dalam perangkap yang menyebabkan dirinya terluka.

Hasil ini benar-benar tidak bisa diterima oleh Dimas Wu.

Ia berdiri sejenak, lalu kembali melanjutkan berjalan. Ia mencari dengan seksama di gumparan hutan liar ini. Sebelumnya, setelah ia ditikam oleh Felicia Huang, tak berapa lama kemudian, Red Rose, Beast Sword, dan yang lainnya langsung berlari menuju pabrik. Selain itu, Red Rose yang melarikan diri tadi sepertinya diselamatkan oleh orang lain sehingga menghilang tanpa jejak. Oleh karena itu, Dimas Wu merasa bahwa markas Organisasi Prilod yang sesungguhnya pasti ada di sekitar pabrik ini.

Dimas Wu berniat mencari markas mereka ini, hanya saja setelah ia melakukan pencarian begitu lama, pada akhirnya semuanya sia-sia belaka.

Tak berdaya, Dimas Wu pun hanya bisa pulang dengan tangan kosong menuju Desa Kuno Baiyun.

Satu pagi pun lewat begitu saja, sesampainya Dimas Wu di Desa Kuno Baiyun, waktu sudah menunjukkan siang hari. Biasanya, jam-jam seperti ini merupakan waktu Desa Kuno Baiyun yang paling ramai. Di desa, ada banyak orang yang hilir mudik, turis yang berkumpul menggerombol, membuat suasana menjadi hiruk-pikuk.

Namun, siang hari ini, pemandangan di Desa Kuno Baiyun malah berbeda 180 derajat dengan biasanya. Seluruh desa menjadi sunyi senyap, toko-toko satu per satu tutup, orang-orang tergesa-gesa bersembunyi, turis yang datang ke sini pun ada yang bersembunyi di hotel, ada pula yang terburu-buru menuju stasiun, terminal, dan bandara untuk bersiap-siap meninggalkan Desa Kuno Baiyun.

Orang asli desa tersebut yang tinggal di sana, semuanya juga ikut bersembunyi di dalam rumah. Pintunya tertutup rapat dan tidak berani melangkahkan kaki keluar.

Di setiap ruas jalan seketika berubah menjadi dingin dan sepi, hanya ada angin sejuk yang bertiup sepoi-sepoi dan daun-daun yang berguguran.

Dimas Wu seketika sadar bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Tadi pagi saat ia meninggalkan desa, jelas-jelas semuanya terlihat normal, orang-orang melakukan aktivitas, keramaian yang luar biasa. Kenapa baru lewat waktu sebentar saja, Desa Kuno Baiyun seolah sedang menyambut hari kiamat, orang-orang gentar, seluruh desa dipenuhi ketakutan.

Hati kecil Dimas Wu terheran, ia segera menghadang seorang pemuda yang membawa koper hendak pergi ke bandara, lalu bertanya: “Apa yang terjadi di sini?”

Pemuda tersebut berkata dengan ketakutan yang luar biasa: “Cepat pergi selamatkan dirimu! Shadow mau datang.”

Setelah berkata demikian, ia langsung membawa kopernya dan mempercepat larinya.

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu