Menantu Bodoh yang Hebat - Bab 59 Hilang Semua

Tiba-tiba di tengah keheningan malam, terdengar suara telepon berdering. Suaranya begitu terdengar jelas, seakan mengguncang hati Dimas Wu. Dengan sangat cepat dia mengangkatnya. "Aku sudah menggerakkan orang ke seluruh sudut kota Xiyuan untuk mencari, tetapi hasilnya nihil." pernyataan orang di telepon itu membuat Dimas Wu diam geram. Urat tangannya seakan mengeras, terlihat serasa ingin meremukkan ponsel yang sedang digenggamnya. "Di Kota Xiyuan tidak ketemu, cari di seluruh provinsi Jiangdong. Bahkan sampai satu tiongkok pun, bagiamanapun caranya aku mau tahu di mana keberadaan mereka!" jawab Dimas Wu dengan geram sambil mematikan telepon. Matanya memerah terlihat seperti mata iblis.

Jdaar....

Terdengar bunyi sambaran petir, seakan langit juga ikut marah merasakan aura membunuhnya Dimas Wu. Dia berdiri di tengah hujan, seakan tidak peduli dengan derasnya hujan dan kerasnya bunyi petir, dia tak takut dan tak gentar sedikitpun.

Esoknya, jam 9 pagi. Cynthia Zhang bersama kedua anaknya, Vio Zhou dan Via Zhou, datang ke Daerah Kuno Hudong. Mereka berjalan masuk ke rumah yang agak jauh di dalam daerah tersebut. Sambil berjalan, Cynthia Zhang dengan pahit berkata, "Vio, nanti kamu jangan nakal ya. Nanti bibi Felicia akan bantu aku bicara. Kamu usahakan dapatkan hati Angel ya. Dengan begitu semuanya pasti berjalan dengan lancar."

Vio Zhou berpenampilan memakai kacamata hitam. Wajahnya nampak polos dan berpenampilan biasa. Dia orang yang tidak terlalu suka bergaul. Semenjak lulus kuliah, dia tidak pernah mendapatkan pekerjaan yang jelas. Setiap hari dia tahunya hanya menghabiskan waktu di rumah bermain game, serasa seperti orang yang tidak niat bekerja dan menunggu untuk dinafkahi oleh orang tua saja. Usianya yang sudah mendekati 30, tanpa pekerjaan dan calon pasangan hidup. Chyntia Zhang sangat khawatir akan masa depan putranya. Dia sudah sering mencarikannya jodoh. Namun sayangnya, wanita yang baik dan pintar tidak tertarik dengannya, dan dia juga tidak mau hanya dengan wanita yang biasa-biasa saja. Makanya sampai saat ini juga, dia masih jomblo.

Hari ini, Cynthia Zhang membawanya Vio Zhou kesini dikarenakan Chyntia Zhang tertarik dengan Angel Xia. Dia ingin untuk memperkenalkan Angel Xia kepada anaknya.

Sebenarnya urusan sewa rumah, Cynthia Zhang begitu semangat dalam membantu Felicia Huang juga dikarenakan Cynthia Zhang sudah ada perkiraan. Cynthia Zhang sudah memprediksi bahwa Felicia Huang pasti tidak akan menolak permintaannya. Karena bagi Felicia Huang, asalkan bukan Dimas Wu, siapapun boleh menjadi menantunya.

"Gadis cantik seperti itu pasti tidak tertarik denganku." tutur Vio Zhou sambil menundukkan kepala malu.

"Kenapa tak tertarik? Kamu juga tidak buruk-buruk sekali. Kondisinya sekarang juga lagi susah, pasti tidak akan banyak permintaan. Ditambah lagi, dengan orang idiot pun dia mau, itu membuktikan bahwa dia bukan orang pemilih. Asalkan berperilaku baik-baik, ini semua pasti berjalan lancar." jawab ibunya dengan yakin.

"Iya kak, kamu jangan takut. Aku dengan Angel juga lumayan dekat. Nanti aku bantu-bantu bicara hal baik tentang kakak, aku yakin dia pasti tidak akan menolak kakak." sambung Via Zhou.

"Tapi sekarang dia kan belum cerai. Kita seperti ini apakah benar?" jawab Vio Zhou tidak yakin dan dengan nada bicara yang kecil.

"Tidak akan terjadi apa-apa. Itu hanya masalah yang cepat lambat bakal terjadi. Lihat saja mereka sekarang. Susah sampai sewa di rumah bibimu. Mereka mana ada uang untuk menafkahi si idiot itu? Jikalau ini semua berjalan lancar, dia nantinya juga pasti langsung cerai." jawab Cynthia Zhang tenang.

"Iya, aku juga pernah bertemu dengan si bodoh Dimas Wu. Orang bodoh dan tukang onar seperti dia itu banyak. Angel belum cerai juga dikarenakan kasihan melihat dia. Tapi sekarang Angel juga susah hidupnya, pasti tidak akan bertahan dengan dia lagi." tambah adiknya ikut menenangkan Vio Zhou.

"Baru dua hari lalu aku juga bertemu dengan si bodoh itu. Dia layaknya seperti orang desa yang baru ke kota. Vio, kamu 10.000 kali lebih baik darinya. Lagian Angel Xia juga punya mata kepala bisa melihat sendiri nantinya. Dia pasti akan memilihmu." lanjut ibunya lagi.

Vio Zhou masih tidak begitu yakin. Tapi setelah mencoba membandingkan diri sendiri dengan Dimas Wu, tiba-tiba dia menganggukkan kepala dan berkata, "Ada benarnya juga sih."

Tanpa sadar, mereka pun sampai di tujuan. Melihat pintu besi yang terbuka sedikit, Chyntia Zhang pun masuk dan berteriak memanggil Felicia Huang. Namun, sayangnya satu rumah seperti tidak berpenghuni. Tidak ada satu orang pun yang menjawab panggilannya.

"Ada apa ini? Pada kemana orang-orang ini." gumam Cynthia Zhang yang merasa aneh.

Tiba-tiba pada waktu yang sama pula, terdengar bunyi beberapa mobil menuju ke arah rumah itu kemudian berhenti. Segerombolan orang turun dari mobil satu persatu. Pemimpin kelompok ini adalah Randy Xia. Kerugian kemarin yang dirasakannya membuatnya dendam dan bersumpah akan membunuh Dimas Wu. Dia belajar dari kesalahannya dulu untuk tidak lagi membawa algojo yang tak bisa diandalkan. Kali ini yang dibawanya adalah orang yang punya nama di kota Xiyuan, Luis Zheng.

Luis Zheng dulu adalah orang yang dulunya keluar dari tempat yang kumuh. Dulunya dia sering dibuli orang. Lalu suatu hari, dia sadar bahwa semakin dia sabar dan menahan, semakin menjadi-jadilah orang-orang itu. Semenjak itu, dia belajar untuk membela diri dan mulai membangun kelompok preman jalanan di desanya, dan menjadikannya memiliki kekuatan dan reputasi di desanya itu.

Sekarang Luis Zheng menetap di daerah kuno ini. Di sini dia berbisnis memeras orang-orang di daerah itu. Dikarenakan dia seorang yang berani, pandai bela diri dan juga brutal, biasanya tidak ada orang yang berani menggangunya. Beberapa pemilik toko yang bertemu dengannya hanya bisa memberikan uangnya dan kemudian menghilang dari hadapannya.

Masih di satu daerah yang sama, Cynthia Zhang juga mengenal Luis Zheng. Melihatnya membawa sekelompok orang memasuki rumah, dia hanya bisa merangkul erat kedua anaknya dan dengan cepat menyingkir ke tepi.

"Kak Zheng, betul ini rumahnya." kata Randy Xia masuk ke halaman rumah sambil menunjuk ke arah dalam rumah.

"Ayo kawan-kawan! Masuk!" tutur Luis Zheng sambil mengancungkan telunjuknya ke dalam rumah tanpa keraguan.

Sekitar tiga puluhan orang bawahan Luis Zheng masuk ke dalam rumah. Luis Zheng dan Randy Xia pun ikut dibelakangnya. "Bos, di dalam tidak ada siapa-siapa." lapor salah satu anak buah Luis Zheng setelah mencari ke dalam. "Bagaimana sih?" tanya Luis Zheng kepada Randy Xia.

Randy Xia tidak kepikiran bahwa Dimas Wu bisa tiba-tiba tidak ada di tempat. "Mungkin dia sedang keluar. Kita hancurkan saja dulu rumahnya." jawab Randy Xia geram.

"Hancurkan!" perintah Luis Zheng sambil menganggukan kepala setuju dengan Randy Xia.

Phiang ... Phiang...

Sekelompok bawahan Luis Zheng dengan tidak segan menghancurkan apa yang ada di rumah itu.

Cynthia Zhang yang sebelumnya memojokkan diri ke sudut halaman rumah tidak mau ikut campur, sekarang menjadi tidak tahan lagi menahan diri setelah melihat seisi rumah dihancurkan. Dia pun masuk ke dalam rumah sambil berteriak, "Kak Zheng, sudah. Jangan hancurkan lagi. Ini rumah adikku."

"Ini bukannya tempat Dimas Wu?" tutur Luis Zheng sambil mengkerutkan jidatnya.

"Dia memang tinggal di sini, tapi itupun aku yang menyewakan tempat kepadanya. Tolong jangan hancurkan lagi." jawab Cynthia Zhang sambil menganggukan kepala.

Mendengar perkataan Cynthia Zhang, Randy Xia pun langsung memotong pembicaraan mereka, "Kamu beritahu di mana Dimas Wu berada baru aku berhenti memecahkan barang-barang di rumah ini."

"Aku tak tahu di mana dia." jawab Cynthia Zhang sambil menggelengkan kepala.

"Kalau begitu kamu menyingkir jauh dari sini. Tidak usah banyak ikut campur!" lanjut Randy Xia tersenyum jahat. Saat ini suasana hatinya sedang sangat tidak baik. Walaupun tidak menemukan Dimas Wu, asalkan tempatnya bisa dihancurkan, barulah dapat meredakan kemarahannya saat ini.

"Kalian cari Dimas Wu ngapain ke sini, ya carilah di rumahnya. Kenapa rumah adikku yang dihancurkan?" oceh Cynthia Zhang yang tidak terima karena si bodoh Dimas Wu sampai-sampai merusak rumah adiknya yang tidak bersalah. Tidak tahan mendengar ocehannya, Luis Zheng pun jadi tidak senang dan mengancam, "Ngoceh kamu sekali lagi, aku tidak akan segan-segan kepadamu." Mendegar ancaman Luis Zheng, Cynthia Zhang pun menjadi takut dan tak berkata apa-apa lagi. Padahal di dalam lubuk hatinya, dia sangat marah dan tidak terima dengan perlakuan mereka. Tetapi apa boleh buat, dia juga sangat takut dengan preman seperti Luis Zheng.

"Hancurkan saja lagi, akan aku lapor ke polisi." tiba-tiba terdengar suara Vio Zhou masuk ke dalam dan berteriak. Dia tidak ingin rumah bibinya dihancurkan seperti ini, yang paling penting adalah ini juga tempat tinggal Angel Xia, yang suatu hari nanti akan menjadi istrinya. Dia tidak mungkin tinggal diam setelah memikirkan akan hal ini.

Phiak ...

"Lapor aja coba! Percaya tak percaya aku bisa membunuhmu!" balas Luis Zheng menampar Vio Zhou. Tamparannya membuat kacamata hitam yang dipakainya pun terhempas jatuh. Dia terdiam kaget.

"Beraninya kau sembarangan memukul orang?" jawab Via Zhou yang juga menerobos masuk ke dalam sambil berteriak-teriak karena tak senang melihat kakaknya ditampar. Luis Zheng adalah orang yang bertindak semaunya, apalagi di daerah ini, dia layaknya penguasa di situ. Mendengar teriakan Via Zhou, matanya pun tertuju padanya.

Via Zhou berpenampilan pas, menarik, kulit putih dan lemah lembut. Dalam sekejap, Luis Zheng langsung terpana. Dia lalu berjalan ke arah Via Zhou sambil menelan ludah. Dengan manis dia berkata, "Iya kakak yang salah, tidak serharusnya kakak memukul orang."

Tatapan dan nada bicara Luis Zheng membuatnya seakan menunjukkan sifat aslinya. Via Zhou merasakan layaknya serigala yang lapar sedang melihatnya, dia merasa ketakutan. Cynthia Zhang merasakan niat buruk Luis Zheng, lalu menghadang Luis Zheng sambil menariknya lalu berkata, "Kak Zheng, ini anakku, dia masih kecil, kamu..."

Sambil menhempaskan tangan Cynthia Zhang, Luis Zheng marah, "Minggir!"

Cynthia Zhang sekejap terhempas jatuh ke lantai. Dia panik sampai mata pun memerah seakan hendak menangis. Luis Zheng lanjut berjalan menuju ke arah Via Zhou. Via Zhou merasa sangat amat ketakutan. Dia merasa seakan langkahnya tertahan tidak mampu bergerak kemana-mana, tetap berada di tempat dia berdiri, hatinya berdetak kencang, hanya dapat melihat Luis Zheng yang semakin dekat ke arahnya.

Tiba-tiba sesosok pria seakan turun dari langit tepat mendarat di depan Via Zhou. Kehadirannya sangat misterius, namun tidak dengan penampilannya. Rambutnya berantakan, pakaiannya juga banyak sekali kerutan, terlihat jelas seperti seorang preman. Luis Zheng karena kehadirannya pun terkejut. Selang beberapa saat, dia pun berkata kepada pria misterius itu, "Sialan, datang dari mana kamu?"

"Kak Zheng, itu dia. Dialah Dimas Wu yang kita cari. Kamu cepatlah bereskan dia." ketus Randy Xia setelah melihat pria itu.

Benar, pria yang turun dari atas itu adalah Dimas Wu. Karena masalah Angel Xia, dia merasakan sakit yang sangat dalam. Dari kemarin semalaman dia menunggu di atas atap rumah. Tidak peduli seberapa kuat angin dan hujan yang menerpa, dia tak peduli. Sekarang seharusnya masalah apapun tidak ada lagi yang lebih menarik perhatiannya kecuali Angel Xia. Dia hanya menunggu dan menunggu. Namun dikarenakan orang bawahan Luis Zheng yang ribut, dengan brutal menghancurkan semua barang, membuat Dimas Wu merasa terganggu dan turun dari atas atap.

Dimas Wu menatap ke arah Luis Zheng dan bawahannya, lalu berkata dengan dingin, "Kalian sangat ribut! Keluar sana!"

Luis Zheng mendengarnya pun kaget. DImas Wu seakan tidak takut dengan Luis Zheng dan bawahannya. Dia merasa ini sangat gila, lalu dengan sepele berkata," Sepertinya kamu memang orang idiot." Dia lalu menunjuk ke arah Dimas Wu sambil memberikan perintah, "Teman-teman, sini semua! Hajar si idiot ini sampai mampus!."

Sekejap, orang yang tadinya menghancurkan barang-barang seisi rumah, sekarang berkumpul jadi satu. Tiga puluhan orang, datang ramai-ramai ke arah Dimas Wu.

Drap...Drap...Drap...

Dimas Wu tetap berada di tempatnya berdiri tak bergerak. Siapa yang mendekat ke arahnya, ditangkapnya lalu dilemparnya ke arah pagar rumah. Tinggi pagar rumah kurang lebih satu meter, sementara Dimas Wu dengan gampangnya melempar orang-orang besar berbobot 50an kilogram dengan santai ke arah luar pagar. Dia layaknya sedang melempar sebuah batu keluar rumah.

Tiga puluhan orang, satu demi satu di lempar terbang. Mereka terlempar keluar pagar, kepala mereka ada yg pecah berdarah, berteriak mengaduh kesakitan. Tidak sampai satu menit, tiga puluhan orang hilang dari hadapannya. Randy Xia dan Luis Zheng terlihat kaget dan terdiam bodoh. Mereka serasa seperti sedang melihat film-film fantasi. Dimas Wu ini bukan orang, melainkan sesosok mahluk aneh yang menakutkan. Masih pada saat tercengang bingung, Dimas Wu dengan kilat mengarah ke arah mereka. Satu tangan angkat satu, mereka dilempar begitu saja. Sekejap dua orang itu terbang membentuk garis parabola yang indah ke arah luar pagar, lalu dengan keras jatuh ke luar pagar. Tiga orang lainnya di dalam rumah itu, yaitu Cynthia Zhang, Vio Zhou dan Via Zhou hanya bisa terdiam tercengang seperti patung melihat kejadian itu.

Novel Terkait

Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu