Love at First Sight - Bab 98 Tidak Membicarakan Pengkhianatan

Ia pun membandingkan perlakuan Silvia dan Maggie terhadap orang terdekatnya di saat mereka sedang terpuruk. Bagaimana sekarang Maggie memperlakukan dirinya?

Lalu Melvin berdiri di depan pintu ruangan kecil dalam apartemen itu, ia menghisap beberapa batang rokok.

Tidak lama kemudian ia menelepon istrinya,"Bagaimana kabar kalian akhir-akhir ini?" tanya Melvin.

"Cukup baik, tapi akhir-akhir ini perusahaanku sedang mengalami masalah dalam keuangan, kemungkinan akan ada pemutusan hubungan kerja, Melvin, kapan kamu bisa pulang? aku dan anak kita sudah sangat merindukanmu."

"Tidak peduli berapapun uang yang kamu dapatkan, asalkan keluarga kita dapat berkumpul Bersama." kata istrinya di telepon.

Mata Melvin memerah, ia melihat langit yang tidak ada ujungnya, ia sedikit terbatuk dan berkata, "Besok, besok aku akan pulang ke rumah."

Melvin sudah memberikan Maggie kesempatan, tapi Maggie sendiri tidak menghargainya.

Hubungan kerja di antara mereka sudah benar-benar harus berakhir.

Melvin tidak memilih untuk meninggalkan Maggie di saat-saat sulit, tapi Maggie dengan seenaknya melepaskan Melvin hanya demi sebuah kontrak. Malam itu juga Melvin menghubungi Lisa, ia berkata ," Aku dapat mempertemukan kalian dengan Maggie, tapi tolong jangan membawa wartawan."

"Kami tidak sejahat Maggie, satu hal lagi..."

Lisa berhenti sejenak lalu melanjutkan perkataannya lagi, "Aku kenal dengan seorang teman yang bekerja di bidang properti, kalau kamu membutuhkannya, aku akan mengenalkan dia kepadamu. Tinggalkan dunia hiburan, kamu tetap harus bekerja."

"Tidak perlu...." kata Melvin menolaknya.

"Kamu tahu keuntungan perusahaan tempat istrimu bekerja sedang tidak bagus, kalau kalian sama-sama kelihangan sumber penghasilan, bagaimana dengan anak kalian? tenang saja, kamu bukan menjual Maggie, kamu hanya telah membuat keputusan yang tepat." kata Lisa kepadanya.

...........

Pagi hari keesokannya, Maggie meminta Melvin memberikan semua yang kepadanya.

Maggie mengerutkan alisnya lalu berkata dengan emosi , "Hanya ada segini? Ini masih belum cukup untuk membeli baju, apakah kau tahu hari ini aku akan bertemu dengan orang dari perusahaan, ini sangat penting bagiku!"

"Ini adalah semuanya yang aku miliki." kata Melvin sambil menunjukkan dompetnya yang kosong kepada Maggie.

Maggie membalasnya dengan tidak sungkan, "Bukankah kamu masih memiliki kartu kredit? cepat bawa aku ke toko baju mewah! Hanya bila aku berhasil dikontrak perusahaan itu, maka hidupmu baru bisa enak."

Gaya bicara Maggie seperti sedang menyuruh seorang pembantu.

"Tidak bisa, sekarang aku sudah tidak memiliki pekerjaan, aku tidak boleh menambah beban keuangan lagi."

"Kalau begitu kamu minta pada istrimu! bukankah dia masih memiliki pekerjaan?" kata Maggie yang sudah sangat emosi, "Sudahlah, aku tidak bisa mengharapkan apa-apa darimu."

Melvin melihat Maggie yang sedang mencari-cari baju di kamarnya, akhirnya Melvin keluar tanpa bersuara, ia sudah mengenal sifat Maggie yang seperti ini.

Saaat Maggie menghabiskan uangnya dengan sia-sia, ia tidak pernah memikirkan Melvin, saat ia mendapat kesempatan baik, ia juga tidak pernah memikirkan keadaan Melvin, bila dibandingkan dengan Silvia, dapat terlihat bahwa Maggie memang munafik.

"Ayo jalan, waktunya sudah hampir tidak keburu. Oh ya, kamu bisa menggunakan kartu kredit untuk menyewa sebuah mobil kan?" kata Maggie menatap Melvin, "Aku harus selalu terlihat baik di mata orang lain!"

Melvin tersenyum dengna pasrah, "Baik, aku akan pergi menyewanya."

Melvin membiarkan Maggie agar terlihat mewah saat bertemu dengan Silvia, semua kemewahan ini adalah kado terakhir dari Melvin untuknya.

Tidak lama, mereka pun sampai di tempat pertemuan, Maggie menyuruh Melvin untuk membukakan pintu mobilnya, lalu ia turun dari mobil seperti seorang putri.

Maggie menggulung biibirnya lalu masuk ke dalam.

"Aku sudah ada janji, Maggie Jiang." katanya tersenyum tanpa melihat dan menghiraukan pelayan yang ada di sebelahnya yang sedang membicarakan dirinya.

"Itu adalah artis perempuan yang terkena skandal itu kan? benar-benar tidak tahu malu, masih berani muncul!"

"Orang-orang seperti mereka, memang tidak pernah mengutamakan moral."

Maggie hanya bergumam, ia berpikir setelah ia mendapatkan kontrak itu lalu mencari lelaki baru yang memiliki jabatan lebih tinggi, ia akan segera menjatuhkan Silvia.

Melvin hanya melihat Maggie sekilas, ia tahu bahwa Maggie sedang memikirkan hal yang jahat lagi.

"Mengapa mereka belum datang juga?" kata Maggie sambil melihat jam, " Sangat tidak menghargai waktu."

Melvin lalu terbatuk, "Kita juga telah terlambat 15 menit karena menyewa mobil."

"Aku adalah artis besar, memangnya kenapa kalau terlambat sedikit? mereka sama sekali tidak memiliki komitmen, sudahlah, aku terpaksa menunggu." kata Maggie sambil mengeluarkan kotak bedak lalu memperbaiki dandanannya.

"Menurutmu, apakah orang utusan perusahaan itu seorang laki-laki? Apa aku perlu berpakaian sedikit terbuka?" kata Maggie sambil menarik-narik kerah bajunya, lalu ia bersiap untuk membuka kerah itu lebih lebar lagi agar dadanya lebih terlihat.

Melvin sudah malas menghiraukannya, ia hanya berkata dengan dingin, "Sepertinya mereka akan segera sampai."

Setelah berselang 5 menit, Maggie melihat Silvia mendorong pintu dan masuk ke dalam, dirinya mulali panik, "Mengapa kamu sangat murahan, kamu selalu ingin menyaingiku!"

"Menyaingimu?"

Silvia lalu melempar tatapan ke arah Lisa.

Lisa tertawa lalu berkata "Kamu berpikir terlalu banyak, di saat seperti ini mana ada perusahaan yang mau mengadakan kontrak dengan dirimu?"

Lalu Lisa memberikan sebuah amplop untuk Melvin, "Ini adalah surat perkenalan, semoga di pertemuan selanjutnya kamu dapat hidup lebih baik lagi."

Melvin menerima amplop itu , "Terimakasih...."

Dia harus bertanggungjawab terhadap keluarganya.

"Ternyata kamu menjualku? Berapa banyak uang yang diberikannya, nanti akan kuberikan dua kali lipat!" kata Maggie yang kesal dengan berteriak.

Melvin menggelengkan kepalanya, "Ini adalah sebuah pekerjaan, bukan uang, kamu sama sekali tidak memikirkan kondisiku, untuk apa aku harus buang-buang waktu mengikutimu terus, aku sudah melakukan segalanya untukmu."

Melvin sama sekali tidak merasa Maggie memiliki kesempatan untuk mengungguli Silvia.

"Kamu...., benar-benar seperti seekor anjing, siapa yang sudah berbuat baik kepadamu, tapi sekarang kamu pergi dengan orang lain!" kata Maggie kepadanya.

Melvin juga tidak menyangka Maggie akan berubah seperti ini, ia hanya tersenyum dingin, "Bagaimana dengan kamu? sudah berapa orang yang kamu temani di atas ranjang agar dapat masuk dalam nominasi penghargaan? Sebelumnya kamu menjadikan Silvia sebagai lawan, mengambil segala yang ada padanya, lalu kekasihnya, hasilnya? semua itu sama sekali tidak menjadi milikmu!"

"Kamu tidak bisa mengunggulinya."

Setelah selesai berkata, Melvin langsung pergi meninggalkan mereka.

Silvia duduk dengan tenang, ia belum bersuara dan hanya memandangi Maggie.

Maggie menggertak giginya dan menatap Silvia dengan tatapan kebencian.

"Pasti ada sesuatu di dalam sini." Maggie pun melihat ke semua arah, melihat apakah ada kamera yang sengaja dipasang di dalam ruangan itu.

"Kamu telah menyuap Melvin, lalu mengajakku bertemu di tempat ini, sebenarnya apa yang kamu inginkan? jangan kira sekarang kamu lebih baik dariku!" kata Maggie dengan tidak ada rasa sungkan kepada Silvia.

Sebenarnya ia sedikit gugup, karena Silvia yang memegang kendali saat ini.

"Aku tidak ingin melakukan apa-apa, hanya ingin bertemu denganmu, sebelumnya telah terjadi banyak sekali hal, aku pikir-pikir, seharusnya kamu memiliki banyak hal yang ingin disampaikan kepadaku." kata Silvia kepada Maggie.

"Tidak ada yang ingin ku sampaikan kepadamu!" Kata Maggie sambil tertawa dingin lalu bersandar di kursi, "Oh, aku tahu, kamu pasti ingin tahu dimana Julius berada, ya kan? Jangan bermimpi, hubungan kami berdua sangat erat!"

Lisa tidak dapat menahan tawanya.

"Bermimpi itu ada batasnya, apa kamu pikir Julius itu bodoh?"

"Julius sudah berkata, ia akan menjemputku dan menikahiku di luar negeri, keluarganya memiliki banyak properti di luar negeri, aku di industri hiburan ini hanya bermain-main saja, aku tidak sama sepertimu, tanpa perlu membuang-buang tenanga aku sudah bisa mendapatkan yang aku inginkan. Silvia, kamu tidak dapat menang dariku." kata Maggie.

"Aku tidak ingin menang darimu."

"Betul, bagaimana mungkin kamu bisa menang dariku. Oh, karena sudah bicara sejauh ini, aku akan memberitahukanmu sebuah rahasia, pada waktu itu, saat pestamu dengan Julius telah usai, aku dan Julius yang mengantarkanmu pulang ke rumah, lalu aku dan Julius bermain di kamarmu semalaman."

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu