Love at First Sight - Bab 181 Direktur yang Penurut

Jika dihitung-hitung, orang yang seharusnya muncul di ruang tunggu bandara malah muncul disini.

“Dimana Christian?” Tanya Silvia.

"Di kantor…." Albert baru sadar bahwa dia baru saja keluar membeli obat, dengan cepat menyembunyikan tangannya di belakang namun sudah terlambat.

“Dia sakit?” Silvia menaikkan alis dan berjalan ke dalam dengan cepat.

“Hm, baru-baru ini Direktur mengatakan bahwa dia sakit kepala, dan menyuruh aku untuk membeli obat.”

“Baru-baru ini? Sudah berapa lama? Dia tidak pernah mengatakannya di rumah!” Silvia semakin khawatir.

“Mungkin dia tidak mau kamu khawatir. Albert sedikit kesulitan dan menyerahkan obat kepada Silvia, “Aku pikir direktur juga pasti ingin bertemu denganmu.”

Silvia mengambil kantong obat, semakin mempercepat langkahnya memasuki ke kantor.

Kak Lisa dan Albert masih berdiri di posisi awal, saling bertatapan, suasana pun menjadi sangat canggung.

Muka Kak Lisa memerah, mengeluarkan suara batuk, memberanikan diri dan berkata, “Soal urusan adikku, dan juga passport ku…. Terima kasih.”

Albert berkedip dan menganggukkan kepala.

Di dalam kantor.

Christian bersandar di sofa kulit hitam dengan diam dan menutupkan mata, ada keringat tipis di keningnya, kalau bukan karena sakit, dia tidak akan istirahat dan berhenti dari kerjanya.

“Christian….” Silvia memanggil namanya, dan menghampirinya.

Mendengar suara Silvia, Christian langsung membuka matanya sambil menahan rasa sakit kepala, benar-benar menunjukkan bahwa dia baik-baik saja, “Kamu kenapa disini? Bukannya tadi sudah di bandara?”

Dia merasa sangat kesakitan, tetapi tetap berpura-pura supaya terlihat biasa saja, Silvia melihatnya seperti ini, semakin merasa tertekan.

Dia maju dua langkah, terlihat ekspresi khawatir pada wajahnya, dia meletakkan obat di atas meja dan menuangkan air ….

“Minum obat!”

Christian melihatnya begitu khawatir, saat ingin mengatakan beberapa kata, dia malah melihat air mata Silvia mengalir deras, dia pun tidak dapat berkata apa-apa lagi.

“Minum obat baru bisa sembuh!”

Dia meletakkan obat di tangan Christian dan mendekatkan air ke mulutnya.

Christian tidak ragu lagi, langsung meminum semua obat itu.

Saat ini, Silvia baru merasa lega, dia mencium kening Christian dengan lembut dan mengusap rambutnya.

Membiarkan pria ini bersandar dan bernafas dengan tenang dalam peluknya …..

Belasan menit kemudian, obatnya mulai bereaksi, Christian mulai terlihat bersemangat, dia mengulurkan tangannya dan menepuk Silvia, melepaskan diri dari pelukannya.

Dan Silvia masih saja cemas melihatnya, tidak berkata sama sekali.

“Tidak separah itu …. Hanya sedikit sakit kepala saja.” Christian berkata dengan pelan, sudah diperiksa juga ….

“Aku takut, aku tidak tahu bisa membantu apa, bagaimana jika …..” Silvia bersandar ke pelukannya, tidak dapat menahan air matanya yang menetes di pipi.

Berhadapan dengan masalah apapun, Silvia pasti dapat menghadapi dengan tenang, hanya Christian yang membuat dia menjadi panik dan tidak terkendali.

Christian memeluknya dengan erat, menepuk pundak dan menenangkan Silvia.

“Aku tidak mau kamu sedih, aku tidak bisa mengendalikan diri sendiri.”

Dari awal badan Christian bukanlah miliknya sendiri, dia harus bisa merawat diri, dengan begitu baru bisa menenangkan Silvia, air mata Silvia tidak hanya mengalir di pipi tetapi juga mengalir di dalam hatinya.

Christian terus memeluknya, ketika suasana hati Silvia membaik, dia baru mengatakan, “Beberapa hari ini, aku akan melakukan pemeriksaan dengan detil dan menunjukkan semua hasil pemeriksaan padamu.”

Silvia menangis dan memeluknya kembali.

Christian tau bahwa ini adalah respon yang baik dari Silvia, setiap kali Silvia senang atau sedih dia pasti akan melakukan hal yang sama.

Christian terus bercerita tanpa henti, dia memeluk Silvia dan berkata, “Aku sudah minum obat, sudah baikan, tenanglah….”

Silvia melepaskan pelukan itu, perasaan sedihnya sudah mulai berkurang.

Christian melihat jam tangannya, “Tidak sempat lagi, kamu harus pergi di bandara, aku akan mengantarmu.”

Silvia kelihatan belum rela pergi, Christian langsung memeluknya sejenak dan mereka mulai bersiap-siap , bersama-sama berjalan keluar meninggalkan kantor.

Di luar, Albert dan Kak Lisa masih saja duduk dengan canggung, melihat mereka keluar langsung pergi menyambutnya.

“Ada apa?”

“Kenapa mata Silvia sangat merah?”

“Aku akan mengantar kalian ke bandara, kamu jaga dia baik-baik, kalau ada apa-apa di jalan langsung hubungi aku”.

Kak Lisa mengangguk.

Mereka naik mobil dan bergegas ke bandara, di perjalanan, Silvia tetap tidak bersuara, dia terus mennggenggam pakaian Christian tanpa mau melepasnya.

Agar tidak ketahuan oleh wartawan, Christian menghentikan mobil di tempat parkir khusus, dan memberi isyarat kepada Kak Lisa untuk mengantar Silvia turun.

Kak Lisa langsung turun dari mobil dan berlari ke sisi samping mobil, ”Silvia, kita harus pergi sekarang, kalau tidak pekerjaan di Paris akan menumpuk, beberapa hari bahkan beberapa malam juga tidak akan selesai.”

Silvia melihat Christian sekilas, kemudian ikut turun bersama Kak Lisa, tetapi baru berjalan dua langkah, dia berkata, “Kak Lisa, aku masih tidak tenang!”

Kak Lisa baru mengerti, kenapa dia bisa begitu pucat, dia pun tersenyum dan berkata, “Silvia, kamu lebih tahu segalanya dari orang lain, kamu bukanlah orang yang mudah bimbang, apapun pilihanmu, kamu tidak pernah membuat dirimu menyesal.”

“Kalau kamu memang ingin pergi, aku mendukungmu.”

Setelah mendengar perkataan Kak Lisa, Silvia tidak berpikir panjang, langsung berbalik badan dan berlari keluar, saat ini mobil Christian masih di parkiran.

Christian terkejut, “Kenapa balik lagi ? Apa yang ketinggalan?”

“Tidak ada, aku ingin melihatmu diperiksa, biarkan Albert yang mengaturnya saja, kalau tidak aku tidak akan tenang.”

“Aku tidak bisa ke luar negeri seperti ini, aku tidak bisa menganggap kesehatanmu sebagai hal sepele.”

Christian melihat muka Silvia dan tersenyum, “Baik, aku akan pergi ke rumah sakit.”

Bagaimana mungkin meninggalkan wanita yang begitu mati-matian sepertimu!

Albert sudah menguruskan jadwal pemeriksaan di Rumah Sakit, Silvia selalu menemani sampai hasil pemeriksaan keluar, ternyata tidak ada hasil yang buruk, hanya terlalu lelah bekerja saja.

“Sudah tenang? Hanya masalah kecil, aku akan berhati-hati.” Christian berkata dengan lembut sambil mengusap pundak Silvia.

Hasil pemeriksaan Christian terpampang disana, Silvia juga melihatnya, saat ini dia baru bisa merasa tenang, tetapi saat kepikiran ekspresi saat Christian sakit kepalanya, dia pun memegang tangannya dan berkata, “Ikutlah denganku ke Paris, aku ingin bersamamu sepanjang waktu.”

Christian juga dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk beristirahat.

Christian mengelus kepala Silvia dengan pasrah, haruskah begitu?

“Albert, pesan tiket!” Silvia membawanya keluar dengan sikap yang tegas.

Christian hanya bisa menyetujuinya, di depan Silvia, dia sungguh tidak mampu menolak.

Novel Terkait

Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu