Love at First Sight - Bab 507 Yang Lebih Penting Antara Cinta dan Cita-Cita

"Oke, aku akan segera ke sana."

Silvia Yan mengenakan mantel berwarna biru tua dan melihat postur tubuhnya sendiri di cermin. Dia tidak sengaja menutupi perutnya, karena sebentar lagi dia bermaksud akan berbagi kabar baik dengan semua orang.

Silvia Yan tidak pernah terlalu melindungi dirinya dalam perusahaan, Sebaliknya, dia makan di restoran staf seperti karyawan lainnya. Sekarang dia telah kembali ke perusahaan untuk menangani urusan sehari-hari. kakek Yan juga ikut datang untuk makan siang dengan mereka.

"Silvia Yan, disini ..." Selvie melambai tangan kepada putrinya, kursi mereka berada di dekat jendela kantin.

"Bekerja sama dengan penyelidikan polisi pasti sangat melelahkan, duduklah dan minum segelas air." Ketika kakek Yan melihat Silvia Yan, masalah di hatinya sepertinya terasa lebih ringan.

"Tidak terlalu, Kakek," Silvia Yan balas tersenyum dan makan bersama Selvie. Keluarga itu makan bersama dengan bahagia.

Staf Grup Moondust di sebelah melihat pemandangan yang begitu indah dan hanya bisa menghela nafas karena kagum.

"Direktur Yan sangat cantik, dia bahkan lebih cantik daripada saat dia muncul di layar lebar! Aku dengar hari ini adalah pemutaran perdana??Sawah Padi??, filmnya baru saja tayang dan tiketnya sudah terjual habis dalam waktu singkat!

"Ya, aku awalnya ingin melihatnya dengan teman-temanku, tapi aku tidak bisa mendapatkan tiket!"

"Aku ingat ketika Nia ada di perusahaan, dia selalu berlagak sangat anggun. Dia juga tidak pernah makan di restoran staf, dan mengatakan bahwa kantin sangat kotor ... Bukankah sekarang Direktur Yan, Direktur Ceng dan bahkan Ceo Yan juga makan di sini!"

"Jangan menyebut nama wanita itu. Jika bukan karena dia, perusahaan tidak akan mendapatkan banyak masalah beberapa saat yang lalu. Direktur Yan sekarang sedang membantu polisi dalam penyelidikan. Aku mendengar mereka berbicara di ruang sekretaris bahwa sepertinya Nia sedang hamil dan itu anaknya Andrea ... "

Setelah makan, mereka meninggalkan perusahaan bersama.

"Silvia Yan, cari waktu dan kembalilah ke Keluarga Yan untuk melihat-lihat, malam ini suruh Christian Jiang datang untuk makan malam bersama." kakek Yan dengan tulus mengundang.

Silvia Yan memandang Selvie dan mengangguk, "Aku akan bertanya pada Christian Jiang apakah dia ada waktu malam ini."

"Bagus ... bagus!"

Kekhawatiran terbesar kakek Yan adalah dia tidak bisa mendapatkan pengampunan ibu dan anak Silvia Yan. Sekarang setelah mendengar Silvia Yan setuju untuk kembali ke Keluarga Yan untuk makan malam, seolah-olah batu yang tergantung di hatinya jatuh ke tanah.

Setelah menerima telepon dari Silvia Yan, Christian Jiang melihat jam dan berkata, "Nanti ada sebuah rapat singkat, dan harusnya bisa selesai sebelum jam 7:00. Bantu aku untuk minta maaf kepada kakek dan ibu, aku akan sedikit lambat nanti."

"Baik, kamu sibuk dulu, aku menunggumu," Silvia Yan menyetujuinya dengan lembut.

Setelah menutup telepon, dia melihat ke Taman Keluarga Yan di depan matanya, dia mengingat banyak kenangan hidupnya dulu di sini, atau mungkin dia tidak cukup lama meninggalkan tempat ini, sehingga dia masih bisa mendengar tawa di sekitar taman.

Jika Nia tidak melakukan begitu banyak hal yang keterlaluan, keluarga mereka mungkin tidak akan sampai menjadi seperti ini ...

"Kakekmu tidak pernah mengangkat telepon Nia lagi, dan barang-barangnya juga sudah dibuang dari rumah Keluarga Yan." Selvie menuangkan dua cangkir kopi. "Kami akan mencari seseorang untuk merenovasi rumah ini dalam waktu dekat, dan menghapus semua jejaknya dalam rumah ini."

Silvia Yan mendengus dan tidak banyak bicara.

Kedua ibu dan anak itu melihat pemandangan di taman bersama-sama. Selvie mengeluarkan gelang halus dari tas, "Ini untukmu."

"Ini adalah ... produk baru musim ini!" Silvia Yan sangat terkesan dengan gelang ini, terutama nama gelang ini yang mengandung kesan seni di dalamnya , mungkin tidak cocok sebagai nama untuk perhiasan, tetapi itu meninggalkan kesan yang sangat dalam kepada semua orang.

"Aku pikir gelang ini sangat cocok dengan temperamenmu. Jadi aku menyimpan gelang yang satu ini, dan film barumu akan segera dirilis. Ibu ingin memberikan gelang ini sebagai hadiah untukmu." Selvie dengan lembut mengangkat pergelangan tangan Silvia Yan dan membantunya memakainya, "Sangat bagus, ini cocok untukmu."

"Terima kasih bu, aku sangat menyukainya."

......

Setelah Christian Jiang menangani urusan perusahaan, dia segera bergegas ke kediaman Keluarga Yan dalam waktu tercepat. Dia juga secara khusus menyiapkan tiket bioskop untuk tayangan perdana. Untuk mengundang setiap anggota Keluarga Yan untuk menonton film baru Silvia Yan ??Sawah Padi??.

"Benarkah?" Imran tidak bisa menahan perasaan senangnya setelah mendengar ini, "Aku sudah lama ingin membeli tiket ini, tetapi aku tidak bisa mendapatkannya! Lalu ... kakak ipar, apakah aku bisa seseorang?"

Christian Jiang memandang Silvia Yan dan menjawab dengan tenang, "Tentu saja boleh."

"Wow! Terima kasih kakak ipar!" Imran sangat bersemangat dan mengeluarkan ponselnya.

Kakek Yan jarang mendengar ada suara tertawa yang begitu lepas di rumah.

Selvie juga menundukkan kepalanya dan dengan lembut mengusap matanya, hanya orang-orang yang sudah tinggal lama di rumah ini yang mengerti betapa jarangnya kebahagiaan yang biasa seperti ini terjadi dalam rumah.

Keluarga Yan pergi ke teater yang sudah dipersiapkan Christian Jiang untuk menonton film baru Silvia Yan, Silvia Yan bersandar pada bahu Christian Jiang dan memandang dirinya sendiri di layar, Dia tidak bisa tidak memikirkan apa yang terjadi selama pembuatan film.

Tangannya dipegang erat oleh Christian Jiang.

Keduanya tersenyum satu sama lain dan tatapan mata mereka terlihat bahagia.

Imran menunggu Goldie di pintu bioskop, dan setelah melihatnya turun dari mobil yang dikendarai oleh seorang pria muda, dan mereka tampak sangat intim. dan Imran terperangkap dalam pikirannya dan terdiam.

"Bagaimana kamu menungguku di sini? Aku baru datang dari rumah, ada sedikit kemacetan lalu lintas," Goldie tersenyum meminta maaf. "Kenapa kamu tidak bicara?"

"Tidak apa-apa..." Imran menundukkan kepalanya dan mengingat bahwa Goldie pernah mengatakan bahwa dia menyukai dirinya di konferensi pers, tetapi itu cumalah teknik pemasaran, dan hatinya menjadi lebih sedih.

Dalam perjalanan ke dalam bioskop, dalam benaknya semua adalah bayangan saat dia bersama dengan Goldie.

Dia tidak ingin hubungan yang tidak jelas ini berakhir begitu saja ...

"Goldie." Imran tiba-tiba mengambil dua langkah maju, menghalangi jalannya, menatap matanya , dan mengambil napas dalam-dalam dan bertanya, "Apakah kamu punya ... Pacar?"

Pikirannya semua sudah tertulis di wajahnya, dan di koridor bioskop yang agak gelap itu terlihat pipinya yang agak kemerahan.

"Tidak."

"Itu ... kalau begitu aku ..." kata Imran terbata-bata, dia sangat bersemangat dan tidak tahu bagaimana harus mengungkapkannya.

Goldie mengedipkan matanya dan menatapnya dengan tenang. "Karier menyanyimu baru saja kembali stabil. Jika masih ada rumor beredar yang mengatakan kamu berpacaran dengan asistenmu, maka mungkin kamu benar-benar akan ditinggalkan oleh perusahaan entertainment. Bahkan walaupun direktur Christian Jiangadalah kerabat denganmu. Mustahil untuk membantumu di bawah tekanan berulang-ulang kali. "

"Jadi, apakah kamu akan melanjutkan kata-katamu?"

Kata-kata Goldie, sangat langsung dan sangat jujur.

Imran mengepalkan tinjunya dan terdiam.

Ketika Goldie melihat dirinya yang tampak kehilangan saat itu, api di dalam hatinya berangsur-angsur padam. Dia paham betapa Imran menyukai bernyanyi tetapi dia tidak tahu betapa Imran menyukai dirinya.

"Kamu lebih baik mengejar cita-citamu. Mungkin kamu hanya terbiasa karena aku selalu berada didekatmu. Jika kamu merasa tidak nyaman untuk terus berkerja sama denganku, aku bisa melamar posisi lain di perusahaan."

Goldie menundukkan kepalanya dan melihat dirinya yang bertampilan cantik hari ini, "Lebih baik aku pergi dulu."

Satu langkah, dua langkah ...

"Aku memilihmu." Imran tiba-tiba bergegas mendekat dan menariknya. "Aku tidak ingin melewatkanmu. Meskipun aku suka bernyanyi, tetapi hatiku mengatakan bahwa jika aku kehilangan kesempatan untuk bersamamu, seberapa banyak pun album yang aku keluarkan aku tidak akan bahagia. "

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu