Dipungut Oleh CEO Arogan - Bab 7 Jatuh Ke Dalam Pelukannya

"Aku bermarga Mu."

Shawn tidak ingin menyebutkan nama lengkapnya, karena dulu identitasnya telah menyebabkan hal merepotkan yang begitu banyak, apalagi wanita yang berdiri di depannya tidak akan berjumpa dengannya lagi setelah hari ini.

"Tuan Mu, terima kasih banyak hari ini ..." Camile tidak tahu dia bermarga Shawn mana, jadi memilih satu secara intuitif,dan menyampaikan salam terima kasih.

Shawn memberinya tatapan samar dan mengangguk: "Baik."

Perkataannya yang sedikit membuat atmosfer di sekitar kembali menjadi dingin, Camile merasa canggung untuk sementara waktu.

Ketiganya sudah tiba di toko mie kuah, Camile masuk dan melangkah lebih dulu dan menyuruh mereka untuk masuk dan duduk.

Jacky dengan senang hati mengikuti Mami masuk ke toko.

Shawn berdiri di pintu, alisnya sedikit terpana dan matanya memandang tempat kecil yang ada di depannya.

Dia tidak berniat mengunjungi toko sekecil itu. Awalnya, dia menyetujui undangan Camile hanya untuk menghindari keluhan dari kakek yang memaksakan cepat menikah.

Dia awalnya berpikir untuk langsung pergi ke perusahaan setelah keluar dari rumah sakit, tetapi dia tidak kepikiran bahwa Jacky akan memegang sudut pakaiannya sepanjang jalan,sama sekali tidak bisa menghindarinya.

Begitu dia berkata bahwa dia ingin pergi, Jacky menatap Shawn dengan matanya yang berlinangan air mata, sosoknya yang sedih terlihat sangat menyedihkan.

Dia tidak tahan melihat anak kecil yang sedang menunggu balasannya, hanya bisa mengikutinya masuk ke dalam.

"Paman, masuklah sini sangat enak."

Jacky memandang Shawn yang sedang ragu mengambil keputusan, segera menyambutnya untuk masuk ke dalam toko itu.

Tangan kecilnya memegang jari Shawn, menggunakan wajah mungilnya menatap Shawn dengan penuh ketulusan dan harapan.

Alis Shawn sedikit berubah, kaki panjangnya akhirnya memasuki toko itu.

Walaupun toko ini tidak luas, tetapi dipenuhi dengan dekorasi yang unik, desain antik khas China dengan cita rasa yang berbeda.

Shawn sangat tinggi saat duduk di meja kecil di toko tampaknya agak kesusahan.

Camile telah memesan makanan dan beberapa saat kemudian, hidangan semangkuk besar telah disajikan di hadapannya.

Dia telah lapar selama sehari, setelah melihat makanan panas di depannya tidak sabar dengan lahap menelannya.

Jacky juga mengikuti gerakan ibunya,menggulung lengan bajunya yang kecil dengan senang mulai makan.

Dia tiba-tiba melihat paman yang duduk di seberang terduduk diam, mengambil satu baskso ikan dan memasukkannya ke mulut Shawn.

Shawn tertegun oleh benda asing yang tiba-tiba masuk ke dalam mulutnya, alisnya yang dingin berkerutan dan matanya dipenuhi dengan kemarahan.

Dia ingin memarahinya tetapi melihat Jacky sedang memegang sumpit dengan kedua tangan kecilnya, kedua mata besarnya yangs sedang berkedip seperti kipas, menantikan balasannya untuk melihatnya dengan serius.

Amarahannya langsung turun di bawah garis api.

Shawn canggung, berusaha mengunyah sesuatu yang tidak ia ketahui dalam mulutnya.

Jacky bersemangatdan bertanya: "Enak tidak? Ini adalah makanan yang paling Jacky sukai."

“Iya, enak sekali,” jawab Shawn, seluruh aura kedinginan di tubuhnya selalu menghilang saat berada di depan Jacky.

Tapi makanan ini benar-benar enak ...

Setelah mendapatkan pujian yang dia inginkan, Jacky sangat berantusisa dan menaruh banyak bola ikan dan bola udang ke mangkuk Shawn.

Shawn dengan tenang menggerakkan sumpit,setiap gerakannya dapat terlihat bahwa dia sangat berpendidikan.

Camile memandangi ekspresi mereka yang gembira, tidak bisa menahan diri dan bertanya "Apakah bakso begitu lezat?"

Dia tidak pernah menyukai makanan seperti bakso ikan dan bakso udang, tetapi untuk Jacky makanan ini sangat lezat, dia merasa bahwa makanan ini perlu dipesan setiap kali makan di toko ini, tetapi Camile tidak kepikiran bahwa Shawn juga menyukainya.

Setelah kenyang, Camile membawa Jacky pulang, tetapi Jacky tidak ingin melepaskan Shawn dan memegangnya erat erat.

"Aku masih ingin bermain dengan paman ..." kata Jacky sambil meruncingkan mulut kecilnya.

“Sudah larut sekali, paman juga sudah harus kembali, patuh ya sayang.” jawab Camile dengan sabar membujuk.

Shawn menatap Jacky yang sedang memegang paha besarnya, sambil meruncingkan mulut kecil berdebat dengan ibunya, tidak tahu cara untuk mundur.

Sedikit keraguan terlihat di wajah dinginnya yang tampan dan datar.

Saat menghadapi masalah penandatanganan kontrak yang berharga satu miliar dia tidak pernah ragu ...

“Tidak, aku ingin paman menemaniku.” Jacky mulai bandel, mengelilingi Shawn dan bersembunyi, dan mengulurkan setengah kepala kecilnya untuk melihat Mami.

“Jacky, kesabaranku terbatas!” Camile memulai trik amarahnya.

Setiap kali Camile marah, Jacky pasti akan patuh.

“Tidak mau!” Siapa tahu bahwa kali ini tidak berhasil, Jacky memprotes, dan segera bersembunyi di belakang Shawn.

Camile benar-benar marah, anak ini berani berteriak dengan ibunya di depan orang luar, lihat bagaimana aku akan membereskanmu!

Dia mengulurkan tangannya dan mulai menangkap Jacky.

Di tengah terhalang seseorang seperti dinding padat dengan ketinggian 1,8 meter lebih, Camile yang begitu kecil dan pendek, sama sekali tidak bisa menangkapnya, dia hanya bisa mengelilingi Shawn untuk menangkap Jacky.

Shawn punya penyakit bersih, dia sangat tidak suka pada orang asing yang mendekatinya, melihati Camile yang bergegas mendekatinya dan mengambil langkah mundur.

Camile tiba-tiba kehilangan keseimbangan dan tubuhnya mencondong ke depan, tiba-tiba jatuh ke dalam pelukan Shawn.

......

Dada yang padat dan lebar, warna kulit cereal yang terlihat dari kerahnya, serta dagu yang memikat dan seksi ...

"Ah!"

Detik sebelumnya dia masih terbenam dalam pelukan seorang pria yang tampan dan menawan, detik berikutnya, dia terjatuh di tanah dan menjerit.

"Apa yang kamu lakukan! Sakit sekali!"

Dia yang tiba tiba didorong oleh tangan besar Shawn, alis Camile berkerut, wajahnya merah, dan keluhannya tidak puas.

“Jangan sentuh aku.” Shawn memperingatkan dengan suara dingin, wajahnya menujukkan kejijikan,tatapan matanya mendingin, wajahnya seperti bekuan es.

Camile hampir dibekukan oleh ekspresi dinginnya, bergetar dan mengeluh dengan suara rendah, "Aku tidak sengaja melakukannya."

Dia duduk di tanah, tidak berani berteriak dan berbisik di hatinya: Apa yang terjadi padaku? Aku tidak pernah takut pada siapapun sejak kecil, kenapa saat melihat ekspresi ini tidak berani mengeluh lagi.

Shawn merasakan sesuatu,dia menundukkan kepalanya dan menatap kekhawatiran Jacky saat melihat Camile yang terjatuh.

Dia tahu bahwa Jacky ingin membantunya, tetapi ia takut dibawa pulang oleh ibunya, meruncingkan mulut kecilnya dan mengepal tinjukan kecil, dan wajahnya memerah.

Shawn menghela nafas dan berjalan maju, membungkuk dan mengulurkan tangan panjangnya dan berkata dengan suara rendah "Bangun."

Gerakan pria yang tiba-tiba ini membuat Camile merasa bingung.

Dia mengambil tangan pria itu dan bangkit, sentuhan ujung jari yang dingin, suhu telapak tangan membuat jantungnya dihembus oleh angin, dan melayang,tanpa sadar memegangnya berapa detik.

“Bisakah kamu melepaskannya?” Suara pria itu tanpa suhu tiba-tiba terdengar.

Camile mengambil kembali tangannya dengan perasaan canggung,dia sangat keterlaluan, bagaimana dia bisa dibutakan oleh ketampanan pria itu!

Shawn mengelus rambut Jacky dan berkata padanya: "Taat, pulanglah, ayo jenguk kakek besok."

Nada wajahnya tetap samar tetapi tidak dingin, bahkan mengandung sedikit kehangatan.

Perkataan ini langsung mendapat penyetujuan dari Jacky.

Dia mengangguk kepalanya dan memegang tangan Camile, "Mami, ayo pulang, Jacky harus bergegas tidur sampai besok!"

Apa-apaan ini? Jacky tidak mendengar saat dia membujuknya, kenapa perkataan Shawn membuat Jacky patuh?

Setelah kemarahan yang tersimpan di dalam hatinya, dia memegangnya dan berkata "Jacky ayo pulang."

Camile tidak mempedulikan Shawn yang berdiri di tempatnya, tetapi Jacky melihat ke belakang berbalik dan melambaikan tangan kepada Shawn.

Di hari berikutnya, Camile membawa Jacky ke rumah sakit untuk menggantung infus.

Dokter mengatakan bahwa demam Jacky sudah redah kemarin, dan akan sembuh jika menyuntiknya sekali lagi.

Camile akhirnya tenang, kebetulan besok dia akan secara resmi pergi bekerja untuk Gloria.

Jacky yang sepanjang hari diinfus merasa sangat senang, tidak sabar untuk berjumpaa dengan kakek dan paman, sama sekali tidak kelihatan seperti anak yang sedang kesakitan.

Camile yang berada di samping merasa marah dan lucu, sama sekali tidak mengerti dengan perilaku Jacky.

Setelah mencabut jarum, Jacky dengan cepat mengenakan sepatu dan kaus kaki,menarik Camile untuk datang ke gedung bertingkat rendah kemarin.

Shawn mungkin sudah menyapa penjaga pintu di depan pintu, kali ini, penjaga keamanan di pintu tidak menghentikan mereka masuk.

“Kakek, kakek!” Jacky yang masih belum memasuki kamar, dengan bahagia memanggilnya.

Kakek Mu sedang menyemprotkan air ke beberapa tanaman kecil di ambang jendela. Begitu dia melihat Jacky yang memasuki kamarnya dengan ceria, dia tersenyum dan meletakkan ceretnya. Dia berjongkok dan membuka tangannya untuk menyapa lelaki kecil itu ke dalam pelukannya.

Rumah itu bersih dan cerah, dan matahari tepat bersinar.

Camile meletakkan keranjang buah yang baru saja dibelinya, dengan tersenyum meminta maaf: "Maaf mengganggumu lagi, Jacky bersikeras ingin datang."

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu