Dipungut Oleh CEO Arogan - Bab 210 Menjemputnya Pulang

Sampai sekarang, rasa bersalah, rasa tanggung jawab dan rasa kerinduan yang Shawn Mu rasakan terhadapnya telah menghilang.

Salah dia…… semua adalah salah dia……

Segalanya terjadi karena dia tidak menyadari perasaannya yang sebenarnya, sehingga menyebabkan konsekuensi seperti ini.

“Tuan.”

Suara pengurus rumah terdengar dari pintu, lalu dia mendorong pintu masuk ke dalam.

“Tuan, jika kamu seharian begini juga tidak akan menyelesaikan masalah!” Pengurus rumah sambil mendesah sambil memungut botol bir kosong dari lantai, “Tuan, jika kamu sungguh sakit hati karena Nona Fang, kamu seharusnya membantunya menjaga Tuan Muda Jacky! Sejak kejadian ini, Tuan Muda Jacky seharian tidak bisa makan, tidak bisa tidur dengan nyenyak dan bahkan dia tidak pergi ke sekolah. Jika terus begini, bagaimana dengan Tuan Muda Jacky!”

Perkataan pengurus rumah menyadari Shawn Mu dalam sekejap.

Benar, jika dia juga berkelakuan menyedihkan seperti ini, bagaimana dengan Jacky Fang kelak?

Pengurus rumah melanjutkan: “Tuan, orang itu sudah meninggal, orang yang masih hidup harus menjadi lebih tegar.”

Pengurus rumah telah mengikuti Kakek Mu seumur hidupnya, dia juga telah melihat banyak kejadian yang baik maupun buruk, mengalami banyak kehangatan, perpisahan dan kematian orang lain.

“Kakek adalah orang yang mulutnya tajam tapi hatinya lembut, mulutnya berkata terserah apa yang ingin Tuan lakukan, tapi dia setiap hari meneleponku untuk menyuruh Tuan makan! Tuan, kamu dengarkan saranku, pergilah menjemput kakek dan Tuan Muda Jacky Fang kembali!”

Shawn Mu mengangguk, dia berkata kepada pengurus rumah: “Paman Chen, tolong bantu aku membereskan kamarku, aku tidak ingin Jacky Fang melihat keadaan seperti ini.”

Pengurus rumah hampir meneteskan air mata, dia dengan keras menganggukkan kepalanya dan mulai membersihkan rumah.

Shawn Mu pergi ke kamar mandi untuk bercukur, lalu memakai setelannya dan keluar dari rumah.

Shawn Mu sudah lama tidak tinggal di rumah keluarga Mu, dia sendiri telah pindah dan tinggal di vila lain.

Kakek Mu yang sedang menghibur Jacky Fang di ayunan halaman melihat Shawn Mu berjalan ke arah mereka.

“Apa yang kamu lakukan kemari?” Kakek Mu dengan marah berkata.

Shawn Mu tersenyum kecil, “Kakek, aku datang mejemputmu dan Jacky Fang pulang ke rumah.”

Kakek Mu membuka mulutnya: “Aku tidak mau pulang.”

Pada saat ini, Edward Mu keluar dari vila, tangannya membawa sebuah nampan yang berisi teko dan beberapa cangkir teh.

Ketika dia melihat Shawn Mu, mata Edward Mu menghindar sesaat, tetapi dengan segera kembali normal.

Dia sambil berjalan sambil berkata: “Yo, kak, kebetulan sekali kamu datang, aku baru saja membuatkan teh untuk kakek, coba kamu cicipi teh yang kubuat.”

Shawn Mu mengerutkan keningnya dan menjawab: “Tidak perlu, aku hanya datang menjemput kakek dan Jacky Fang pulang.”

Edward Mu meletakkan nampan di atas meja halaman, dengan tersenyum berkata: “Kak, kakek dan Jacky Fang tinggal di sini dengan baik, biarkan mereka tinggal di sini saja, mereka tidak perlu kembali.”

Lalu dia menuangkan teh dari teko ke dalam cangkir dan memberikannya kepada Kakek Mu.

Kakek Mu meminum seteguk lalu berkata: “Ya, lumayan, sangat harum. Edward, aku sangat suka anak yang pintar seperti kamu. Tidak seperti kakakmu itu, bahkan tidak tahu siapa yang dia cintai. Setelah orangnya menghilang sekarang, dia baru menyesal!”

Setelah mengungkit Camile Fang, ekspresi Edward Mu sedikit berubah. Dia menjawab: “Kakek, jangan katakan seperti itu. Setelah Camile Fang menghilang, kakak pasti merasa sangat sedih. Dia pasti tidak terpikir bahwa segalanya akan berubah seperti ini.”

Ekspresi Kakek Mu berubah dan berkata: “Dia sedih? Jika dia sudah tahu apa yang akan terjadi, kenapa harus melakukan hal tersebut! Shawn, aku sudah menyaranimu sejak awal, jangan bersama dengan Barbara An, jangan bersama dengannya! Kamu yang tidak mau mendengarkanku! Sekarang, dia telah mencelakai Camile Fang hingga mati, apakah kamu puas?”

“Huhu……Huhuhu……”

Jacky Fang yang tiba-tiba menangis membuat mereka bertiga panik.

“Jacky Fang, jangan menangis, kakek ada di sini!” Kakek Fang memeluk Jacky Fang dan dengan suara pelan menghiburnya.

Jacky Fang menangis, “Kakek, anda bilang mami telah meninggal…… Apakah mami sungguh telah meninggal? Huhuhuhu……”

Kakek Mu menyadari bahwa dia telah mengatakan hal yang salah, dengan segera dia meminta maaf: “Maaf, Jacky Fang, kakek yang tidak baik, kakek mengatakan hal yang salah.”

Kakek Mu juga tidak begitu tahu bagaimana menghibur anak kecil. Meskipun dia yang membesarkan Shawn Mu, akan tetapi biasanya bibi pengasuhlah yang menghiburnya saat kecil.

Edward Mu berjalan di depan Jacky Fang, lalu berjongkok dan berkata: “Jacky Fang, yang patuh, mami Jacky Fang tidak meninggal! Percaya kepada paman, mami hanya pergi ke tempat yang sangat jauh untuk berlibur, dia akan kembali setelah dia lelah!”

Perkataan begini memang sangat efektif, Jacky Fang segera menghentikan tangisannya. Dia memandang Edward Mu dengan matanya yang terbuka lebar dan dengan terisak bertanya: “Apakah Paman Edward mengatakan yang sebenarnya? Apakah mami sungguh akan kembali?”

Edward Mu mengangguk, “Tentu saja! Percayalah kepada paman, mami hanya memerlukan waktu dan Jacky Fang hanya perlu dengan patuh menunggunya di rumah!”

Beberapa hari ini, biasanya Edward Mu yang menghibur Jacky Fang agar tidur, setiap kali dia terbangun karena menangis, Edward Mu-lah yang pertama kali bergegas datang menghiburnya. Ditambah lagi, Camile Fang dulu pernah membawa Jacky Fang makan bersama dengan Edward Mu beberapa kali, sehingga Jacky Fang kini sangat percaya dengan Edward Mu.

“Baik! Jacky Fang percaya dengan Paman Edward.” Jacky Fang menyeka air matanya lalu melanjutkan, “Kakek, Jacky Fang lapar, bisakah membiarkan Jacky Fang makan sesuatu?”

Setelah mendengar perkataan ini, Kakek Mu sangat senang. Ini adalah pertama kali Jacky Fang berinisiatif mengatakan lapar dalam beberapa hari ini, apakah ini menunjukkan dia telah mulai melupakan rasa sakitnya?

Kakek Mu bergegas memerintah pengasuh untuk menyiapkan banyak makanan lezat dan membawa Jacky Fang masuk ke dalam rumah untuk makan.

Di luar rumah hanya tersisa Shawn Mu dan Edward Mu berdua, Shawn Mu merasa Edward Mu sedikit menghindari tatapannya.

“Apakah ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?”

Perkataan Shawn Mu membuat Edward Mu terkejut, dia membenarkan ekspresinya dan menjawab: “Tidak! Kak, memangnya ada masalah apa yang bisa aku sembunyikan.”

Upaya kerasnya untuk menyembunyikan ekspresinya membuat Shawn Mu semakin curiga, tetapi dia tidak bertanya lagi dan memutarkan badannya masuk ke dalam rumah, Edward Mu juga ikut masuk ke dalam.

Meja makan di vila tersebut dipenuhi dengan berbagai jenis makanan, Jacky Fang duduk di meja makan dan memakan dengan lahap.

Kakek Mu yang berada di sisinya berkata ‘Pelan-pelan saja, pelan-pelan saja’ kepadanya dan sambil menyeka mulut Jacky Fang dengan selembar tisu.

Dalam bujukan Edward Mu, akhirnya Kakek Mu setuju untuk pulang bersama dengan Shawn Mu.

Sesampainya di pintu depan rumah keluarga Mu dan baru saja turun dari mobil, Shawn Mu melihat orang yang tidak bisa dibayangkannya berdiri di depan pintu—Clinton Song!

Segera setelah melihat Shawn Mu, Clinton Song dengan marah berjalan ke arahnya. Dia menarik kerahnya dan dengan keras meninju wajah Shawn Mu.

“Shawn Mu, dasar kamu binatang! Kembalikan Camile kepadaku!”

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu