Dipungut Oleh CEO Arogan - Bab 15 Ciuman Setengah Sadar

Camile Fang memiringkan matanya, mencuri pandang pada Shawn Mu yang diam seribu kata.

Pria itu sedang asyik menatap lembah dalam wahana permainan yang curam.

Dari kapal kano terdengar teriakan para peserta permainan, suara arus air terjun yang deras juga memekakkan telinga.

Alis Shawn Mu yang seram dan tidak ramah agak terangkat sedikit. Pria itu jelas tidak mau main, sebab permainan ini bisa membuat sekujur tubuhnya basah kuyup.

Camile Fang bisa menerawang pikiran Shawn Mu, tetapi ia juga tidak ingin dirinya sendiri basah kuyup, jadi ia membungkuk dan membujuk Jacky Fang: "Anak baik, ayo kita main yang lain. Permainan yang ini bisa membuat bajumu basah."

"Tidak mau, tidak mau, Jacky Fang inginnya main yang ini!"

Jacky Fang menengok ke belakang. Dengan rambut yang seperti mangkok dan mata yang membesar, ia berkata sambil memohon pada Shawn Mu: "Om..."

Anak berwajah menggemaskan itu langsung menggandeng tangan Shawn Mu.

Trik ini terbukti berhasil. Shawn Mu menatap dalam-dalam Jacky Fang, lalu berkata pelan, "Ayo, Om temani kamu."

Sebelum Shawn Mu menyelesaikan kalimatnya, Jacky Fang sudah melompat-lompat tidak sabaran. Ia langung mengajak Shawn Mu naik wahana permainan itu.

Camile Fang berdiri kebingungan. Barusan Shawn Mu menunjukkan ekspresi tidak ingin bermain, bagaimana mungkin dalam sekejap langsung berubah? Nampaknya putranya, si Jacky Fang, sudah semakin lihai dalam merayu orang lain!

Area permainan sangat ramai. Melihat pengunjung dari atas jauh lebih menakutkan dibanding melihat peserta permainan dari bawah.

Dengan ekspresi yang tidak berubah, Shawn Mu menemani Jacky Fang naik ke atas kapal permainan, lalu memasangkan sabuk pengaman untuknya.

Di tengah teriakan bahagia Jacky Fang, suasana tiba-tiba terasa hampa dan hanya terdengar suara ombak yang sangat besar. Ombak itu langsung menghantam mereka, membuat keduanya basah kuyup.

Satu ronde permainan akhirnya berakhir. Dua orang itu berjalan ke arah Camile Fang.

Shawn Mu dengan elegan mengelap tetesan air yang ada di wajahnya. Kemeja putihnya setengah transparan karena basah. Di bawah cahaya matahari, dadanya yang bidang dan gagah sekilas terlihat. Ia sangat seksi dan menarik.

Jacky Fang yang berjalan di sampingnya terlihat sama sekali tidak peduli dengan bajunya yang basah kuyup. Ia berteriak riang.

"Om, Om, ayo kita main sekali lagi!" ujar Jacky Fang yang belum puas.

Camile Fang menatap Jacky Fang, lalu buru-buru mengalihkan topik: "Anak baik, kita sudah terlalu lama bermain, ayo kita makan dulu! Kita ke rumah hotdog yang ada di sana, oke?"

Jacky Fang menatap ke arah yang ditunjuk Camile Fang. Di sana memang benar ada rumah hotdog. Melihat balon warna-warni yang tergantung di depan pintu masuknya, Jacky Fang langsung menggangguk setuju.

Camile Fang menghembuskan napas lega, "Tuan Mu, ayo kita beristirahat sebentar di rumah hotdog itu."

"Oke, baik."

Mendengar suara yang sangat atraktif itu, Camile Fang kembali meneteskan air liur.

Liburan singkat mereka bertiga di taman bermain baru berakhir ketika matahari sudah terbenam.

Setibanya di rumah, Camile Fang merasa sekujur tubuhnya hancur berkeping-keping. Ia luar biasa lelah. Setelah berhasil menidurkan anaknya yang masih sangat riang gembira, ia langsung tertidur pulas sambil mendengkur.

Camile Fang terbangun tengah malam. Setelah memperbaiki posisi selimut Jacky Fang, ia baru sadar dirinya tadi ketiduran karena terlalu lelah. Ia bahkan belum membersihkan tubuh, jadi ia buru-buru pergi ke kamar mandi.

Setelah mandi, ia pergi ke dapur untuk minum.

"Ohok, ohok, ohok......"

Suara batuk sekilas terdengar.

Camile Fang tahu suara itu berasal dari kamar Shawn Mu. Ia awalnya ingin mengecek apa yang terjadi, tetapi ia tiba-tiba teringat tragedi yang menimpanya ketika ia masuk ke kamar pria itu dulu. Hatinya langsung ketakutan.

Sudahlah, Shawn Mu pernah melarangnya ikut campur urusan pribadinya. Camile Fang memutuskan kembali ke kamar.

Hatinya berpikir demikian, tetapi kakinya tetap diam di tempat.

Setelah mondar-mandir beberapa saat, Camile Fang akhirnya memutuskan untuk masuk ke kamar pria itu.

Du tengah kegelapan, Camile Fang sembunyi-sembunyi menatap pria itu.

Camile Fang lalu menyalakan lampu di samping ranjangnya.

Shawn Mu terbaring, wajahnya merah. Ia terlihat tertidur, tetapi mulutnya sesekali berbatuk. Ia sedang mengigau.

Camile Fang dengan lembut menaruh tangannya di jidat pria itu.

Sangat panas!

Shawn Mu demam!

Ini pasti karena tadi ia basah kuyup di taman bermain!

Camile Fang berlari ke kamarnya, membuka kotak obat, lalu mengambil termometer. Ia langsung kembali ke kamar Shawn Mu dan mengukur suhu tubuh pria itu.

39,5 derajat Celcius!

"Tuan Mu, Tuan Mu, bangun, bangun!"

Camile Fang mencoba membangunkan Shawn Mu, ia ingin membawanya ke rumah sakit!

Shawn Mu dengan linglung membuka matanya. Tatapannya dingin, ia seolah kehilangan keceriaan yang tadi ia tunjukkan di taman bermain. Dari wajahnya, Camile Fang bisa melihat raut kelelahan dan kesedihan.

"Tuan Mu, kamu demam, saya antar kamu ke rumah sakit ya."

Baru membuka mata, Shawn Mu langsung melihat wajah panik Camile Fang. Cahaya dari lampu di samping ranjangnya mengenai wajah wanita itu, membuatnya terlihat cantik dan menawan seperti bunga.

Shawn Mu tidak tahan lagi, ia langsung mengangkat tangannya dan menyentuh wajah itu.

Sentuhan tangannya dingin dan lembut.

Sentuhan yang tiba-tiba itu sangat mengagetkan Camile Fang. Ia seperti kehilangan kesadaran. Ia tanpa sadar membiarkan pria itu mengelus-elus pipinya.

Tangan pria itu juga mengelus-elus leher belakang dan tulang selangka Camile Fang. Elusannya terus turun ke bawah. Sesampainya di pinggang kecil wanita itu, ia langsung mencengkeramnya lalu berbalik badan. Dalam sekejap ia langsung menindih Camile Fang.

Udara seperti membeku, waktu juga seperti terhenti. Di ruangan itu hanya terdengar detak jantung kedua orang ini.

"Tuan Mu......"

Bibir cantik Camile Fang terangkat. Ia belum menyelesaikan kalimatnya, namun Shawn Mu langsung menyambar bibir itu dengan bibir tipisnya.

Tatapan wanita itu perlahan berubah dari ketakutan menjadi terpesona. Ia dengan sadar mengeratkan tubuhnya ke dalam pelukan Shawn Mu, lidah kecilnya juga ia gerakkan masuk ke mulut pria itu.

Di tengah nikmatnya momen ini, ia tiba-tiba mendengar Shawn Mu dengan setengah sadar berkata: "Barbara An...... Barbara An......"

Barbara An?

Siapa itu?

Camile Fang tiba-tiba merasa dirinya sedang dipermainkan. Jadi Shawn Mu sedang menjadikannya pengganti wanita lain?

Ia langsung mengumpulkan kesadarannya, melepaskan tubuh Shawn Mu sekuat tenaga, lalu bangkit berdiri.

Merasa kehilangan sesuatu yang tadi dipeluknya, Shawn Mu merasa kesal. Ia menaikkan tatapannya ke arah Camile Fang dan mengernyitkan alisnya. Tatapannya dipenuhi kemarahan.

Camile Fang juga agak kesal, ia menatapnya balik sambil marah: "Lihat apa kamu, dasar laki-laki tidak tahu diri! Saya tidak mau dijadikan pengganti wanita lain!'

Camile Fang berbalik badan dan bersiap keluar dari kamar itu. Namun, ia tiba-tiba teringat sesuatu. Ia dengan sangat terpaksa kembali menghadap ke arah Shawn Mu dan berteriak: "Bangun, saya panggilkan orang untuk mengantarmu ke rumah sakit biar kamu tidak semakin gila!"

Shawn Mu dengan malas memejamkan mata dalam-dalam: "Tidak mau ke rumah sakit."

Huh, pria ini sungguh kekanak-kanakan!

Camile Fang mengerus kesal sambil mengangkat alisnya, lalu dengan jengkel bertanya: "Mengapa tidak mau? Kalau sakit ya harus pergi ke rumah sakit!"

"Saya tidak suka bau rumah sakit."

Camile Fang tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Satu-satunya solusi adalah menemui pembantu rumah.

Mendengar kabar Tuan Muda demam, pembantu rumah itu buru-buru bangun, merapikan bajunya, lalu menelepon dokter keluarga.

Setelah selesai menelepon, pembantu itu berkata pada Camile Fang dengan halus: "Nona Fang, terima kasih Anda sudah membangunkan saya. Dokter keluarga segera datang, semoga saja Tuan Muda mau mengikuti instruksinya."

"Saya tadi bilang ingin membawanya ke rumah sakit, tapi ia tidak mau, jadi ya sudah saya bangunkan kamu."

"Iya......" Pembantu rumah mengangguk, lalu menepuk-nepuk bahu Camile Fang: "Dulu ibu Tuan Muda meninggal di rumah sakit. Saat itu ia masih kecil, dan sesudah kejadian itu ia jadi sangat benci rumah sakit. Setiap kali sakit, Tuan Muda lebih memilih memanggil dokter keluarga ke sini. Asalkan bukan penyakit serius pasti bisa disembuhkan di rumah."

"Pantas saja......" Camile Fang terlihat seolah sedang berpikir keras. Ia lalu teringat sesuatu: "Saya ingin bertanya satu hal padamu."

"Silahkan," ujar pembantu itu ramah.

"Tuan Mu, dia...... apakah dia menderita depresi?"

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu