Dipungut Oleh CEO Arogan - Bab 16 Bagaimana Mungkin Kamu Ada di Sini?

"Pertanyaan ini......" Pembantu rumah itu terlihat jelas tidak ingin membicarakan hal ini. Ia menghindari tatapan Camile Fang dan ragu untuk menjawab.

"Kamu tidak perlu menyembunyikan, katakan saja yang sebenarnya. Saya bertanya ini karena saya pernah melihatnya meminum obat antidepresan," ujar Camile Fang tanpa mengada-ada.

“Huft......” Pembantu rumah menghembuskan nafas panjang, lalu kembali berkata: “Ketika Tuan Muda berusia sembilan tahun, ia dan ibunya pernah diculik. Tuan Muda akhirnya berhasil diselamatkan dan pencurinya juga dihukum, tetapi sayangnya ketika melawan pencuri ibunya terluka hebat. Wanita itu meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit, dan sejak saat itu Tuan Muda menderita depresi.”

Camile Fang tertertegun. Ia tidak pernah menyangka orang sesempurna Shawn Mu bisa memiliki masa lalu yang begitu menyedihkan.

Pembantu rumah melanjutkan kalimatnya, “Beberapa tahun lalu, Tuan Muda memiliki kekasih bernama Barbara An. Pacarnya sangat cantik dan baik hati, keduanya sangat serasi. Selama berpacaran dengannya, keadaan Tuan Muda membaik. Ia bahkan berhenti meminum obat antidepresan. Tetapi, siapa yang menyangka, Barbara An suatu hari tanpa pamit pergi meninggalkannya ke luar negeri. Sejak saat itu, Tuan Muda tidak penah memiliki kekasih lagi dan penyakitnya kambuh.”

Mendengar penuturan pembantu rumah, hati Camile Fang sangat kacau.

Pria yang gagah dan atraktif itu, ternyata juga tertekan dan lemah. Pria itu ternyata seorang budak cinta.

Barbara An...... Barbara An......

Camile Fang kembali teringat ekspresi Shawn Mu ketika memanggil-manggil nama ini. Ia tiba-tiba merasa patah hati.

Apa yang terjadi sebenarnya dengan dirimu! Shawn Mu punya pujaan hati lain, untuk apa kamu sebegitu perhatiannya dengan pria itu!

Camile Fang memaki-maki dirinya sendiri dalam hati, lalu melihat dokter yang datang terburu-buru.

Ia segera menata ulang suasana hatinya, lalu bersama pembantu rumah menyapa dokter itu dan mendampinginya ke kamar Shawn Mu.

Dokter mengompres Shawn Mu, lalu memberinya obat penurun demam. Setelah menjelaskan dosis obat yang harus diminum beserta waktu minumnya, dokter bersiap pergi.

Sebelum pergi, ia bilang Tuan Muda harus selalu ditemani. Kalau demamnya tidak turun juga, atau bahkan semakin parah, mereka berdua harus segera mengontaknya.

Camile Fang menatp wajah pembantu rumah yang kelelahan. Dengan umurnya yang sudah tua, ia takut pria itu tidak mampu berjaga sepanjang malam. Ia terpaksa menyuruhnya beristirahat. Ia sendirian menemani Shawn Mu.

Sepanjang malam, mengukur suhu tubuh, mengganti handuk, mengelap keringat......

Camile Fang bisa dibilang tidak tidur sama sekali malam itu. Hari menjelang pagi ketika suhu tubuh Shawn Mu sudah turun. Camile Fang tidak tahan lagi. Ia awalnya hanya ingin memejamkan mata sebentar, tetapi pada akhirnya tertidur pulas di samping ranjang.

Cahaya matahari pagi sedikit demi sedikit mengusir kegelapan malam. Shawn Mu perlahan membuka mata dan melepas handuk kompresan yang ada di jidatnya.

Ketika ingin berdiri, tangannya tiba-tiba menyentuh sesuatu.

Ia melihat ada seseorang tertidur di samping ranjangnya. Wajah wanita itu kelelahan, rambutnya berantakan. Ia tertidur sambil meringkuk, sungguh pemandangan yang menyedihkan.

Wanita itu mengapa tidur di sini?

Mata Shawn Mu menyapu seluruh sudut ruangan——obat dan termometer di atas kepala tempat tidur, baskom di sisi ranjang......

Semuanya menyadarkan Shawn Mu, bahwa wanita ini lah yang menjaganya sepanjang malam.

Hatinya terenyuh. Ia sempat ingin membangunkan Camile Fang, tetapi tidak jadi.

Ia menggerakan tangan dan kakinya perlahan, lalu berdiri. Tubuhnya yang baru pulih masih agak sedikit lemas.

Ia berjalan ke samping Camile Fang, lalu dengan perlahan dan hati-hati mengangkat tubuh wanita itu dan memindahkannya ke atas ranjang. Ia juga melepaskan sepatunya dan menyelimutinya.

Camile Fang tetap tertidur pulas. Ia sama sekali tidak memberi respon apa pun. Ia hanya merasa mimpinya diganggu seseorang. Ia dengan kesal menggigit-gigit bibir dan mengerang.

Shawn Mu berdiri sebentar di samping ranjang. Ia menatap wanita itu. Hatinya tanpa henti diliputi gelora dan kehangatan yang sulit dijelaskan.

Menyadari ketidakberesan dalam dirinya, Shawn Mu langsung melawan perasaan itu. Wajahnya kembali dingin, ia lalu berbalik badan keluar kamar.

Ketika Camile Fang terbangun, hari sudah siang. Saat ia masih kebingungan mengapa ia bisa ada di atas ranjang, pembantu rumah tiba-tiba datang.

"Nona Fang, Anda sudah bangun ya. Tuan Mu sudah berangkat ke kantor. Ini, saya siapkan sarapan untukmu."

"Tunggu sebentar, ini pukul berapa?" Camile Fang menggaruk-garuk kepala dan menatap pembantu rumah dengan cemas.

"Pukul dua siang."

Pembantu rumah baru selesai menjawab, Camile Fang langsung berteriak sekencang-kencangnya.

"Ahhh!" Camile Fang melepas selimut dan langsung melompat turun dari ranjang. Ia buru-buru mencari sepatunya sambil berkata-kata sendiri: "Habis saya, habis saya, semuanya terlambat! Saya bahkan terlambat setelat ini! Si Tang yang tidak waras itu akhirnya punya alasan untuk memecat saya!"

Setelah memakai sepatu, Camile Fang buru-buru mandi dan berdandan. Ia kemudian berlari ke kantor.

Sesampainya di kantor, ia langsung melihat Alfred Tang.

Ternyata memang benar, yang kita takutkan itulah yang akan kita temui!

"Datang ke ruang kerja saya," ujar Alfred Tang sambil menatapnya dingin.

Di dalam ruang kerja kepala departemen.

"Camile Fang, perusahaan ini bukan milikmu, tetapi kamu bersikap semaumu sendiri. Kalau mau datang kamu datang, dan kalau tidak mau datang kamu tidak datang. Kamu sama sekali tidak serius dengan pekerjaanmu. Menurutmu, hukuman apa yang pantas saya berikan untukmu?“ Alfred Tang menyeruput tehnya dan menatap Camile Fang miring.

"Saya sungguh minta maaf, ini benar-benar kesalahan saya. Pagi ini saya ada urusan mendadak. Kalau saya tetap dianggap absen, mengacu pada aturan kantor, bonus dan gaji saya akan dipotong."

Camile Fang tahu betul, menurut peraturan kantor, karyawan bisa dipecat setelah tiga kali absen tanpa alasan. Di bawah tiga kali, kalau karyawan dengan rendah hati mengakui kesalahannya, maka hukumannya hanya berupa tidak mendapat bonus bulanan.

Tetapi Alfred Tang sungguh tidak mudah mendapatkan kesempatan seperti ini. Ia jelas tidak akan melepaskan Camile Fang dengan mudah.

"Saya jelas lebih paham aturan kantor. Kamu tidak perlu mengajarkannya pada saya." Alfred Tang melanjutkan kalimatnya, "Kamu baru bekerja beberapa hari tapi sudah menyebabkan berbagai masalah. Waktu itu draf rancanganmu tidak lulus uji kelayakan, lalu kemarin kamu cuti, lalu hari ini kamu datang terlambat. Saya pikir kamu memang tidak punya niat bekerja di sini, jadi silahkan rapikan semua barang-barangmu sekarang!"

Camile Fang sangat marah. Ia menggebrak meja di hadapannya dengan kedua tangannya. Ia lalu membentak: "Alfred Tang, kamu benar-benar memanfaatkan kantor untuk membalas dendam pribadimu! Sejak saya bekerja di sini, kamu selalu menyusahkan saya. Kamu setiap kali selalu bilang draf rancangan saya tidak lulus uji, lalu kemarin kamu menambah tugas saya dan membuat saya lembur hingga sangat malam. Saya kemarin masih menahan diri, tetapi kalau kamu benar-benar memecat saya tanpa menghiraukan aturan kantor, saya akan melaporkanmu pada direktur!"

Alfred Tang dengan santai dan tanpa ekspresi menjawab, "Sana laporkan. Direktur bahkan tidak kenal siapa kamu. Saya nanti mau lihat, ia akan lebih percaya saya, kepala departemen yang sangat berpengalaman ini, atau kamu, seorang karyawan baru yang penuh dengan omong kosong."

"Oke, lihat saja nanti!" Camile Fang menatap Alfred Tang garang, lalu berbalik badan dan pergi.

Ia berlari kecil sepanjang jalan menuju ruang kerja direktur.

"Tok tok tok."

Camile Fang mengetuk pintu sambil berusaha mengendalikan amarahnya.

"Silahkan masuk." Terdengar suara berat seorang pria dari dalam.

Camile Fang tiba-tiba merasa sangat familiar dengan suara ini. Ia berusaha keras mengingat siapa pemilik suara itu, tetapi ia tidak berhasil juga. Ia kemudian masuk.

Dalam ruangan itu ada seorang pria berpostur tinggi besar yang tengah duduk di atas kursi kulit berwana hitam. Satu tangannya bertumpu pada meja sambil menyanggah pelipis. Pria itu sedang membaca berkas.

"Bagaimana mungkin kamu ada di sini?"

Camile Fang terkejut hingga bola matanya hampir meloncat keluar.

Ternyata pria itu Tuan Mu!

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu