Dipungut Oleh CEO Arogan - Bab 174 Bangun

"Di Swiss?" Shawn mengerutkan keningnya, namun rasa kecemasan dan kekhawatiran dalam hatinya mulai mereda.

"Iya, benar, CEO Mu, sekolah Jacky Fang mengadakan acara keluarga ke Swiss. Apa Anda lupa? Acara kali ini Anda yang mendandatanganinya langsung." kata Jim dengan penuh hormat.

Shawn pun teringat, sebulan yang lalu, rasanya ia memang menandatangani sebuah sponsor acara keluarga Stickybear's Kindergarten.

Terlalu banyak hal yang terjadi dalam dua bulan ini, mana mungkin dia bisa ingat masalah sekecil ini.

Jim melanjutkan, "Oh ya, CEO Mu, ada suatu hal yang aku tak tahu harus kubicarakan atau tidak."

Wajah Shawn berubah sedikit tidak sabar, "Katakan saja kalau ada sesuatu, tak usah berputar-putar."

Jim pun segera menjawab, "CEO Mu, Nona Fang pergi ke Swiss bersama Clinton Song dari Keluarga Song. Menurut penyelidikan kami, Clinton Song mengikuti acara itu sebagai ayah dari Jacky Fang."

Kepala Shawn terasa bagai tersambar petir.

Clinton menemani mereka berdua ke Swiss sebagai ayah Jacky?

Membayangkan kalau mungkin sekarang Clinton dan Camlie tidur seranjang, dan membayangkan suara Jacky yang imut itu memanggil Clinton paman, tubuh Shawn terasa teralir listrik.

Ia mengepalkan tangannya, lalu berkata pada Jim, "Pesankan aku sebuah tiket pesawat ke Swiss besok, lalu jemput aku di rumah sakit, kita ke bandara!"

Ia khawatir pada keselamatannya, berlari secepat angin untuk memastikan apakah dirinya aman atau tidak, tapi ternyata dia malah pergi ke Swiss bersama Clinton?

Shawn pun memukul tembok yang ada di sebelahnya itu dengan kepalan tangannya, seketika kulit-kulit di tangannya itu pun mengelupas, darah mulai bercucuran keluar.

Saat kembali ke rumah sakit, kemarahan Shawn masih belum reda. Ia memaksa dirinya sendiri untuk tenang, menunggu Barbara terbangun di samping ranjangnya semalaman seperti biasa.

Saat hari sudah terang, Jim pun datang ke rumah sakit, dan memberikan tiket pesawatnya pada Shawn, "CEO Mu, penerbangannya jam sepuluh, apa Anda benar-benar akan pergi ke Swiss?"

"Omong kosong." Shawn pun bangkit berdiri, merapikan kerah kemeja dan jasnya, lalu berjalan keluar bersama Jim.

Tiba-tiba, matanya tak sengaja melihat ke arah jari-jari tangan Barbara yang masih terbaring di atas kasur itu mulai bergerak sedikit.

Seketika itu, jantungnya berdebar kencang.

Ia segera memencet bel yang ada di samping tempat tidur, dan dokter pun datang.

Di luar kamar, Shawn menunggu dengan sangat cemas.

Jim yang berada di sebelahnya bertanya, "CEO Mu, apa Anda masih ingin pergi ke Swiss?"

Shawn menjawab dengan kesal, "Masih perlu ditanya? Tentu saja tidak."

Jim menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu, CEO Mu, aku kembali ke kantor dulu, masih banyak yang harus diurus."

Shawn menganggukkan kepalanya, namun tiba-tiba ia kembali teringat sesuatu, "Tunggu."

Jim menghentikan langkahnya.

Wajah Shawn memucat, ia berkata dengan pelan, "SUruh orang untuk mengikuti Camile di Swiss, lihat apa saja yang dilakukannya bersama dengan Clinton Song."

Jim pun pergi dengan membawa perintah itu, Shawn tetap menunggu di depan kamar rawat Barbara dengan penuh kecemasan.

Sepuluh menit kemudian, pintu pun terbuka, dokter keluar dengan wajah yang sangat gembira.

"CEO Mu, pembekuan di otak Nona Barbara sudah hilang dengan sempurna, sekarang dia sudah sadar!"

Baru saja sang dokter selesai bicara, Shawn langsung berlari masuk ke kamar itu.

Dokter-dokter dan perawat-perawat lain yang ada dalam kamar pun meninggalkan merak berdua di sana.

Barbara berbaring di atas ranjang, wajahnya putih pucat, namun matanya tak lagi tertutup.

Sudah sebulan lamanya, dan akhirnya ia membuka matanya yang indah itu.

Ia membalikkan kepalanya, tersenyum manis pada Shawn, dan berkata, "Shawn, kau sudah datang."

"Iya." Shawn menganggukkan kepalanya, lalu berjalan ke arahnya dan duduk tepi ranjang.

Shawn mengulurkan tangannya, mengelus wajah Barbara dengan lembut.

Suhu tubuh Barbara sangat rendah, bibirnya putih pucat, terlihat sangat amat lemah. Melihat rupanya yang seperti itu, hati Shawn teriris-iris.

"Barbara, maafkan aku." katanya pelan, ia pun mencium kening Barbara.

Barbara menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Shawn, aku tidak menyalahkanmu, aku sendiri yang salah. Tak seharusnya aku pergi mencari Camile, kalau aku tak mencarinya, aku juga tak akan menjadi seperti ini,"

Shawn memotong perkataannya, "Tak usah mengungkit dia lagi, aku sudah memeriksa CCTV di sana, jatuhmu dari tangga memang tak lepas dari campur tangannya."

Barbara menghela nafasnya, air mata pun menetes dari matanya, "Shawn, aku tak ingin kau bingung. Aku tahu di hatimu masih ada dia, jangan salahkan dia hanya demi aku. Kalau kau ingin menyalahkan seseorang, salahkan saja aku yang meninggalkanmu bertahun-tahun, sehingga dia punya kesempatan untuk muncul di kehidupanmu."

Dokter sudah pernah bilang, dia sekarang membutuhkan emosi yang santai dan menyenangkan. Kalau kesedihan dalam hatinya menghilang, pasti ia bisa pulih kembali.

Lagipula, dia juga sudah berjanji, kalau dia sudah terbangun, dia akan memperistrinya.

Tapi sekarang setelah Barbara sadar, Shawn malah terdiam. Ia tak bisa membuka mulutnya untuk berkata bahwa ia akan memperistrinya, karena ia masih tidak bisa melupakan Camile.

Tiap kali ia mengingat Camile, hatinya bak tersendat sesuatu, bahkan bernafas saja sulit.

Suasana di dalam kamar itu hening tak bersuara, kedua orang itu tak berbicara apapun, hanya saling memandangi satu sama lain.

Sampai akhirnya pintu kamar itu terbuka dan memecah keheningan itu.

Drake berdiri di depan pintu kamar dengan dress ungunya yang panjang, dandanannya tetap cantik seperti biasa, rambut panjangnya terurai sampai ke pundak, sama sekali tak terlihat seperti wanita paruh baya.

Barbara terkaget, "Ma? Kenapa kau kembali?"

Drake pun berjalan ke samping Barbara lalu berkata, "Kalau mama tidak kembali, kau pasti sudah diganggui orang habis-habisan dan tak ada yang peduli padamu."

Barbara tersenyum kaku, "Ma, tidak ada yang menggangguku, aku sendiri yang tak hati-hati makanya jatuh dari tangga."

Wajah Drake pun berubah marah, "Barbara, baik itu juga harus ada batasnya, kau masih mau membela wanita itu dengan kondisimu yang seperti ini?"

Kemudian, ia pun melihat ke arah Shawn dan berkata. "Shawn, kalau bukan karena kau yang mengkhianati Barbara, mencintai dua wanita, apa Barbara akan didorong oleh wanita itu? Apa sampai sekarang pun kau masih tak merasa bersalah pada Barbara? Kalau begitu, aku akan membawa Barbara kembali ke luar negeri sekarang, jangan harap kau akan bertemu dengannya lagi!"

Drake terlihat sangat marah, namun sebenarnya ia sedang mengetes Shawn.

Ternyata Shawn benar-benar panik, ia pun segera menjawab, "Bibi, Barbara memang bukan didorong oleh Camile, mereka berdua hanya bercekcok saja, aku sudah menjelaskannya padamu berulang kali. Lagipula, aku sudah berjanji aku akan menjaga Barbara dengan baik, aku pasti bisa melakukannya!"

Mata Drake menyipit, lalu berkata dengan dingin, "Kata-kata yang kau ucapkan saat Barbara koma, apa kau masih ingat?"

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu