Cintaku Pada Presdir - Bab 23 Jangan Jadikan Aku Pengganti

Bab 23 Jangan Jadikan Aku Pengganti

 

Aku tidak menduga dia bisa bertingkah begitu tidak masuk akal, aku segera melindungi perutku dan mundur beberapa langkah, pinggang belakang terbentur meja, agak sakit.

 

Bibi He dengan gesit menarik pergelangan tangannya, mencegahnya untuk menyerbuku.

 

Aku menopang pinggang dan berdiri tegak, tersenyum dingin: “kalau kamu masih punya keberanian untuk berperang mati-matian denganku, mendingan kamu naik ke atas, karang alasan yang bagus untuk membohongi dia lagi.”

 

Dia kembali berakal, memelototi aku dengan ganas, kemudian langsung menaiki tangga.

 

Aku dengan santai menuang segelas air hangat, minum perlahan-lahan. Bibi He menggesekkan tangannya, menatapku dengan merasa bersalah.

 

Tidak lama kemudian, dia mengigit bibir bawahnya, “Nona Ning, aku juga terpaksa, karena… …”

 

Aku meletakkan gelas yang ada di tangan, “tidak perlu menjelaskan apa-apa ke aku.”

 

Kalau sudah membantu Song Jiamin melawanku, maka aku pun tidak ingin mendengar satu pun alasan.

 

Hatiku, tidak selembut dulu lagi.

 

Aku melangkah ingin pulang ke kamar, terdengar suara Bibi He yang berbicara terbelit-belit, “kamu, bolehkah kamu bantu aku memohon ampun kepada Tuan Muda? Keponakanku masih menunggu biaya rumah sakit dari aku, kalau adikku juga kehilangan pekerjaan… …”

 

Keluarga keturunan kaya seperti keluarga Cheng, sangat pantang dengan bawahan yang tidak setia, Cheng Jinshi pasti akan memecatnya.

 

Hanyalah, adiknya juga bekerja sebagi supir di rumah orang tua Cheng, kalau masalah ini diketahui orang rumah tua, kurang lebih pasti akan memengaruhi adiknya.

 

Aku membalikkan badan, menatapnya, “saat kalian mencelakakanku, adakah kalian menaruh sedikit belas kasihan padaku?”

 

Ada pandangan terkejut sekilas di matanya, sepertinya dia tidak menduga bahwa aku bisa bertanya begitu terus terang, dia tidak bisa mengeluarkan sekata pun dalam beberapa saat.

 

Aku menaikki tangga menuju kamar, saat melewati lantai dua, Song Jiamin masih sedang mengetuk pintu ruang kerja, make-up nya mengabur karena tangisan.

 

Esok hari, aku seharian tidak tampak Song Jiamin di rumah, aku baru tahu dari Bibi He kalau dia pindah ke luar untuk sementara waktu.

 

Tidak perlu dipikirkan sudah tahu kalau itu adalah keputusan Cheng Jinshi, aku sedikit kaget, tidak sangka dia bisa setandas ini.

 

Hubungan Xiao Bao dan aku semakin kaku.

 

Tapi aku senang akan suasana yang menjadi tenang, dengan begitu, aku sudah bisa tidur dengan tenang tanpa harus berjaga-jaga lagi.

 

Malam hari, aku keluar dari kamar mandi, malah terlihat Cheng Jinshi sedang berada di kamarku.

 

Dia berdiri di samping jendela, rokok di tangannya berkejap-kejap, asap putih bersebaran mengelilingi tubuhnya yang tegap, mungkin karena terdengar suara buka pintu, dia segera memadamkan rokok, dan membuka jendela.

 

Aku termenung, bernada penuh keheranan, “kenapa kamu datang ke kamarku?”

 

Ia menyakukan satu tangannya, membalikkan badan, “masalah Bibi He, aku mau tanya pendapatmu.”

 

Otak berputar dengan cepat, tetap tidak mengerti kenapa dia bisa datang meminta pendapatku.

 

Mungkin karena orang yang dicelakakan Bibi He adalah aku.

 

Aku duduk di samping tempat tidur, menyeka rambut basah yang masih menetes air, berkata dengan santai: “terserah kamu.”

 

Dia melangkah ke sampingku, mengulurkan tangan dan mengambil handuk yang ada di tanganku, menggosok rambutku dengan lembut, gerakannya terlihat sangat lazim, malahan aku yang terasa tidak nyaman.

 

Hanya terdengar suaranya yang berat nan lembut: “kalau gitu akan aku pecat dia.”

 

Nafasku sedikit berantakan, berkata dengan leluasa: “ya, tapi kalau ditanyakan oleh orang rumah tua, bolehkah ganti alasan lain?”

 

Mungkin karena diriku juga sudah punya anak, jadi saat teringat Bibi He bilang bahwa keponakkannya masih menunggu biaya rumah sakit, aku tetap tidak bisa bersikap kejam.

 

Gerakan menggosok rambut berhenti sejenak, “kenapa?”

 

Aku menurunkan kelopak mata, berkata jujur apa adanya, “Bibi He patut menerima akibatnya, tapi kalau masalah ini diketahui orang rumah tua, mungkin akan memengaruhi adiknya bukan? Semalam dia bilang ke aku, keponakannya masih menunggu biaya rumah sakit… …”

 

Aku belum selesai berkata, dia tiba-tiba membungkuk, menarikku ke dalam pelukannya, kepalanya terbenam di leherku, nafas yang hangat memanasi kulitku.

 

Aku kaget hingga mataku terbuka lebar, seluruh tubuhku terpaku, “kamu… …” 

 

Dia tidak bicara, memelukku dengan erat, bagai ingin meresapku ke dalam tubuhnya, menundukkan kepala dan mengecup bibirku, aroma ringan dari rokok dan alkohol menyebar dari ujung lidahnya, aku baru sadar, dia barusan minum alkohol.

 

Seketika aku tidak tahu harus bagaimana, akal menyuruhku untuk mendorongnya, tapi melihatnya yang begitu tidak normal, aku pun tidak tega menghentikan semua ini.

 

Pertemuan bibir dan gigi dia denganku, keluar suara seraknya, “kalau hatinya bisa selembut kamu, bahkan setengah saja sudah cukup, betapa baik.”

 

Kata ini bagai dinginnya air es yang menyumsum, menyiramiku dari kepala hingga kaki, aku hanya merasakan hatiku yang mendingin.

 

Apaan ini? Karena mengetahui kekejaman Song Jiamin, jadi mencari kenyamanan dari aku.

 

Aku terbengong sejenak, kemudian dengan ganas mendorongnya, dengan wajah dan telinga yang merah berkata: “Cheng Jinshi, kamu jangan jadikan aku sebagai pengganti Song Jiamin!”

 

Dia menyangga pada dinding, tunduk kepala dan tersenyum mengejek dirinya sendiri, ketika mengangkat kepala lagi, matanya sudah mencerminkan ketenangannya.

 

    ——

 

 

Sesudah malam ini, aku dan dia seperti terpisah dengan sebuah garis yang jelas, tidak ada yang bisa melewati garis itu.

 

Bibi He sudah dipecat, rumah datang seorang pengasuh baru, tugas utamanya adalah merawat Xiao Bao. 

 

Terasa aneh, entah karena anak kecil tidak dendam atau apa, beberapa hari ini dia mulai mengajakku bicara.

 

Siang ini, hanya ada aku dan Xiao Bao bedua yang makan.

 

Pengasuh baru, XiaoHe sambil menyuapi Xiao Bao, sambil berkata: “tidak tahu kenapa CCTV lantai satu bisa rusak, pelayanan perbaikan katanya akan menyuruh orang kemari besok untuk memperbaikinya.”

 

Aku pikir bahwa tidak apa-apa CCTV rusak sehari, lagipula Song Jiamin sudah pindah ke luar, aku menganguk. “baik.”

 

Selesai makan, aku naik ke kamar untuk tidur siang, tidur sangat nyenyak, baru bangun ketika ada orang yang mengetuk pintu.

 

Aku membuka mata, hanya terlihat kepala kecil Xiao Bao, mengedipkan mata, “tante, tante pengasuh terpeleset.”

 

Aku turun dari tempat tidur, memakai sandar, “parah tidak?”

 

Xiao Bao berkata dengan lembut: “tidak tahu, tapi Xiao Bao tampak dia nangis.”

 

Aku segera membawanya turun, terlihat XiaoHe setengah terbaring di lantai ruang makan, agaknya terjatuh keras, matanya merah.

 

Aku hendak berjalan ke arahnya, dia segera berteriak: “Anda jangan kemari, lantai ini sepertinya tertumpah minyak, agak licin.”

 

Mendengar katanya, aku langsung menghentikan langkah, perut tujuh bulan, kalau terpeleset, kemungkinan untuk menyelamatkan anak akan sangat sulit.

 

Aku menatapnya dengan penuh berterima kasih, “bagaimana dengan kamu, masih bisa berdiri?”

 

Dia mengangguk, “saya tidak apa-apa, cuman terbentur di tulang ekor, lumayan sakit.. …”

 

Aku merasa lega, setelah dia berdiri, aku masih tetap khawatir padanya, jadi aku menyuruhku untuk cek ke rumah sakit 

 

Setelah dia pergi, Xiao Bao menarik aku, mata yang bersinar melihatku dengan manja, memintaku bermain dengannya.

 

Aku pikir dia bakal bosan sendirian, dan juga beberapa hari ini hubungan kami cukup membaik, jadi aku pun menemaninya main.

 

Sampai sore, aku pergi ke dapur memasak mie dan makan bersama dia.

 

Habis makan mie, aku memandikan dia, menggantikan bajunya, dan menemaninya menonton kartun di ruang tamu.

 

Sekitar jam delapan, aku terasa letih, hendak membawanya naik untuk tidur, tapi bagaimanapun aku bujuk dia tetap tidak mau, “tante, kalau tante ngantuk tidurlah, aku masih mau nonton sebentar.”

 

Aku hanya bisa menyetujuinya. “kalau begitu kamu dingin tidak? Aku ambilin kamu mantel ya.” 

 

Tatapannya tidak lepas dari televisi, “tidak dingin, tante cepat tidurlah.”

 

Malam musim semi agak dingin, aku memeriksa suhu mesin penghangat, setelah mengomelinya beberapa kata, aku pun naik ke kamar.

 

Dari siang hingga sekarang, aku akhirnya menyadari betapa lelah merawat seorang anak, apalagi perutku juga terisi satu, kekuatan fisikku tidak bisa mengimbangi.

 

Aku langsung baring di tempat tidur, sekali berbantal, aku langsung tertidur dalam waktu dua menit.

 

Dalam keadaan otak yang setengah sadar, tenggorokanku tiba-tiba dicengkeram oleh seseorang, saat membuka mata, langsung bertatapan dengan mata Cheng Jinshi yang penuh dengan api amarah, “Ning Xi, apakah kamu gila! Xiao Bao masih anak kecil!”

 

Malam yang sepi, aku terbengong dengan interogasinya yang ganas, rasa kantuk menghilang seketika, “apa?”

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu