Cintaku Pada Presdir - Bab 110 Ayo, Kita Pulang Rumah
Air mataku terus mengalir, setiap langkah dia injak seperti sedang menginjak di hatiku.
Aku sama sekali tidak menyangka dia bisa datang, hatiku yang kosong terasa seperti tersumbat penuh oleh kapas.
Polisi membuka pintu dan Cheng Jinshi pun langsung memeluk aku, bisa dilihat dia sangat gugup, suara dia terdengar sedikit sesak, "Maaf, aku terlambat"
"Perutku sakit...." Aku berkata sambil menangis.
Alis dia mengerut, dia langsung menggendong aku dan berjalan keluar dengan cepat.
Di dalam pelukan dia, tubuhku terasa lega dan perasaan sakit perut itu pun menjadi agak membaik.
Sambil berjalan, Cheng Jinshi berkata terhadap polisi : "Masalah selanjutnya, saya akan menyuruh pengacaraku kerja sama dengan kalian"
Polisi pun tidak berkata lagi.
Aku tidak tahu Cheng Jinshi menggunakan cara apa, tetapi aku merasa sangat tenang.
Hujan deras turun di luar kantor polisi, seolah-olah langit digali sebuah lubang sehingga semua air mengalir keluar.
Mobil Cheng Jinshi parkir di luar pintu kantor polisi, dia meletakkan aku di tempat duduk penumpang dan membantu aku memakai sabuk pengaman, kemudian dia pun masuk ke dalam mobil dan duduk di tempat duduk pengemudi.
Meskipun dari tadi polisi terus memegang payung untuk kami, bagian belakang Cheng Jinshi tetap basah kuyup, bahkan wajahnya pun dibasahi oleh air.
Sementara tubuhku kering total.
Cheng Jinshi mengemudi dengan cepat dan kami pun tiba di rumah sakit terdekat dengan kantor polisi.
"Masalahnya tidak besar, disebabkan oleh istirahat yang tidak cukup, pulang rumah istirahat dengan baik, masa hamil jangan terlalu capek, pertahankan suasana hati yang bagus"
Kata-kata dokter membuat aku merasa tenang.
Ekspresi Cheng Jinshi juga agak melega, dia menggendong aku lagi dan kami pun meninggalkan rumah sakit, dia membawa aku ke sebuah daerah kecil.
Pada saat dia sedang parkir mobil, aku menceritakan kesedihan yang aku alami beberapa hari, aku berkata dengan mata memerah, "Kakek sudah meninggal........."
Aku tahu diriku sudah tidak memiliki hubungan dengan dia, tidak perlu berkata begitu banyak dengan dia lagi.
Tetapi aku tetap tidak bisa menahan, mungkin di dalam hatiku, dia akan selalu menjadi orang yang aku bisa sandari.
Tatapannya di penuhi oleh sakit hati, sekali lagi dia memeluk aku dan menepuk bagian belakang tubuhku, "Maaf, beberapa hari ini aku di Amerika, pagi ini aku baru tahu berita ini, aku yang datang terlambat, maaf, maaf......."
Aku menggelengkan kepalaku dan terus menangis di pelukannya, "Bukan salahmu, terima kasih......"
Orang ini yang membawa aku pergi pada masa paling pasrah di hidupku.
Dia mencium dahiku dan mengendong aku masuk ke dalam rumah, "Malam ini tidur sini saja, mau?"
Malam ini, aku hanya ingin bersama dengannya.
Selain itu, pada saat tanganku menyentuh bagian belakang tubuhnya yang basah, aku semakin tidak bisa menolak, "Iya"
Aku tidak pernah datang ke apartemen ini, gaya dekorasinya sama persis dengan gaya Cheng Jinshi, membawa perasaan mempesona.
Sepertinya apartemen ini adalah tempat yang dia paling sering tinggali selain di apartemen pernikahan kami kemarin.
Aku berpikir, aku adalah wanita ke berapa yang dia bawa ke sini?
"Hanya kamu"
Pada saat aku sedang melamun, dia meletakkan aku di atas sofa dan mencium telingaku.
Aku tidak menyangka dia tahu apa yang sedang aku pikirkan, aku menoleh ke samping dan mendorong dia dengan tidak natural. "Kamu cepat pergi mandi"
"Iya" Dia menjawab dengan suara rendah, kemudian dia pergi ke kamar mandi dan keluar lagi setelah beberapa saat, dia melambaikan tangannya kepadaku, "Kamu mandi di sini, aku mandi di kamar mandi satu lagi"
Hatiku terasa hangat, aku juga benar-benar sangat capek, sehingga aku tidak merasa ragu dan langsung pergi mandi.
Setelah mandi, waktu sudah hampir jam 1 subuh.
Pada saat aku keluar dari kamar mandi, dia sedang berbaring di atas tempat tidur, melihat aku keluar, dia pun bangun dari tempat tidur dan menarik aku untuk duduk di atas tempat tidur, kemudian dia mulai mencolok alat pengering rambut dan mengeringkan rambutku.
Telingaku mendengar suara alat pengering rambut yang bising, jarinya yang panjang pun bergerak di rambutku dengan cantik, adegan ini memberi aku perasaan seolah-olah kami tidak pernah berpisah.
Salah, pada saat kami bersama, dia tidak berperilaku seperti itu.
Mungkin karena beberapa hari ini terlalu capek, atau mungkin karena aku berada di pelukannya, aku tidur dengan nyenyak dan tenang.
Besok harinya, karena masih berpikir tentang masalah pemakaman kakek, aku bangun dengan mendadak pada saat langit masih belum terang.
Aku duduk dari tempat tidur dan Cheng Jinshi sudah tidak berada di sisiku lagi.
Hatiku terasa kosong, aku menekan rasa sedih di hatiku dan turun ke tempat tidur untuk memakai sandal.
"Kenapa bangun begitu awal?" Tiba-tiba pria itu keluar dari kamar mandi, dia memakai gaun mandi dan dagunya ada krim pencukur kumis yang berwarna putih.
Ternyata dia tidak pergi.
Melihat dia di sini, hatiku pun terasa agak tenang, "Aku mengira kamu telah pergi"
"Bodoh"
Dia berjalan ke sisiku, kemudian memegang bagian belakang kepalaku dengan satu tangan, dia membungkukkan tubuhnya dan menatap ke mataku, "Jangan takut, aku tidak akan membiarkan kamu sendiri lagi"
Suara dia yang lembut membuat aku mulai menangis lagi, aku menundukkan kepalaku dan berusaha menahan air mataku, "Aku bantu kamu cukur kumis"
Dia menekan aku kembali ke atas tempat tidur secara memaksa, "Waktu masih pagi, kamu tidur lagi saja"
"Hari ini adalah acara pemakaman kakek, aku harus pergi lebih awal untuk atur"
Berkata tentang ini, tenggorokan terasa sesak dan pahit.
Dia menepuk kepalaku, "Aku akan pergi atur, kamu tidur dulu sebenatar, nanti aku akan menyuruh Chen Lin datang jemput kamu hadiri cara pemakaman"
Aku menatap ke wajah pria itu, tidak menyangka dia sudah membantu mengatur semuanya.
Garis waspada terakhir di hatiku pun sudah hancur, tetapi aku tetap berharap aku bisa mengatur acara pemakaman kakek, dia tidak memiliki solusi lain dan hanya bisa setuju.
Pada saat kami tiba di rumah duka, langit baru saja terang.
Aku mengira diriku bisa mengatur acara pemakaman kakek dengan lancar, tetapi rasa sakit hati yang sudah hilangpun kembali naik ke tubuhku lagi ketika aku mendengar suara tangisan di rumah duka.
Apalagi pada saat para saudara bertanya mengapa bibi tidak datang, aku merasa semakin sakit dan marah, hatiku sudah terasa dingin.
Aku tidak bisa berkata satu kata pun.
Bagaimana aku bisa memberi tahu para saudara bahwa bibi sekeluarga sudah pergi liburan menggunakan uang yang mereka dapat dengan menggantikan nyawa kakek pada saat kakek bahkan belum dimakamkan?
Seluruh proses acara di atur oleh Cheng Jinshi, setelah kakek dimakamkan, logika aku baru mulai kembali ke otakku.
Beberapa hari lalu, kesehatan kakek yang semakin bagus saat ini hanya sisa kuburan yang dingin.........
Aku berlutut ke lantai dan menangis dengan sedih.
Saat ini.... aku benar-benar sudah tidak memiliki keluarga lagi.
Orang yang benar-benar tulus menyayangi aku sudah pergi semua.
Aku tidak memiliki siapa pun lagi sekarang.
Hanya aku sendiri.
Cheng Jinshi juga berlutut dan bersujud tiga kali.
Setelah itu dia tidak berdiri dan menunggu aku dengan sabar.
Aku tidak tahu diriku menangis seberapa lama, sampai semua saudara sudah meninggalkan tempat, sepasang tangan yang kuat memeluk aku, dia tidak berkata dan hanya menepuk bagian belakangku dengan lembut.
Seolah-olah dia sedang memberi tahu aku, aku masih memiliki dia.
Setelah sangat lama, emosiku sudah agak tenang, dia menyeka air mataku, "Ayo, kita pulang sekarang"
Kita pulang sekarang........
Kata-kata ini langsung menusuk ke tempat hatiku yang paling lembut.
Karena berlutut terlalu lama, kakiku terasa sakit dan pegal pada saat aku berdiri, Cheng Jinshi pun langsung menggendongku, gerakan dia sangat lembut, seolah-olah dia sedang memegang barang yang berharga.
Cheng Jinshi mengemudi ke arah pusat kota dan memasuki sebuah perumahan yang baru saja selesai dibangun tahun lalu, setiap rumah di daerah ini tentu saja sangat mahal.
Aku sedikit tidak mengerti, "Bukannya kita mau pulang rumah?"
Aku mengira dia akan membawa aku pulang ke apartemen semalam.
Sudut mulut dia terangkat dengan misterius, "Kamu akan tahu nanti setelah melihatnya"
Aku mengikuti dia turun dari mobil dengan penasaran, kami memasuki elevator dan dia menekan ke lantai 29.
Pada saat tiba di lantai tersebut, dia memegang tanganku dan kami pun jalan keluar dari elevator, kemudian dia mengeluarkan sebuah kunci dan membuka pintu.
Apartemen ini berada di bagian Selatan dan menghadapi ke arah Utara, keempat sisi apartemen menggunakan kaca bening, suasana apartemennya sangat terang dan bersih.
Aku berdiri di depan sebuah jendela sebesar dinding, aku bisa melihat pemandangan hampir sebesar setengah pusat kota.
"Kamu beli rumah ini?"
Setelah itu, aku merasa pertanyaanku sedikit tidak berguna.
"Iya, hadiah untuk kamu"
Dia memeluk aku dari belakang, kemudian bibirnya yang hangat menggosok di telingaku, "Xiao Xi, hubungan kita akan dimulai lagi di sini"
Novel Terkait
Beautiful Love
Stefen LeeMr Huo’s Sweetpie
EllyaMy Only One
Alice SongThe Richest man
AfradenMeet By Chance
Lena TanLove Is A War Zone
Qing QingAsisten Bos Cantik
Boris DreyCintaku Pada Presdir×
- Bab 1 Keributan Dalam Pesta Pernikahan
- Bab 2 Pertemuan Mendadak
- Bab 3 Identitas Yang Cukup Mengejutkan
- Bab 4 Kamu Telah Melewati Batas
- Bab 5 Ingin Melahirkan Anak
- Bab 6 Anak Mereka
- Bab 7 Akulah Orang Luar
- Bab 8 Bercerailah
- Bab 9 Pelampiasan dari Efek Alkohol
- Bab 10 Rahasia Song Jiamin
- Bab 11 Keributan Makan Malam
- Bab 12 Rusaknya Rem Mobil
- Bab 13 Apakah Kalian Pernah Melakukannya
- Bab 14 Pemberitahuan Berbahaya
- Bab 15 Aku Hamil
- Bab 16 Perceraian
- Bab 17 Aborsi
- Bab 18 Waktu Mengubah Semuanya
- Bab 19 Percintaan Mereka Yang Dalam Dan Kental
- Bab 20 Tamparan Balasan
- Bab 21 Uang Ini Cukup?
- Bab 22 Jinshi, Apakah kamu Percaya
- Bab 23 Jangan Jadikan Aku Pengganti
- Bab 24 Sengaja Ditabrak
- Bab 25 Menutupi Kemaluan Dengan Kemarahan
- Bab 26 Hubungan Apa Dengan Dia
- Bab 27 Terpergok Berzinah
- Bab 28 Ancaman
- Bab 29 Diam-Diam Mengangkat Teleponku
- Bab 30 Kehilangan Anakku
- Bab 31 Kamu Berencana Menukarnya dengan Apa
- Bab 32 Fakta Tentang Kematian Ibu
- Bab 33 Selingkuhan atau Kekasih?
- Bab 34 Mendapatkan Bukti
- Bab 35 Mati Di Tempat
- Bab 36 Dia Telah Kembali
- Bab 37 Temani Aku Tidur
- Bab 38 Hanya Kamu yang Menginginkanku
- Bab 39 Dia Tidak Boleh Berhasil
- Bab 40 Mendapatkan Kemalangan
- Bab 41 Pelacur Sok Suci
- Bab 42 Pemimpin Baru Proyek
- Bab 43 Pasangan Serasi
- Bab 44 Wanita Terbuang
- Bab 45 Tidak Mengizinkan
- Bab 46 Tidak Bisa Menyaingi
- Bab 47 Mengancam
- Bab 48 Mimpi Buruk Yang Tak Bisa Disingkirkan
- Bab 49 Merindukanmu
- Bab 50 Kakekku Pingsan
- Bab 51 Kakaknya Song Jiamin
- Bab 52 Rela Menunggu
- Bab 53 Merendahkan Dirinya Sendiri
- Bab 54 Dia Bukannya Tidak Pernah Menipu Aku
- Bab 55 Kenapa Bisa Begitu Kejam
- Bab 56 Cepat Atau Lambat Akan Menjadi Keluarga
- Bab 57 Ancaman Dari Ning Zhenfeng
- Bab 58 Kehidupan Dan Kematianmu.
- Bab 59 Kapan Kamu Bisa Mempercayaiku Sekali?
- Bab 60 Marah dan Sakit Hati
- Bab 61 Lelucon Ini Tidak Lucu
- Bab 62 Terserah Kamu Percaya Atau Tidak
- Bab 63 Siapapun Jangan Ada Yang Berharap Bisa Hidup Dengan Tenang
- Bab 64 Cheng Jin Shi, Aku Membencimu
- Bab 65 Mari Kita Bicara
- Bab 66 Meninggalkan Kota Nan
- Bab 67 Kakak Sepupumu Di Ranjangku
- Bab 68 Duri Dalam hati
- Bab 69 Siapa Yang Kamu Pilih
- Bab 70 Bukti Meyakinkan
- Bab 71 Aku Percaya Padamu
- Bab 72 Kita Masih Bisa Punya Anak
- Bab 73 Selangkah Menuju Kebenaran
- Bab 74 Pembunuhnya Adalah Dia
- Bab 75 Berbalik Memfitnahku
- Bab 76 Zhou Ziyun Menyelamatkanku
- Bab 77 Dia Dari Awal Sudah Membenciku
- Bab 78 Aku Benar Tidak Menyentuhmu
- Bab 79 Emosi
- Bab 80 Tuduhan Kejahatan Ini Sekalian Dihitung
- Bab 81 Apakah Semua Kebaikanmu Itu Palsu
- Bab 82 Salahkan Dirinya Sendiri
- Bab 83 Ning Xi Kamu Tidak Akan Bisa Melarikan Diri
- Bab 84 Memberikan Segala Yang Kamu Suka
- Bab 85 Berakhir Hari Ini
- Bab 86 Aku yang Membocorkan Desain
- Bab 87 Aku Bisa Memperbaiki Kesalahanku
- Bab 88 Kamu Sudah Dipecat
- Bab 89 Anakmu Segera Mempunyai Ibu Tiri
- Bab 90 Tuan Zhou Baik Pada Pacarnya
- Bab 91 Kembalikan Kunci Itu Kepadaku
- Bab 92 Orang Yang Ingin Aku Nikahi Hanya Kamu
- Bab 93 Buktikan Dulu Kepadaku
- Bab 94 Hari Ching Ming
- Bab 95 Pemilik Sebenarnya Adalah Cheng Jinshi
- Bab 96 Menyimpan Selingkuhan
- Bab 97 Dua garis
- Bab 98 Benar, Tetapi Tidak Ada Hubungannya Denganmu
- Bab 99 Juga Memberimu Kesempatan
- Bab 100 Ingin Menjadi Ayah Anak Orang Lain
- Bab 101 Identitas Tuan Fu
- Bab 102 Waspada Terhadap Nyonya
- Bab 103 Apa Hubunganmu Dengan Lin Zhi?
- Bab 104 Melihat Orang Lain Melalui Diriku.
- Bab 105 Aku Ingin Menikah Denganmu, Maukah Kamu Menikah Denganku ?
- Bab 106 Mana Mungkin Ada Jika
- Bab 107 Karena Uang
- Bab 108 Diduga Membunuh Kakek
- Bab 109 Bantuan Dalam Investigasi
- Bab 110 Ayo, Kita Pulang Rumah
- Bab 111 Benarkah Bisa Memulai Dari Awal
- Bab 112 Coba Saja !
- Bab 113 Satu Orang Bersedia Untuk Mencintai Dan Satu Orang Lainnya Rela Untuk Dicintai
- Bab 114 Pelanggan Jinshi
- Bab 115 Jam Tujuh, Aku Menunggumu
- Bab 116 Dia Sangat Cocok Denganmu, Dan Aku Juga Sangat Menyukainya
- Bab 117 Satunya Sedang Ribut, Satunya Sedang Tertawa
- Bab 118 Kamu Harus Keluar Dengan Selamat
- Bab 119 Sekali Berani Membuka Mulut, Maka Sudah Tidak Ada Jalan Kembali
- Bab 120 Sebagai Balasan
- Bab 121 Semakin Panik, Semakin Bingung
- Bab 122 Aku Bukan Orang Yang Ada Di Hatinya
- Bab 123 Kamu Jangan Berpikir Mau Mengambil
- Bab 124 kamu Tidak Perlu Mengkhayal Aku Sebagai Musuh Cintamu
- Bab 125 Di Dunia Ini Ternyata Ada Ayah Seperti Dirimu
- Bab 126 Satu Keluarga yang Tidak Waras!
- Bab 127 Kamu Ingin melepaskan Proyek Ini?
- Bab 128 Jika Aku Adalah Kamu, Aku Lebih Baik Pergi Mati Saja.
- Bab 129 Apakah Kamu Hamil?
- Bab 130 Menggugurkan Anak
- Bab 131 Dia Memeluk Seorang Anak
- Bab 132 Menikah Kembali Adalah Pertunjukkan Tunggalku
- Bab 133 Meskipun Lautan Api, Aku Juga Harus Pergi
- Bab 134 Suamimu Tampan Sekali
- Bab 135 Semua Pesan Anonim Dikirim Olehnya
- Bab 136 Sesuatu Terjadi Pada Zhou Ziyun
- Bab 137 Kembali Ke Keluarga Cheng
- Bab 138 Ibu Akan Membawamu Pulang
- Bab 139 Pulanglah Denganku?
- Bab 140 Mencintaimu? Jangan Bermimpi!
- Bab 141 Pernikahan Kontrak
- Bab 142 Berdasarkan Apa Aku Menarik Tuntutan
- Bab 143 Dihukum Mati
- Bab 144 Kamu Benar-Benar Harus Berterima Kasih Kepada Kakak Yu Min
- Bab 145 Apakah Kamu Sudah Selesai Memarahi Aku?
- Bab 146 Apakah Begitu Memalukan
- Bab 147 Tidak Mengerti Apa Yang Sedang Dia Pikirkan
- Bab 148 Sudah Merepotkanmu Mengantar Suamiku Pulang
- Bab 149 Bertemu Shen Yanting Untuk Pertama Kalinya
- Bab 150 Aku Adalah Suamimu!
- Bab 151 Semakin Dijelaskan, Semakin Ditutupi Semakin Terkuak
- Bab 152 Memang Berbeda Seperti Bumi Dan Langit
- Bab 153 Kelinci Kalau Marah Juga Bisa Gigit Orang
- Bab 154 Apa Khawatir Dia Cemburu?
- Bab 155 Tetap Saja Disapu Keluar
- Bab ke-156 Setidaknya hati ini tidak resah jika tidak melihatnya
- Bab ke-157 Menjual Seumur Hidupku Lagi Untukmu?
- Bab ke-158 Seumur hidup ini kamu tidak akan bisa kabur kemanapun
- Bab 159 Apakah kamu tidak merasa dia mirip seseorang
- Bab 160 Ingin Menggantikan Orang Kesayanganmu Untuk Kecewa?
- Bab 161 Ya, Ini Adalah Rumah Kalian
- Bab 162 Cheng Jinshi, Sampai Jumpa di Biro Urusan Sipil
- Bab 163 Aku Sengaja Membawa Pergi!
- Bab 164 Ketakutan Akibat Dugaan yang Salah
- Bab 165 Sama Sekali Tidak Ada Hubungannya dengan Aku
- Bab 166 Aku sama sekali tidak percaya
- Bab 167 Aku Lihat Siapa Yang Berani
- Bab 168 Menggoda Pria Mana Pun
- Bab 169 Tante, itu karena dia pantas ditampar
- Bab 170 Tidak Ingin Berjalan Di Atas Es Tipis Lagi
- Bab 171 Ini Adalah Calon Istriku
- Bab 172 Kamu Juga Harus Bahagia
- Bab 173 Kita Bukanlah Orang Yang Sama
- Bab 174 Semua Sudah Berubah Menjadi Lelucon
- Bab 175 Ancaman Dirinya
- Bab 176 Aku Tidak Tertarik
- Bab 177 Aku Hanya Sekedar Ingin Membantumu
- Bab 178 Sekarang Aku Memberikan Kesempatan Padamu
- Bab 179 Aku Sangat Menyukai Dirimu yang Begitu Munafik
- Bab 180 Sangat Mengejutkan
- Bab 181 Mungkin Akan Meninggal
- Bab 182 Apakah Kamu Sudah Puas Sekarang?
- Bab 183 Lemah Dengan Perlakuan Lembut
- Bab 184 Haruskah Kamu Mengucapkan Kata-Kata Dengan Duri?
- Bab 185 Tidak Layak Untuk Menerimanya
- Bab 186 Petunjuk
- Bab 187 Dia Lebih Buruk Dari Wanita Jalang
- Bab 188 Harapan yang Dikancingkan Padaku
- Bab 189 Memberi Kompenassi 100 Miliar
- Bab 190 Kamu Harus Ingat Siapa Dirimu!
- Bab 191 Protagonis Dalam Cerita Itu Adalah Aku
- Bab 192 Apakah Kamu Sudah Cukup Dengan Permainanmu?
- Bab 193 Dia Mencabut Gugatan, Kita Mengajukan Gugatan
- Bab 194 Menjauhlah Dari Tunanganku!
- Bab 195 Aku Telah Diikuti Oleh Seseorang Selama 24 Jam
- Bab 196 Aku Pasti Tidak Akan Melepaskanmu!
- Bab 197 Tanda Tangani Itu, Aku Baru Biarkan Kamu Pergi
- Bab 198 Sangat Marah
- Bab 199 Melihat Sedikit Harapan Kemenangan
- Bab 200 Sedangkan Aku, Juga Tidak Ingin Menyesuaikan Kamu Lagi
- Bab 201 : Yang Penting Kamu Tidak Merasa Malu
- Bab 202 Menurutku Dia Seperti Nenek Moyang!
- Bab 203 Cepat Atau Lambat Akan Membuatmu Kehilangan Segalanya
- Bab 204 Tetapi Aku Memiliki Satu Syarat
- Bab 205 Seperti Mimpi Yang Langsung Menghilang Dalam Sekejap
- Bab 206 Sungguh Bagus Sekali Rencana Kalian
- Bab 207 Aku Sangat Merindukanmu
- Bab 208 Mungkin Berakibat Fatal
- Bab 209 Kamu Pergi Mati Saja
- Bab 210 Aku Kira Kamu Tidak Akan Datang
- Bab 211: Makan Bersama Ini, Tidaklah Sesederhana Itu
- Bab 212: Aku Merasa Darahku Menjadi Dingin
- Bab 213: Tidak Ada Jalan Yang Bisa Ditempuh Lagi
- Bab 214: Berbisnis Seperti Di Medan Perang
- Bab 215 Aku Mengatakan Suruh Kamu Pergi
- Bab 216: Apakah Ada Masalah Yang Kamu Sembunyikan Dariku
- Bab 217 Aku Tidak Bisa Membiarkan Apa Yang Dia Inginkan Terjadi
- Bab 218 Dalam Satu Detik Menampar Wajah
- Bab 219 Sayang, Selamat Ulang Tahun
- Bab 220 Maaf Aku Terlambat Pulang
- Bab 221 Aku Tidak Perlu Kamu Bekerja Terlalu Keras
- Bab 222 Tangan Memanas
- Bab 223 : Mungkinkah Kamu Yang Melakukannya
- Bab 224 : Karena Ada orang Melakukan Terlalu Banyak Hal Buruk
- Bab 225 Membayar Dengan Harga Yang Menyakitkan
- Bab 226 Membuatku Tidak Bisa Lari Kemanapun
- Bab 227 Semuanya Tidak Benar
- Bab 228 Percayakah Kamu?
- Bab 229 Apakah Kamu Tidak Punya Hati?
- Bab 230 Siapakah Orang Itu
- Bab 231 Apakah Kamu Tidak Merasa Dirimu Munafik?
- Bab 232 Pasti Ada Yang Salah
- Bab 233 Serigala Di Depan, Harimau Di Belakang
- Bab 234 Percobaan
- Bab 235 Permintaan Maaf Hanya Alasan Saja
- Bab 236 Pertentangan Ini Tidak Baik Bagi Semua Orang
- Bab 237 Jangan Kamu Berharap Ada Lain Kali
- Bab 238 Apakah Kamu Bisa Menukar Pria Yang Kamu Sukai
- Bab 239 Memiliki Hubungan
- Bab 240 Akankah Kamu Bersama Dengannya?
- Bab 241 Semuanya Terlalu Dramatis
- Bab 242 Sekarang, Sudah Tidak Penting
- Bab 243 Kalau Aku Menginginkannya
- Bab 244 Bagaimana Aku Bisa Tenang
- Bab 245 Semakin Ditakutkan Semakin Menjadi Kenyataan
- Bab 246 Dia Keguguran
- Bab 247 Bagaimana Jika Aku Menikah Dengannya?
- Bab 248 Kembali Untuk Memberikanmu Sebuah Hadiah
- Bab 249: Membalikkan Semua Argumen
- Bab 250: Aku Adalah Jimat Perlindunganmu
- Bab 251 Tidak Baik Jika Dilihat Oleh Pacarmu