Cintaku Pada Presdir - Bab 26 Hubungan Apa Dengan Dia

Bab 26 Hubungan Apa Dengan Dia


Cheng Jinshi mengetahui jelas sebab akibat masalah ini, tapi dilihat dari tingkah dia yang selalu membela Song Jiamin, dia pasti belum memberi tahu Lin Zhi.


Sesuai dugaan, Song Jiamin ketakutan hingga wajahnya semakin pucat, agaknya dia tidak sangka aku akan mengungkit kembali masalah ini.


Aku tersenyum dingin di dalam hati, kalau bukan karena dia mendesakku terus menerus, aku tidak akan melakukan sejauh ini, lagipula, dia berinisiatif memanggil Lin Zhi kemari, bagaimana boleh aku membiarkan Lin Zhi datang sia-sia.


Melihat Song Jiamin tidak membantah, Lin Zhi marah hingga menggertakkan gigi sampai bergemetaran, melempar asbak ke dia, membentak: “apakah kamu kesurupan, dia adalah anak kandungmu! Bahkan harimau yang kejam saja tidak tega memakan anaknya!”


Song Jiamin tidak bergerak, dahinya terluka, darah segar mengalir keluar, Xiao Bao kaget dan menangis, mulutnya terus berteriak ibu.


 “Apa yang kalian lakukan?”


Terdengar suara Cheng Jinshi dari belakang, aku menoleh ke arah dia, sepertinya dia baru pulang, tangannya memegang sebuah mainan.


Dia benar-benar sayang Xiao Bao, apa yang diinginkan Xiao Bao, dia selalu memenuhinya, tampak berusaha ingin memberikan kasih sayang ayah yang tidak dia berikan dalam semalam.


Lin Zhi menggertakkan gigi, “kalau kamu masih menganggap aku sebagai ibumu, jangan pernah menikahi Song Jiamin!”


Suara Cheng Jinshi sangat dingin, “ini adalah hal yang paling tidak pantas kamu atur.”


Aku rasa, terdapat persengketaan di antara dia dan Lin Zhi.


Dulu, aku hanya mengira hubungan mereka agak tidak akrab, sekarang baru kusadari, sepertinya lebih parah dari yang aku bayangkan.


Lin Zhi mengeluh sambil mengambil tasnya, tidak mengalah, “iya, dulu aku tidak seharusnya campur tangan masalah kamu dan Qin… …”


“IBU!”


Cheng Jinshi bagai akan dicabut nyawanya, matnya gelap dan mendalam, memotong sisa perkataan Lin Zhi


Lin Zhi memejamkan mata, agaknya sedang berusaha menahan emosi, akhirnya, hanya memperingatkan Song Jiamin dengan keras, “tahu diri kamu.”


Setelah dia pergi, Cheng Jinshi berjalan mendekati Song Jiamin, ekspresinya membaik, prihatin: “kenapa berdarah?”


Song Jiamin menundukkan kepala dengan mata yang berkaca-kaca, kondisinya sekarang bagai telur di ujung tanduk, tampak sangat kasihan, “aku tidak apa-apa… …”


Bibirku melengkung membentuk sudut sindiran, dia mestinya hanya bisa berkata tidak apa-apa, kalau tidak, apakah dia ingin mengatakan di hadapan Cheng Jinshi tentang semua hal buruk yang telah dilakukannya.


Namun, kali ini sudah dapat menyadarkan dia, bahwa aku, Ning Xi bukan orang yang bisa sembarang digertak oleh dia.


Melihat Cheng Jinshi mengeluarkan kotak P3K, membersihkan luka Song Jiamin dengan penuh perhatian, terlihat amat silau. 


Aku agak lapar, balik badan menuju dapur, mengeluarkan sarapan yang disiapin Xiao He untukku, duduk di ruang makan dan menyantap makanan.


Kebetulan Xiao He kemari, menghentikan langkah kakinya, “pergelangan tangan anda tersiram air panas, bukan?”


Aku sedikit terbengong, mengangkat tangan, terlihat sebidang kulit yang merah di pergelangan tangan kiri, juga lecet.


Teringat adegan yang kulihat di ruang tamu tadi, aku merasakan kecewa yang tidak jelas.


Aku tertawa mengejek diri sendiri, “iya, rumah ada salep untuk luka bakar?”


Dia mengangguk, “ada, saya ambilkan.”


Baru saja selesai mengoleskan obat, terdengar suara tawa Xiao Bao dari ruang tamu, dan juga suara Cheng Jinshi yang sedang bermain dengannya.


Aku secara tidak sadar mengelus perut, tidak tahu apakah anakku bisa mendapatkan kasih sayang ayah dari Cheng Jinshi.


Aku kembali ke kamar dengan pikiranku yang melayang-layang, isi benakku berantakan, penyebab kepergian ibu belum jelas, dan aku malah sudah terjebak berkali-kali.


Mengeluarkan handphone, mencari nomor handphone orang yang mengirimkan aku foto, dan melakukan panggilan.


Aku selalu menelpon nomor ini setiap hari, walaupun, tiap kali nomornya nonaktif.


Aku sepertinya terjebak di jalan buntu, aku bahkan tidak bisa menemukan sedikitpun bocoran dari Lin Zhi. 


Sesuai dugaan, panggilan kali ini tetap tidak tersambung.


Aku meletakkan handphone, sesudah itu malah tiba-tiba berdering, aku kaget, mengambil handphone terlihat panggilan dari tante kecil.


Aku menyambungkan panggilan, terdengar suara tante kecil, “XiaoXi, aku dengar dari kakekmu kalau kamu sudah pulang ke NanCheng?”


Aku melangkah ke samping jendela, “iya, tante kecil, aku baru pulang ke sini tidak lama.”


Pihak sana diam beberapa detik, sepertinya ada perkataan yang tidak sudi diucapkan, aku inisiatif bertanya: “apakah ada masalah? Sekarang keadaan aku sini lumayan baik, katakanlah.”


“Erh… …kamu tahu kan kakak sepupumu dulu gagal ujian akhir jadi tidak bisa sambung kuliah, beberapa tahun ini pekerjaannya tidak terlalu baik, apakah kamu ada kenalan yang bisa  perkenalkan pekerjaan yang agak baik?” tante kecil berkata terbelit-belit.


Di saat kepergian ibu, tante kecil yang membantu mengurus masalah pemakaman, bagaimanapun aku harus membantu dia kali ini.

Aku berpikir sejenak, “tante tanyakan kakak sepupu, apakah dia mau bekerja di perusahaan Ning?”


Tante kecil agak bimbang, “perusahaan Ning adalah perusahaan besar, tentu saja baik sekali, tapi ayahmu… …”


Aku jelas apa yang dikhawatirkan tante kecil, dulu pertengkaran aku dan ayah lumayan dahsyat, keluarga pihak ibu, mestinya tidak akan direkrut oleh ayah. 


Aku merapatkan bibir, “masalah ini tante tenang saja, kalau kakak sepupu bersedia, aku akan menunggunya di perusahaan Ning besok pagi.”


Terakhir kali Ning Zhenfeng mencari aku minta lima ratus juta, saat aku memberi uang, aku mengajukan satu syarat, yaitu menyerahkan semua bagian saham perusahaan yang patut diberi kepada ibu.


Jadi sekarang aku memegang bagian saham perusahaan, walau ibu sudah pergi, tapi aku seharusnya merebut kembali apa yang patut dimilikinya,.


Tante kecil segera menyatakan, “mau, mau, kakak sepupumu sedang ada di sampingku.”


Aku bersandar di jendela, “baiklah, kalau begitu ketemu besok.”


Mematikan telepon, aku mengirimkan pesan untuk Ning Zhenfeng, menanyakan jabatan kosong di perusahaan Ning.


PONGGG--


Pintu kamar didorong dengan keras, aku membalikkan kepala, terlihat Cheng Jinshi dengan ekspresi buruk, dengan dikelilingi hawa dingin melangkah masuk. 


Apakah mungkin karena mengetahui apa yang telah aku ucapkan di depan Lin Zhi, jadi sekarang datang berdebat denganku?


Teringat ini, aku menjadi jengkel, “ada masalah?”


“apa hubunganmu dengan dia?”


Dia menghadapkan layar handphone ke aku, berinterogasi dengan nada dingin dan berat.


Ketika aku melihat jelas foto yang ada di handphone, alisku mengerut secara tidak sadar, itu adalah foto Zhou Ziyu mengangkatku di saat aku jatuh.


Tapi, kenapa Cheng Jinshi ada foto itu?


Semakin pikir semakin penasaran, “kamu dapat dari mana foto ini?”


Tatapannya tajam, bertanya: “jangan potong pembicaraanku, apa hubungan sebenarnya antara kamu dan dia?”


Hanya bertemu sekali, bisa ada hubungan apa.


Walau aku berpikir seperti ini, tapi apa yang aku katakan berbeda total, aku berkata dengan santai, “kamu tidak berhak mengatur ini.”


Kedua matanya dipenuhi bau mesiu, “katakan sekali lagi.” 


Dia minta, aku pun lakuin, mendongak kepala, mengulang dengan pelan, “aku bilang, kamu, tidak, berhak, …. WUH.”


Dia tiba-tiba memajukan badan, bibirnya yang dingin menghentikan sisa kata terakhir, aku menghindar ke belakang, dia berhasil memaksaku menempel di jendela yang memanjang dari langit-langit hingga lantai.


Aku melawan, ingin mendorongnya, tapi pergelangan tanganku malah ditahan di atas kepala olehnya dengan satu tangan, tidak bisa bergerak.


Dia seperti seekor singa yang marah, menjelajahi setiap inci di dalam mulutku, mengisap hingga lidahku menjadi mati rasa, satu tangannya lagi  menggosok punggung belakangku dengan lembut, masuk dari keliman baju, menutupi dadaku, meraba dengan kuat… …


Kedua kakiku melemas, tubuhku… …sepertinya sangat sulit untuk benar-benar menolaknya.


Tapi, memangnya kenapa kalau begini.


Pagi tadi masih membela Song Jiamin, sekarang langsung ke kamarku melakukan ini kepadaku, apakah bagi dia, aku adalah sebuah mainan?

Novel Terkait

Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu