Cintaku Pada Presdir - Bab 16 Perceraian

Hatiku tergerak, aku pun mengerti maksud dari kedatangannya, aku masih mengira bahwa dia sudah bertobat.

Aku membuka pintu mobil, nada suaraku tenang tanpa menunjukkan rasa kaget, “apa yang kamu ingin aku lakukan? Orang yang sudah dikeluarkan dari keluarga Ning selama empat tahun, apa yang bisa aku lakukan?”

Dia mungkin juga sudah tidak ada jalan lain, dia maju memegang tanganku, ekspresinya sedikit canggung, berkata, “bantulah ayah, juga bantu keluarga Ning, minta bantuan dari Cheng Jinshi, boleh?”

Aku mengerutkan alisku, dia sudah mengetahui dengan jelas hubunganku dan Cheng Jinshi, tidak heran dia datang menemuiku.

Saat ini hanya terasa sangat menyindir, ketika keluarga Ning baik-baik saja, dia berharap aku tidak berhubungan dengannya, sekarang dia membutuhkanku dan langsung datang menemuiku.

Aku menarik kembali tanganku sedikit demi sedikit, sangat sakit hati, “daripada kamu memohon padaku, lebih baik kamu memohon pada mantan istrimu, dia adalah kesayangan Cheng Jinshi.”

Aku mengangkat kaki ingin masuk ke mobil, malah terdengar suara ‘Ptonkk’, itu adalah suara lutut yang terhentak di lantai.

Tubuhku kaku di saat itu, tidak dapat bergerak sama sekali, jantungku bagai dicengkeram ketat, rasa tidak nyaman yang tidak terungkapkan.

Beberapa tahun ini, aku sangat membencinya, apalagi ketika aku melihat kondisi ibu yang semakin memburuk, otakku selalu muncul bermacam-macam cara pemberontakkan yang tidak bermoral.

Benar, ketika rasa dendam mencapai puncak, aku bahkan berharap dia mati bersama Song Jiamin

Tapi bagaimanapun, sekarang dia berlutut di depanku, aku sama sekali tidak merasakan sedikitpun kesenangan, aku bahkan tidak memiliki keberanian untuk menundukkan kepalaku dan melihatnya,

“Xiao Xi, ayah benar-benar sudah menyadari kesalahanku! Ibumu baru saja pergi, Perusahaan Ning berdiri atas dana dari kakek dan nenekmu, kamu tega melihatnya bangkrut? Aku hanya memerlukan 500 juta sudah bisa menormalkan kondisi perusahaan… … ayah mohon padamu… …”

Suara dan air matanya keluar bersamaan, tidak tahu apakah aku salah mendengar, aku terdengar suara hatinya yang menyesal.

Dan perkataannya juga menusuk langsung pada kelemahan ku.

Ibu baru saja pergi, Perusahaan Ning juga terdapat hasil usaha dari ibu.

Aku menahan emosiku, berusaha berkata dengan tenang, “aku akan berusaha, kalau bisa, kamu harus memenuhi satu permintaanku.”

Dia bahkan tidak menanyakan apa permintaan itu, langsung setuju.

Aku mengendarai mobil menuju perusahaan Cheng Jinshi, di parkiran bawah tanah, aku menenangkan  emosiku, barulah aku memasuki lift menuju lantai paling atas.

Aku mendorong pintu kantor presiden, langsung terlihat sosok yang tegak dan tegas berdiri di depan jendela yang memanjang dari lantai hinga langit-langit.

Mendengar suara, dia membalikkan badannya, dengan sedikit cemas dan jengkel berkata, “kenapa nonaktifkan handphone-mu?”

Aku tidak berani memberti tahu padanya bahwa Ning Zhenfeng menemuiku, kalau dia mengetahuinya, dia pasti tidak akan memberiku uang.

Di matanya, masalah di tahun itu adalah paksaan Ning Zhenfeng terhadap Song Jiamin, dia tidak mungkin tidak membencinya.

Aku tunduk kepala melihat ke ujung kakiku, “baterainya habis.”

Walaupun kepalaku ditunduk, aku tetap bisa merasakan tatapannya yang memanas.

Melihat dia tidak bicara, aku pun berpura-pura melangkah ke arah sofa dengan santai, duduk, “di mana surat perceraiannya? Sini, biar aku menandatanganinya.”

Aku ingat, terakhir kali ketika dia menunjukkan ke aku surat itu, selain properti dan lain-lain, dalamnya juga tercatat uang 500 juta.

Dia sedikit kaget,  melihat ke aku, “kamu sudah pertimbangkan dengan jelas?”

Aku mengangkat kepala, “apakah kamu akan setuju kalau aku tidak mau tanda tangan?”

Tidak akan, dia sudah memutuskannya, jadi tidak ada guna walaupun aku mencoba untuk memberontak.

Pernikahan selama empat tahun yang tidak terisi sedikit pun perasaan cinta dan kepercayaan, hatiku juga sudah tertusuk hingga berjuta-juta lubang.

Hanyalah merasa kasihan pada anakku, sejak lahir sudah ditakdirkan tidak memiliki ayah.

Dia tidak mengeluarkan suara, tatapannya mendalam, seperti akan melihat ke kedalamanan yang terdalam di hatiku.

Aku sedikit lelah, menyandar di sofa, berusaha menyembunyikan maksudku yang sebenarnya, “hanya bercanda, cerai bisa mendapatkan begitu banyak harta, siapa yang tidak mau?”

Matanya muncul hawa dingin, “Ningxi, kamu jangan hanya bicara uang.”

Sudut bibirku terangkat membentuk sudut pasrah, “bukankah aku menikah denganmu hanya karena uang? Tidak ada yang tidak boleh dibicarakan.”

Dia melirikku dengan ganas, langsung menyambungkan panggilan dalam, menyuruh Chen Lin mengantarkan surat penceraian.

Tidak lama kemudian, aku menandatanganinya tanpa ragu, aku tidak berani, aku takut jika telat sedetik, diriku sendiri akan menyesal.

Tapi, saat ingin memberikan surat kepadanya, hatiku pun bimbang, tanpa disadari jariku menekan surat, tidak rela melepaskannya.

Dia langsung melepaskan tangan, tatapannya gelap dan tidak jelas, “kalau hanya demi uang, maka bersikaplah lebih tandas.”

Hatiku bagai dirobek, tapi aku malah masih berkata dengan nada bercanda, “kalau di perutku terdapat keturunanmu, apakah surat ini akan dianggap tidak pernah ada?”

Dia melirik dengan tajam ke arah perutku, langsung menggenggam pergelangan tanganku dan menarikku ke pelukannya, berkata sekata demi sekata, “kamu hamil?”

Setiap nafasku tercium aromanya, aroma yang dingin tapi spesial dan enak dicium, aku tiba-tiba sadar, “hanya bercanda.”

Dia tidak memiliki perasaan apa-apa terhadapku, tidak mudah untuk mebuatku menandatangani surat penceraian  ini, bagaimana mungkin akan terjadi perubahan hanya karena aku hamil.

Aku tidak seharusnya mempertaruhkan anak, yang harus aku lakukan adalah mengambil uang dan pergi.

Tangannya mencengkeram rahang bawah ku, menatapku dengan dingin dan dalam, “Ningxi, aku tidak memiliki begitu banyak canda denganmu!”

Marah lagi, aku mendapati bahwa selama empat tahun menikah, kita hanyalah sebuah pasangan yang tinggal bersama di bawah sebuah atap, tidak lebih dari itu.”

Aku semakin tidak mengerti dia.

Aku jelas tahu, apapun yang aku katakan, dia tidak akan mendengarku, tapi aku tetap saja tidak bisa menahan untuk memperingatkannya, “Song Jiamin tidak sepolos itu, kamu lebih baik berjaga-jaga terhadapnya.”

“tidak perlu kekhawatiranmu.”

Dia menghempaskan rahang bawahku, aku seperti terkontrol oleh malaikat ataupun setan, langsung memeluknya secara tiba-tiba dan tanpa sadar, menghabiskan seluruh tenaga yang tersisa, hanya untuk bisa memeluknya sekali lagi.

Aku memejamkan mata, berusaha mengingat setiap momen itu.

Hati, bagai ditusuk oleh suatu benda, sangat sakit.

Aku berjinjit, membenamkan kepalaku di bahunya, bernada rendah: “Cheng Jinshi, selamat tinggal.”

Mungkin tidak akan bertemu lagi, aku dan dia, memang seharusnya adalah orang yang berbeda tingkat, dia berposisi tinggi bagai awan di langit, dan aku hanyalah lumpur yang ada di tanah.

Selesai bicara, aku pergi tanpa membalikkan kepalaku, semakin melihatnya, hanya akan membuatku menyerah dan gagal untuk meninggalkan dia.

Di malam itu juga, 500 juta ditransfer ke rekeningku, aku langsung mentransfernya ke Ning Zhenfeng.

Duduk di dalam kereta, melihat pemandangan yang lewat dengan kecepatan tinggi, merasa bahwa beberapa tahun ini, hanyalah sebuah mimpi.

Aku kembali ke rumah kakek, tempat yang berjarak seribuan kilometer dari kota Nan.

Ibu pernah bilang, dia ingin pulang menemui kakek, sekarang ibu sudah tidak bisa pulang lagi, maka aku yang akan mengabulkan harapannya ini.

Kebetulan, aku juga tidak ingin tinggal di kota Nan lagi, berganti tempat, memulai kehidupan yang baru.

Walaupun kakek sudah berusia 70-an, tapi fisik dan mentalnya lebih kuat dibanding orang lansia yang lain, mengetahui bahwa aku akan tinggal dalam jangka waktu lama, kakek sangat senang.

Aku jujur memberi tahu kakek kalau aku telah bercerai dan hamil.

Tapi aku tidak memberi tahunya kepergian ibu, orang berambut putih berkabung untuk orang berambut hitam, aku takut kakek tidak mampu menanggung penderitaan ini.

Beberapa tahun ini, kakek sudah lebih terbuka, dia malah memaki Cheng Jinshi dengan amat tegas, katanya kehilanganku adalah ketidakberuntungan Cheng Jinshi.

Hari-hariku terlewati dengan tenang, perutku juga membesar hari demi hari.

Walaupun hanya ada aku dan kakek yang merayakan tahun baru, tapi ini adalah tahun baru yang paling bermakna bagiku dalam beberapa tahun ini.

Kembang api di luar jendela sangat indah, televisi sedang menayangkan festival tahun baru, kakek menaruh pangsit yang sudah dibungkusnya ke dalam panci, sambal mengomel, ”ibumu paling suka dengan pangsit berisi daging sapi dan seledri, selera makananmu sama dengannya.”

Mataku berkaca-kaca, aku merahasiakan kepergian ibu pada kakek sudah beberapa bulan, lain kali kalau dia ingin menelepon ibu, aku sudah tidak tahu apa yang harus aku katakan.

Aku menatap layar hanphone, mengisap hidungku, “iya, lebih seru merayakan tahun baru dengan kakek, karena semua pangsit berisi daging sapi dan seledri adalah milikku.”

Kakek tertawa riang, dia berkata sesuatu, aku tidak terdengar jelas, mungkin karena suara kembang api di luar terlalu keras.

Aku tetap melihat layar handphone dengan perasaanku yang tidak tenang, jariku yang menggenggam handphone memucat.

Selesai berhari raya, aku pulang ke kota Nan, menghadiri pesta pernikahan teman sekamarku pada masa kuliah.

Esok pagi setelah pernikahan, aku memutuskan untuk kembali ke rumah kakek.

Zhou Xueke mengantarku ke bandara, saat aku akan turun dari mobil, dia memelukku, bertanya dengan nada yang tidak rela berpisah: “kamu benar-benar berencana tidak pulang dalam waktu yang lama?”

Hujan turun deras di luar jendela, aku melihat matanya yang merah, tersenyum, “mungkin, kamu seharusnya merasa bahagia untukku.”

Dia berkata terbelit-belit, “mungkin aku tidak seharusnya memberi tahu mu, tapi, aku tetap merasa kamu harus tahu.”

Aku memakai selendang, “apa?”

Dia berkata dengan nada marah :”Cheng Jinshi dan Song Jiamin akan menikah hari ini.”

Aku menundukkan kepala, rasa pahit menyelubungi hatiku, “iya, aku tahu.”

Malam sebelum tahun baru, aku terlihat berita, walaupun berita itu lewat dengan sangat cepat, tapi aku tetap bisa melihatnya.

Sampai sekarang, sudah setengah bulan, aku tidak pernah tidur dengan tenang.

Demi tidak mengkhawatirkan kakek, aku berusaha menahan emosiku, tapi di saat malam yang sunyi tiba, aku selalu susah untuk tidur.

Meskipun hal ini sudah kuduga, tapi hatiku tetap sakit saat mendapati berita ini.

Xueke tahu aku tidak ingin membahas hal itu, dia mengantarkan ku hingga pada tempat pemeriksaan keamanan, tidak berkata apapun tentang itu, hanya menyuruhku untuk menjaga kesehatan.

Duduk di dalam pesawat, aku hanya merasakan ketidakpuasan, setelah hari ini, dia akan menjadi suami orang lain.

Terasa sangat menyindir, aku memberikan kesetiaan dan ketulusan hatiku, tapi yang kudapatkan hanyalah penikahan secara sembunyi.

Song Jiamin yang hanya memainkan kelicikan dan kecerdikannya malah mendapatkan pesta penikahan yang begitu megah.

Aku mengeluarkan handphone, saat aku ingin mengnonaktifkannya, masuk sebuah pesan dari nomor yang tidak diketahui.

Itu adalah sebuah foto ibu mertua yang berada di kamar pasien ibu.

Ketika aku melihat dengan jelas, seluruh orangku bagai terkena petir, telingaku berderit.

Dari sudut pandang foto, tidak terlihat ekspresi muka dari ibu mertua, tapi keputusasaan yang terpasang di muka ibu terlihat dengan sangat jelas.

Tangan ibu mertua menggenggam sebotol obat, memberikannya kepada ibu.

Obat… … ibu meninggal karena mengonsumsi kebanyakan pil tidur!

Waktu pengambilan gambar yang tertera di sudut kanan foto, menunjukkan tiga jam sebelum kepergian ibu.

Dia baru pergi, ibuku langsung bunuh diri!

Kenapa?

Apa yang dia katakan pada ibu, kenapa dia memberi obat kepada ibu… …

Apakah hanya karena kesalahpahamannya tentang kecelekaan Xiao Bao, dan juga takut aku tidak mau bercerai dengan Cheng Jinshi?

Kemarahan, kebencian, bagai akan menembus dadaku, saat pintu pesawat akan dikunci, aku langsung turun dari pesawat tanpa memedulikan apapun.

Beberapa menit yang lalu, yang kupikirkan adalah bahwa aku dan dia tidak akan berhubungan apapun lagi.

Saat ini, otakku hanya muncul satu pemikiran, tidak ada yang boleh hidup nyaman!

Ibu mertua ingin aku bercerai dengan Cheng Jinshi, ingin Song Jiamin menikah dengannya, aku tidak akan membiarkan harapannya terkabul!

Keluar dari bandara, aku pergi ke rumah sakit melakukan ultrasonografi, kemudian pergi ke toko pakaian pesta yang terkenal di kota Nan.

Setengah jam kemudian, aku  memakai gaun pesta yang elegan dan mantel wol, berjalan keluar dari toko.

Di tepi jalan, menghentikan sebuah taksi, “pak, hotel Dongfang.”

Melihat caraku berpakaian, bapak itu mengajak bicara dengan nada tawa, “hari ini hotel Dongfang disewa untuk pesta pernikahan, kamu juga pergi ke kondangan kan!”

Tidak salah, hotel Dongfang disewa oleh Cheng Jinshi.

Aku mengepal tanganku erat-erat, membentuk senyuman, “iya benar, suamiku menungguku di hotel.”

Cheng Jinshi hanya boleh menjadi suamiku.

Mereka ingin nikah? Mimpi!

Saat aku tiba di hotel Dongfang, aku sudah memikirkan cara untuk memasuki hotel, tapi tiba-tiba ada orang asing yang menyerahkan sebuah kartu undangan ke aku.

Sepertinya, dia sengaja menungguku di sini.

Aku berhasil masuk dengan surat undangan itu, meskipun aku sudah mempersiapkan mentalku, tapi aku tetap saja sediki tidak tenang.

Tempat pernikahan didekor dengan kemewahan yang sederhana, di bawah pancaran lampu yang indah, telihat sangat elegan.

Cheng Jinshi berdiri di samping pendeta dengan mengenakan pakaian nikah, dilihat dari jauh,  terlihat sosoknya yang dingin, orang yang begitu sulit untuk dimiliki..

Ayah Song Jiamin memegangnya, berjalan langkah demi langkah menuju arah Cheng Jinshi.

Aku perlahan-lahan melepaskan mantelku, menampakkan perut kehamilan enam bulan, menghitung langkahnya dengan tatapanku yang dingin.

Masih tiga langkah, tiga langkah lagi dia sudah berada di samping Cheng Jinshi.

Tidak sangka, sebuah tatapan yang dingin dan tajam, menerobos para hadirin dan jatuh padaku.

Aku mengangkat sudut bibirku, sambil tersenyum menyambut tatapan Cheng Jinshi, sambil mengangkat tangan mendorong menara gelas yang berisi sampanye.

HLUAAA--

Gelas berkaki tinggi yang tidak terhitung jumlahnya berjatuhan di lantai, suara musik pun berhenti.

Semua pandangan hadirin berfokus padaku, aku melihat pada Cheng Jinshi, suaraku lantang, mengentak lantai, berkata, “Cheng Jinshi, aku hamil, apakah kamu mau menikahiku?”

Novel Terkait

My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu