Cintaku Pada Presdir - Bab 16 Perceraian
Hatiku tergerak, aku pun mengerti maksud dari kedatangannya, aku masih mengira bahwa dia sudah bertobat.
Aku membuka pintu mobil, nada suaraku tenang tanpa menunjukkan rasa kaget, “apa yang kamu ingin aku lakukan? Orang yang sudah dikeluarkan dari keluarga Ning selama empat tahun, apa yang bisa aku lakukan?”
Dia mungkin juga sudah tidak ada jalan lain, dia maju memegang tanganku, ekspresinya sedikit canggung, berkata, “bantulah ayah, juga bantu keluarga Ning, minta bantuan dari Cheng Jinshi, boleh?”
Aku mengerutkan alisku, dia sudah mengetahui dengan jelas hubunganku dan Cheng Jinshi, tidak heran dia datang menemuiku.
Saat ini hanya terasa sangat menyindir, ketika keluarga Ning baik-baik saja, dia berharap aku tidak berhubungan dengannya, sekarang dia membutuhkanku dan langsung datang menemuiku.
Aku menarik kembali tanganku sedikit demi sedikit, sangat sakit hati, “daripada kamu memohon padaku, lebih baik kamu memohon pada mantan istrimu, dia adalah kesayangan Cheng Jinshi.”
Aku mengangkat kaki ingin masuk ke mobil, malah terdengar suara ‘Ptonkk’, itu adalah suara lutut yang terhentak di lantai.
Tubuhku kaku di saat itu, tidak dapat bergerak sama sekali, jantungku bagai dicengkeram ketat, rasa tidak nyaman yang tidak terungkapkan.
Beberapa tahun ini, aku sangat membencinya, apalagi ketika aku melihat kondisi ibu yang semakin memburuk, otakku selalu muncul bermacam-macam cara pemberontakkan yang tidak bermoral.
Benar, ketika rasa dendam mencapai puncak, aku bahkan berharap dia mati bersama Song Jiamin
Tapi bagaimanapun, sekarang dia berlutut di depanku, aku sama sekali tidak merasakan sedikitpun kesenangan, aku bahkan tidak memiliki keberanian untuk menundukkan kepalaku dan melihatnya,
“Xiao Xi, ayah benar-benar sudah menyadari kesalahanku! Ibumu baru saja pergi, Perusahaan Ning berdiri atas dana dari kakek dan nenekmu, kamu tega melihatnya bangkrut? Aku hanya memerlukan 500 juta sudah bisa menormalkan kondisi perusahaan… … ayah mohon padamu… …”
Suara dan air matanya keluar bersamaan, tidak tahu apakah aku salah mendengar, aku terdengar suara hatinya yang menyesal.
Dan perkataannya juga menusuk langsung pada kelemahan ku.
Ibu baru saja pergi, Perusahaan Ning juga terdapat hasil usaha dari ibu.
Aku menahan emosiku, berusaha berkata dengan tenang, “aku akan berusaha, kalau bisa, kamu harus memenuhi satu permintaanku.”
Dia bahkan tidak menanyakan apa permintaan itu, langsung setuju.
Aku mengendarai mobil menuju perusahaan Cheng Jinshi, di parkiran bawah tanah, aku menenangkan emosiku, barulah aku memasuki lift menuju lantai paling atas.
Aku mendorong pintu kantor presiden, langsung terlihat sosok yang tegak dan tegas berdiri di depan jendela yang memanjang dari lantai hinga langit-langit.
Mendengar suara, dia membalikkan badannya, dengan sedikit cemas dan jengkel berkata, “kenapa nonaktifkan handphone-mu?”
Aku tidak berani memberti tahu padanya bahwa Ning Zhenfeng menemuiku, kalau dia mengetahuinya, dia pasti tidak akan memberiku uang.
Di matanya, masalah di tahun itu adalah paksaan Ning Zhenfeng terhadap Song Jiamin, dia tidak mungkin tidak membencinya.
Aku tunduk kepala melihat ke ujung kakiku, “baterainya habis.”
Walaupun kepalaku ditunduk, aku tetap bisa merasakan tatapannya yang memanas.
Melihat dia tidak bicara, aku pun berpura-pura melangkah ke arah sofa dengan santai, duduk, “di mana surat perceraiannya? Sini, biar aku menandatanganinya.”
Aku ingat, terakhir kali ketika dia menunjukkan ke aku surat itu, selain properti dan lain-lain, dalamnya juga tercatat uang 500 juta.
Dia sedikit kaget, melihat ke aku, “kamu sudah pertimbangkan dengan jelas?”
Aku mengangkat kepala, “apakah kamu akan setuju kalau aku tidak mau tanda tangan?”
Tidak akan, dia sudah memutuskannya, jadi tidak ada guna walaupun aku mencoba untuk memberontak.
Pernikahan selama empat tahun yang tidak terisi sedikit pun perasaan cinta dan kepercayaan, hatiku juga sudah tertusuk hingga berjuta-juta lubang.
Hanyalah merasa kasihan pada anakku, sejak lahir sudah ditakdirkan tidak memiliki ayah.
Dia tidak mengeluarkan suara, tatapannya mendalam, seperti akan melihat ke kedalamanan yang terdalam di hatiku.
Aku sedikit lelah, menyandar di sofa, berusaha menyembunyikan maksudku yang sebenarnya, “hanya bercanda, cerai bisa mendapatkan begitu banyak harta, siapa yang tidak mau?”
Matanya muncul hawa dingin, “Ningxi, kamu jangan hanya bicara uang.”
Sudut bibirku terangkat membentuk sudut pasrah, “bukankah aku menikah denganmu hanya karena uang? Tidak ada yang tidak boleh dibicarakan.”
Dia melirikku dengan ganas, langsung menyambungkan panggilan dalam, menyuruh Chen Lin mengantarkan surat penceraian.
Tidak lama kemudian, aku menandatanganinya tanpa ragu, aku tidak berani, aku takut jika telat sedetik, diriku sendiri akan menyesal.
Tapi, saat ingin memberikan surat kepadanya, hatiku pun bimbang, tanpa disadari jariku menekan surat, tidak rela melepaskannya.
Dia langsung melepaskan tangan, tatapannya gelap dan tidak jelas, “kalau hanya demi uang, maka bersikaplah lebih tandas.”
Hatiku bagai dirobek, tapi aku malah masih berkata dengan nada bercanda, “kalau di perutku terdapat keturunanmu, apakah surat ini akan dianggap tidak pernah ada?”
Dia melirik dengan tajam ke arah perutku, langsung menggenggam pergelangan tanganku dan menarikku ke pelukannya, berkata sekata demi sekata, “kamu hamil?”
Setiap nafasku tercium aromanya, aroma yang dingin tapi spesial dan enak dicium, aku tiba-tiba sadar, “hanya bercanda.”
Dia tidak memiliki perasaan apa-apa terhadapku, tidak mudah untuk mebuatku menandatangani surat penceraian ini, bagaimana mungkin akan terjadi perubahan hanya karena aku hamil.
Aku tidak seharusnya mempertaruhkan anak, yang harus aku lakukan adalah mengambil uang dan pergi.
Tangannya mencengkeram rahang bawah ku, menatapku dengan dingin dan dalam, “Ningxi, aku tidak memiliki begitu banyak canda denganmu!”
Marah lagi, aku mendapati bahwa selama empat tahun menikah, kita hanyalah sebuah pasangan yang tinggal bersama di bawah sebuah atap, tidak lebih dari itu.”
Aku semakin tidak mengerti dia.
Aku jelas tahu, apapun yang aku katakan, dia tidak akan mendengarku, tapi aku tetap saja tidak bisa menahan untuk memperingatkannya, “Song Jiamin tidak sepolos itu, kamu lebih baik berjaga-jaga terhadapnya.”
“tidak perlu kekhawatiranmu.”
Dia menghempaskan rahang bawahku, aku seperti terkontrol oleh malaikat ataupun setan, langsung memeluknya secara tiba-tiba dan tanpa sadar, menghabiskan seluruh tenaga yang tersisa, hanya untuk bisa memeluknya sekali lagi.
Aku memejamkan mata, berusaha mengingat setiap momen itu.
Hati, bagai ditusuk oleh suatu benda, sangat sakit.
Aku berjinjit, membenamkan kepalaku di bahunya, bernada rendah: “Cheng Jinshi, selamat tinggal.”
Mungkin tidak akan bertemu lagi, aku dan dia, memang seharusnya adalah orang yang berbeda tingkat, dia berposisi tinggi bagai awan di langit, dan aku hanyalah lumpur yang ada di tanah.
Selesai bicara, aku pergi tanpa membalikkan kepalaku, semakin melihatnya, hanya akan membuatku menyerah dan gagal untuk meninggalkan dia.
Di malam itu juga, 500 juta ditransfer ke rekeningku, aku langsung mentransfernya ke Ning Zhenfeng.
Duduk di dalam kereta, melihat pemandangan yang lewat dengan kecepatan tinggi, merasa bahwa beberapa tahun ini, hanyalah sebuah mimpi.
Aku kembali ke rumah kakek, tempat yang berjarak seribuan kilometer dari kota Nan.
Ibu pernah bilang, dia ingin pulang menemui kakek, sekarang ibu sudah tidak bisa pulang lagi, maka aku yang akan mengabulkan harapannya ini.
Kebetulan, aku juga tidak ingin tinggal di kota Nan lagi, berganti tempat, memulai kehidupan yang baru.
Walaupun kakek sudah berusia 70-an, tapi fisik dan mentalnya lebih kuat dibanding orang lansia yang lain, mengetahui bahwa aku akan tinggal dalam jangka waktu lama, kakek sangat senang.
Aku jujur memberi tahu kakek kalau aku telah bercerai dan hamil.
Tapi aku tidak memberi tahunya kepergian ibu, orang berambut putih berkabung untuk orang berambut hitam, aku takut kakek tidak mampu menanggung penderitaan ini.
Beberapa tahun ini, kakek sudah lebih terbuka, dia malah memaki Cheng Jinshi dengan amat tegas, katanya kehilanganku adalah ketidakberuntungan Cheng Jinshi.
Hari-hariku terlewati dengan tenang, perutku juga membesar hari demi hari.
Walaupun hanya ada aku dan kakek yang merayakan tahun baru, tapi ini adalah tahun baru yang paling bermakna bagiku dalam beberapa tahun ini.
Kembang api di luar jendela sangat indah, televisi sedang menayangkan festival tahun baru, kakek menaruh pangsit yang sudah dibungkusnya ke dalam panci, sambal mengomel, ”ibumu paling suka dengan pangsit berisi daging sapi dan seledri, selera makananmu sama dengannya.”
Mataku berkaca-kaca, aku merahasiakan kepergian ibu pada kakek sudah beberapa bulan, lain kali kalau dia ingin menelepon ibu, aku sudah tidak tahu apa yang harus aku katakan.
Aku menatap layar hanphone, mengisap hidungku, “iya, lebih seru merayakan tahun baru dengan kakek, karena semua pangsit berisi daging sapi dan seledri adalah milikku.”
Kakek tertawa riang, dia berkata sesuatu, aku tidak terdengar jelas, mungkin karena suara kembang api di luar terlalu keras.
Aku tetap melihat layar handphone dengan perasaanku yang tidak tenang, jariku yang menggenggam handphone memucat.
Selesai berhari raya, aku pulang ke kota Nan, menghadiri pesta pernikahan teman sekamarku pada masa kuliah.
Esok pagi setelah pernikahan, aku memutuskan untuk kembali ke rumah kakek.
Zhou Xueke mengantarku ke bandara, saat aku akan turun dari mobil, dia memelukku, bertanya dengan nada yang tidak rela berpisah: “kamu benar-benar berencana tidak pulang dalam waktu yang lama?”
Hujan turun deras di luar jendela, aku melihat matanya yang merah, tersenyum, “mungkin, kamu seharusnya merasa bahagia untukku.”
Dia berkata terbelit-belit, “mungkin aku tidak seharusnya memberi tahu mu, tapi, aku tetap merasa kamu harus tahu.”
Aku memakai selendang, “apa?”
Dia berkata dengan nada marah :”Cheng Jinshi dan Song Jiamin akan menikah hari ini.”
Aku menundukkan kepala, rasa pahit menyelubungi hatiku, “iya, aku tahu.”
Malam sebelum tahun baru, aku terlihat berita, walaupun berita itu lewat dengan sangat cepat, tapi aku tetap bisa melihatnya.
Sampai sekarang, sudah setengah bulan, aku tidak pernah tidur dengan tenang.
Demi tidak mengkhawatirkan kakek, aku berusaha menahan emosiku, tapi di saat malam yang sunyi tiba, aku selalu susah untuk tidur.
Meskipun hal ini sudah kuduga, tapi hatiku tetap sakit saat mendapati berita ini.
Xueke tahu aku tidak ingin membahas hal itu, dia mengantarkan ku hingga pada tempat pemeriksaan keamanan, tidak berkata apapun tentang itu, hanya menyuruhku untuk menjaga kesehatan.
Duduk di dalam pesawat, aku hanya merasakan ketidakpuasan, setelah hari ini, dia akan menjadi suami orang lain.
Terasa sangat menyindir, aku memberikan kesetiaan dan ketulusan hatiku, tapi yang kudapatkan hanyalah penikahan secara sembunyi.
Song Jiamin yang hanya memainkan kelicikan dan kecerdikannya malah mendapatkan pesta penikahan yang begitu megah.
Aku mengeluarkan handphone, saat aku ingin mengnonaktifkannya, masuk sebuah pesan dari nomor yang tidak diketahui.
Itu adalah sebuah foto ibu mertua yang berada di kamar pasien ibu.
Ketika aku melihat dengan jelas, seluruh orangku bagai terkena petir, telingaku berderit.
Dari sudut pandang foto, tidak terlihat ekspresi muka dari ibu mertua, tapi keputusasaan yang terpasang di muka ibu terlihat dengan sangat jelas.
Tangan ibu mertua menggenggam sebotol obat, memberikannya kepada ibu.
Obat… … ibu meninggal karena mengonsumsi kebanyakan pil tidur!
Waktu pengambilan gambar yang tertera di sudut kanan foto, menunjukkan tiga jam sebelum kepergian ibu.
Dia baru pergi, ibuku langsung bunuh diri!
Kenapa?
Apa yang dia katakan pada ibu, kenapa dia memberi obat kepada ibu… …
Apakah hanya karena kesalahpahamannya tentang kecelekaan Xiao Bao, dan juga takut aku tidak mau bercerai dengan Cheng Jinshi?
Kemarahan, kebencian, bagai akan menembus dadaku, saat pintu pesawat akan dikunci, aku langsung turun dari pesawat tanpa memedulikan apapun.
Beberapa menit yang lalu, yang kupikirkan adalah bahwa aku dan dia tidak akan berhubungan apapun lagi.
Saat ini, otakku hanya muncul satu pemikiran, tidak ada yang boleh hidup nyaman!
Ibu mertua ingin aku bercerai dengan Cheng Jinshi, ingin Song Jiamin menikah dengannya, aku tidak akan membiarkan harapannya terkabul!
Keluar dari bandara, aku pergi ke rumah sakit melakukan ultrasonografi, kemudian pergi ke toko pakaian pesta yang terkenal di kota Nan.
Setengah jam kemudian, aku memakai gaun pesta yang elegan dan mantel wol, berjalan keluar dari toko.
Di tepi jalan, menghentikan sebuah taksi, “pak, hotel Dongfang.”
Melihat caraku berpakaian, bapak itu mengajak bicara dengan nada tawa, “hari ini hotel Dongfang disewa untuk pesta pernikahan, kamu juga pergi ke kondangan kan!”
Tidak salah, hotel Dongfang disewa oleh Cheng Jinshi.
Aku mengepal tanganku erat-erat, membentuk senyuman, “iya benar, suamiku menungguku di hotel.”
Cheng Jinshi hanya boleh menjadi suamiku.
Mereka ingin nikah? Mimpi!
Saat aku tiba di hotel Dongfang, aku sudah memikirkan cara untuk memasuki hotel, tapi tiba-tiba ada orang asing yang menyerahkan sebuah kartu undangan ke aku.
Sepertinya, dia sengaja menungguku di sini.
Aku berhasil masuk dengan surat undangan itu, meskipun aku sudah mempersiapkan mentalku, tapi aku tetap saja sediki tidak tenang.
Tempat pernikahan didekor dengan kemewahan yang sederhana, di bawah pancaran lampu yang indah, telihat sangat elegan.
Cheng Jinshi berdiri di samping pendeta dengan mengenakan pakaian nikah, dilihat dari jauh, terlihat sosoknya yang dingin, orang yang begitu sulit untuk dimiliki..
Ayah Song Jiamin memegangnya, berjalan langkah demi langkah menuju arah Cheng Jinshi.
Aku perlahan-lahan melepaskan mantelku, menampakkan perut kehamilan enam bulan, menghitung langkahnya dengan tatapanku yang dingin.
Masih tiga langkah, tiga langkah lagi dia sudah berada di samping Cheng Jinshi.
Tidak sangka, sebuah tatapan yang dingin dan tajam, menerobos para hadirin dan jatuh padaku.
Aku mengangkat sudut bibirku, sambil tersenyum menyambut tatapan Cheng Jinshi, sambil mengangkat tangan mendorong menara gelas yang berisi sampanye.
HLUAAA--
Gelas berkaki tinggi yang tidak terhitung jumlahnya berjatuhan di lantai, suara musik pun berhenti.
Semua pandangan hadirin berfokus padaku, aku melihat pada Cheng Jinshi, suaraku lantang, mengentak lantai, berkata, “Cheng Jinshi, aku hamil, apakah kamu mau menikahiku?”
Novel Terkait
Cintaku Pada Presdir×
- Bab 1 Keributan Dalam Pesta Pernikahan
- Bab 2 Pertemuan Mendadak
- Bab 3 Identitas Yang Cukup Mengejutkan
- Bab 4 Kamu Telah Melewati Batas
- Bab 5 Ingin Melahirkan Anak
- Bab 6 Anak Mereka
- Bab 7 Akulah Orang Luar
- Bab 8 Bercerailah
- Bab 9 Pelampiasan dari Efek Alkohol
- Bab 10 Rahasia Song Jiamin
- Bab 11 Keributan Makan Malam
- Bab 12 Rusaknya Rem Mobil
- Bab 13 Apakah Kalian Pernah Melakukannya
- Bab 14 Pemberitahuan Berbahaya
- Bab 15 Aku Hamil
- Bab 16 Perceraian
- Bab 17 Aborsi
- Bab 18 Waktu Mengubah Semuanya
- Bab 19 Percintaan Mereka Yang Dalam Dan Kental
- Bab 20 Tamparan Balasan
- Bab 21 Uang Ini Cukup?
- Bab 22 Jinshi, Apakah kamu Percaya
- Bab 23 Jangan Jadikan Aku Pengganti
- Bab 24 Sengaja Ditabrak
- Bab 25 Menutupi Kemaluan Dengan Kemarahan
- Bab 26 Hubungan Apa Dengan Dia
- Bab 27 Terpergok Berzinah
- Bab 28 Ancaman
- Bab 29 Diam-Diam Mengangkat Teleponku
- Bab 30 Kehilangan Anakku
- Bab 31 Kamu Berencana Menukarnya dengan Apa
- Bab 32 Fakta Tentang Kematian Ibu
- Bab 33 Selingkuhan atau Kekasih?
- Bab 34 Mendapatkan Bukti
- Bab 35 Mati Di Tempat
- Bab 36 Dia Telah Kembali
- Bab 37 Temani Aku Tidur
- Bab 38 Hanya Kamu yang Menginginkanku
- Bab 39 Dia Tidak Boleh Berhasil
- Bab 40 Mendapatkan Kemalangan
- Bab 41 Pelacur Sok Suci
- Bab 42 Pemimpin Baru Proyek
- Bab 43 Pasangan Serasi
- Bab 44 Wanita Terbuang
- Bab 45 Tidak Mengizinkan
- Bab 46 Tidak Bisa Menyaingi
- Bab 47 Mengancam
- Bab 48 Mimpi Buruk Yang Tak Bisa Disingkirkan
- Bab 49 Merindukanmu
- Bab 50 Kakekku Pingsan
- Bab 51 Kakaknya Song Jiamin
- Bab 52 Rela Menunggu
- Bab 53 Merendahkan Dirinya Sendiri
- Bab 54 Dia Bukannya Tidak Pernah Menipu Aku
- Bab 55 Kenapa Bisa Begitu Kejam
- Bab 56 Cepat Atau Lambat Akan Menjadi Keluarga
- Bab 57 Ancaman Dari Ning Zhenfeng
- Bab 58 Kehidupan Dan Kematianmu.
- Bab 59 Kapan Kamu Bisa Mempercayaiku Sekali?
- Bab 60 Marah dan Sakit Hati
- Bab 61 Lelucon Ini Tidak Lucu
- Bab 62 Terserah Kamu Percaya Atau Tidak
- Bab 63 Siapapun Jangan Ada Yang Berharap Bisa Hidup Dengan Tenang
- Bab 64 Cheng Jin Shi, Aku Membencimu
- Bab 65 Mari Kita Bicara
- Bab 66 Meninggalkan Kota Nan
- Bab 67 Kakak Sepupumu Di Ranjangku
- Bab 68 Duri Dalam hati
- Bab 69 Siapa Yang Kamu Pilih
- Bab 70 Bukti Meyakinkan
- Bab 71 Aku Percaya Padamu
- Bab 72 Kita Masih Bisa Punya Anak
- Bab 73 Selangkah Menuju Kebenaran
- Bab 74 Pembunuhnya Adalah Dia
- Bab 75 Berbalik Memfitnahku
- Bab 76 Zhou Ziyun Menyelamatkanku
- Bab 77 Dia Dari Awal Sudah Membenciku
- Bab 78 Aku Benar Tidak Menyentuhmu
- Bab 79 Emosi
- Bab 80 Tuduhan Kejahatan Ini Sekalian Dihitung
- Bab 81 Apakah Semua Kebaikanmu Itu Palsu
- Bab 82 Salahkan Dirinya Sendiri
- Bab 83 Ning Xi Kamu Tidak Akan Bisa Melarikan Diri
- Bab 84 Memberikan Segala Yang Kamu Suka
- Bab 85 Berakhir Hari Ini
- Bab 86 Aku yang Membocorkan Desain
- Bab 87 Aku Bisa Memperbaiki Kesalahanku
- Bab 88 Kamu Sudah Dipecat
- Bab 89 Anakmu Segera Mempunyai Ibu Tiri
- Bab 90 Tuan Zhou Baik Pada Pacarnya
- Bab 91 Kembalikan Kunci Itu Kepadaku
- Bab 92 Orang Yang Ingin Aku Nikahi Hanya Kamu
- Bab 93 Buktikan Dulu Kepadaku
- Bab 94 Hari Ching Ming
- Bab 95 Pemilik Sebenarnya Adalah Cheng Jinshi
- Bab 96 Menyimpan Selingkuhan
- Bab 97 Dua garis
- Bab 98 Benar, Tetapi Tidak Ada Hubungannya Denganmu
- Bab 99 Juga Memberimu Kesempatan
- Bab 100 Ingin Menjadi Ayah Anak Orang Lain
- Bab 101 Identitas Tuan Fu
- Bab 102 Waspada Terhadap Nyonya
- Bab 103 Apa Hubunganmu Dengan Lin Zhi?
- Bab 104 Melihat Orang Lain Melalui Diriku.
- Bab 105 Aku Ingin Menikah Denganmu, Maukah Kamu Menikah Denganku ?
- Bab 106 Mana Mungkin Ada Jika
- Bab 107 Karena Uang
- Bab 108 Diduga Membunuh Kakek
- Bab 109 Bantuan Dalam Investigasi
- Bab 110 Ayo, Kita Pulang Rumah
- Bab 111 Benarkah Bisa Memulai Dari Awal
- Bab 112 Coba Saja !
- Bab 113 Satu Orang Bersedia Untuk Mencintai Dan Satu Orang Lainnya Rela Untuk Dicintai
- Bab 114 Pelanggan Jinshi
- Bab 115 Jam Tujuh, Aku Menunggumu
- Bab 116 Dia Sangat Cocok Denganmu, Dan Aku Juga Sangat Menyukainya
- Bab 117 Satunya Sedang Ribut, Satunya Sedang Tertawa
- Bab 118 Kamu Harus Keluar Dengan Selamat
- Bab 119 Sekali Berani Membuka Mulut, Maka Sudah Tidak Ada Jalan Kembali
- Bab 120 Sebagai Balasan
- Bab 121 Semakin Panik, Semakin Bingung
- Bab 122 Aku Bukan Orang Yang Ada Di Hatinya
- Bab 123 Kamu Jangan Berpikir Mau Mengambil
- Bab 124 kamu Tidak Perlu Mengkhayal Aku Sebagai Musuh Cintamu
- Bab 125 Di Dunia Ini Ternyata Ada Ayah Seperti Dirimu
- Bab 126 Satu Keluarga yang Tidak Waras!
- Bab 127 Kamu Ingin melepaskan Proyek Ini?
- Bab 128 Jika Aku Adalah Kamu, Aku Lebih Baik Pergi Mati Saja.
- Bab 129 Apakah Kamu Hamil?
- Bab 130 Menggugurkan Anak
- Bab 131 Dia Memeluk Seorang Anak
- Bab 132 Menikah Kembali Adalah Pertunjukkan Tunggalku
- Bab 133 Meskipun Lautan Api, Aku Juga Harus Pergi
- Bab 134 Suamimu Tampan Sekali
- Bab 135 Semua Pesan Anonim Dikirim Olehnya
- Bab 136 Sesuatu Terjadi Pada Zhou Ziyun
- Bab 137 Kembali Ke Keluarga Cheng
- Bab 138 Ibu Akan Membawamu Pulang
- Bab 139 Pulanglah Denganku?
- Bab 140 Mencintaimu? Jangan Bermimpi!
- Bab 141 Pernikahan Kontrak
- Bab 142 Berdasarkan Apa Aku Menarik Tuntutan
- Bab 143 Dihukum Mati
- Bab 144 Kamu Benar-Benar Harus Berterima Kasih Kepada Kakak Yu Min
- Bab 145 Apakah Kamu Sudah Selesai Memarahi Aku?
- Bab 146 Apakah Begitu Memalukan
- Bab 147 Tidak Mengerti Apa Yang Sedang Dia Pikirkan
- Bab 148 Sudah Merepotkanmu Mengantar Suamiku Pulang
- Bab 149 Bertemu Shen Yanting Untuk Pertama Kalinya
- Bab 150 Aku Adalah Suamimu!
- Bab 151 Semakin Dijelaskan, Semakin Ditutupi Semakin Terkuak
- Bab 152 Memang Berbeda Seperti Bumi Dan Langit
- Bab 153 Kelinci Kalau Marah Juga Bisa Gigit Orang
- Bab 154 Apa Khawatir Dia Cemburu?
- Bab 155 Tetap Saja Disapu Keluar
- Bab ke-156 Setidaknya hati ini tidak resah jika tidak melihatnya
- Bab ke-157 Menjual Seumur Hidupku Lagi Untukmu?
- Bab ke-158 Seumur hidup ini kamu tidak akan bisa kabur kemanapun
- Bab 159 Apakah kamu tidak merasa dia mirip seseorang
- Bab 160 Ingin Menggantikan Orang Kesayanganmu Untuk Kecewa?
- Bab 161 Ya, Ini Adalah Rumah Kalian
- Bab 162 Cheng Jinshi, Sampai Jumpa di Biro Urusan Sipil
- Bab 163 Aku Sengaja Membawa Pergi!
- Bab 164 Ketakutan Akibat Dugaan yang Salah
- Bab 165 Sama Sekali Tidak Ada Hubungannya dengan Aku
- Bab 166 Aku sama sekali tidak percaya
- Bab 167 Aku Lihat Siapa Yang Berani
- Bab 168 Menggoda Pria Mana Pun
- Bab 169 Tante, itu karena dia pantas ditampar
- Bab 170 Tidak Ingin Berjalan Di Atas Es Tipis Lagi
- Bab 171 Ini Adalah Calon Istriku
- Bab 172 Kamu Juga Harus Bahagia
- Bab 173 Kita Bukanlah Orang Yang Sama
- Bab 174 Semua Sudah Berubah Menjadi Lelucon
- Bab 175 Ancaman Dirinya
- Bab 176 Aku Tidak Tertarik
- Bab 177 Aku Hanya Sekedar Ingin Membantumu
- Bab 178 Sekarang Aku Memberikan Kesempatan Padamu
- Bab 179 Aku Sangat Menyukai Dirimu yang Begitu Munafik
- Bab 180 Sangat Mengejutkan
- Bab 181 Mungkin Akan Meninggal
- Bab 182 Apakah Kamu Sudah Puas Sekarang?
- Bab 183 Lemah Dengan Perlakuan Lembut
- Bab 184 Haruskah Kamu Mengucapkan Kata-Kata Dengan Duri?
- Bab 185 Tidak Layak Untuk Menerimanya
- Bab 186 Petunjuk
- Bab 187 Dia Lebih Buruk Dari Wanita Jalang
- Bab 188 Harapan yang Dikancingkan Padaku
- Bab 189 Memberi Kompenassi 100 Miliar
- Bab 190 Kamu Harus Ingat Siapa Dirimu!
- Bab 191 Protagonis Dalam Cerita Itu Adalah Aku
- Bab 192 Apakah Kamu Sudah Cukup Dengan Permainanmu?
- Bab 193 Dia Mencabut Gugatan, Kita Mengajukan Gugatan
- Bab 194 Menjauhlah Dari Tunanganku!
- Bab 195 Aku Telah Diikuti Oleh Seseorang Selama 24 Jam
- Bab 196 Aku Pasti Tidak Akan Melepaskanmu!
- Bab 197 Tanda Tangani Itu, Aku Baru Biarkan Kamu Pergi
- Bab 198 Sangat Marah
- Bab 199 Melihat Sedikit Harapan Kemenangan
- Bab 200 Sedangkan Aku, Juga Tidak Ingin Menyesuaikan Kamu Lagi
- Bab 201 : Yang Penting Kamu Tidak Merasa Malu
- Bab 202 Menurutku Dia Seperti Nenek Moyang!
- Bab 203 Cepat Atau Lambat Akan Membuatmu Kehilangan Segalanya
- Bab 204 Tetapi Aku Memiliki Satu Syarat
- Bab 205 Seperti Mimpi Yang Langsung Menghilang Dalam Sekejap
- Bab 206 Sungguh Bagus Sekali Rencana Kalian
- Bab 207 Aku Sangat Merindukanmu
- Bab 208 Mungkin Berakibat Fatal
- Bab 209 Kamu Pergi Mati Saja
- Bab 210 Aku Kira Kamu Tidak Akan Datang
- Bab 211: Makan Bersama Ini, Tidaklah Sesederhana Itu
- Bab 212: Aku Merasa Darahku Menjadi Dingin
- Bab 213: Tidak Ada Jalan Yang Bisa Ditempuh Lagi
- Bab 214: Berbisnis Seperti Di Medan Perang
- Bab 215 Aku Mengatakan Suruh Kamu Pergi
- Bab 216: Apakah Ada Masalah Yang Kamu Sembunyikan Dariku
- Bab 217 Aku Tidak Bisa Membiarkan Apa Yang Dia Inginkan Terjadi
- Bab 218 Dalam Satu Detik Menampar Wajah
- Bab 219 Sayang, Selamat Ulang Tahun
- Bab 220 Maaf Aku Terlambat Pulang
- Bab 221 Aku Tidak Perlu Kamu Bekerja Terlalu Keras
- Bab 222 Tangan Memanas
- Bab 223 : Mungkinkah Kamu Yang Melakukannya
- Bab 224 : Karena Ada orang Melakukan Terlalu Banyak Hal Buruk
- Bab 225 Membayar Dengan Harga Yang Menyakitkan
- Bab 226 Membuatku Tidak Bisa Lari Kemanapun
- Bab 227 Semuanya Tidak Benar
- Bab 228 Percayakah Kamu?
- Bab 229 Apakah Kamu Tidak Punya Hati?
- Bab 230 Siapakah Orang Itu
- Bab 231 Apakah Kamu Tidak Merasa Dirimu Munafik?
- Bab 232 Pasti Ada Yang Salah
- Bab 233 Serigala Di Depan, Harimau Di Belakang
- Bab 234 Percobaan
- Bab 235 Permintaan Maaf Hanya Alasan Saja
- Bab 236 Pertentangan Ini Tidak Baik Bagi Semua Orang
- Bab 237 Jangan Kamu Berharap Ada Lain Kali
- Bab 238 Apakah Kamu Bisa Menukar Pria Yang Kamu Sukai
- Bab 239 Memiliki Hubungan
- Bab 240 Akankah Kamu Bersama Dengannya?
- Bab 241 Semuanya Terlalu Dramatis
- Bab 242 Sekarang, Sudah Tidak Penting
- Bab 243 Kalau Aku Menginginkannya
- Bab 244 Bagaimana Aku Bisa Tenang
- Bab 245 Semakin Ditakutkan Semakin Menjadi Kenyataan
- Bab 246 Dia Keguguran
- Bab 247 Bagaimana Jika Aku Menikah Dengannya?
- Bab 248 Kembali Untuk Memberikanmu Sebuah Hadiah
- Bab 249: Membalikkan Semua Argumen
- Bab 250: Aku Adalah Jimat Perlindunganmu
- Bab 251 Tidak Baik Jika Dilihat Oleh Pacarmu