Cintaku Pada Presdir - Bab 140 Mencintaimu? Jangan Bermimpi!

Merasakan dalam pelukanku ada jiwa kecil yang lembut, aku tak bisa mengakatakan penolakan apapun.

Dalam pengawasan Pengawal aku pun dengan cepat merapikan koperku.

Sambil menggendong anak ini aku pun menuruni tangga dan naik ke mobil. Setiap gerakanku terasa tidak pasti, tapi aku juga seakan tak bisa berpikir jernih, apakah ini benar atau salah,

Hatiku dipenuhi yang terpenting tetap harus berada disisi anakku.

Mobilnya pun dikemudikan mengarah kearah Villa Qinghe, yang sangat asri dengan pepohonan tinggi dikedua sisi jalan, semakin mengarah kedalam semakin tenang terasa.

Di kota yang hiruk pikuk ini ternyata bisa menemukan daerah yang tenang dan tentram seperti ini.

Mobil berhenti di suatu Villa, aku dan Cheng Jinshi pun turun dari mobil.

Pengawal sebelumnya telah menekan bel, Cheng Jinshi pun berbalik dan ingin menggendong bayinya, “Jika menggendong bayi terlalu lama tanganmu akan pegal, sini aku saja yang gendong.”

“Tak perlu.”

Kataku menghindar, mengetahui itu maksud baik, tapi aku tak ingin menerimanya.

Gerakan tubuhnya pun seketika kaku, dan hanya bisa terdiam

Villa ini tidak seluas rumah pernikahan kami, tapi entah mengapa rumah ini memberikan rasa hangat dan nyaman.

Kelihatanya seperti sudah diatur sedemikian rupa.

Lantai pertama terdiri dari ruang tamu, dapur dan 2 kamar asisten rumah tangga, dilantai atas selain terdapat kamar tidur dan ruang belajar, terdapat juga kamar tidur anak yang dilengkapi dengan ruang bermain mini dengan segala mainannya.

Jika ini terjadi di masa lalu, mungkin aku akan sangat terharu hingga meneteskan air mata.

Tapi dengan diriku yang sekarang hatiku sama sekali tidak tergerak.

Terdapat dua asisten rumah tangga yang siap membantu satu bernama Bibi Wang bertugas untuk memasak dan bersih-bersih, sedangkan satu lagi Namanya Bibi Mo bertugas untuk menjaga An An.

Aku bertanya dengan nada datar kepada Bibi Wang, “Kamarku yang mana?”

Mungkin mereka sudah dibimbing sebelumnya oleh Cheng Jinshi, Bibi Wang menjawab dengan hormat: “Disebelah kamar anak.”

“Terima kasih.”

Sembari menggendong bayi, aku pun berlalu dengan sopan, naik ke lantai atas dan masuk ke kamar, tanpa sedikit pun menghiraukan Cheng Jinshi.

Pengawal membantu menaikan koperku, “Nona Ning, ini koper anda.”

“Ya, letakan saja disana.” Kataku sambil menujuk kesebuah tempat.

“Nona, aku akan membantu anda bereskan, kamu sedang menggendong Tuan Muda, tidak leluasa.” Kata Bibi Wang.

“Maaf sudah merepotkan.”

Aku merasa tidak leluasa. Aku pun berlalu masuk ke kamar anak dengan bayi di gendonganku. Bibi Mo ingin masuk dan membantuku. Aku menolehkan kepalaku kepadanya dan berkata, “Kamu pergilah beri……”

Aku pun baru menyadari, bahkan nama anak sendiri juga tidak tahu.

Bibi Mo berkata dengan jelas: “Tuan Muda bernama An An.”

“Ya, kamu tolong persiapkan makAn An untuk An An.”

AmAN, NyamAN, ternyata namanya berasal dari situ.

Harapan satu-satunya terhadap anak ini hanya bisa tumbuh dengan aman dan lancar.

Bibi Mo menunduk dan pergi.

Perlindungan dikamar anak sungguh rapi dan bagus, sehingga anak tidak akan terbentur.

Aku pun meletakan An An diatas karpet sehingga dia bisa bermain sendiri. Awalnya aku bermain dengannya, lambat laun aku pun melamun.

Jika kembali tinggal disini semudah ini, aku tidak akan sekeras ini menolak.

Hanya saja aku selalu merasa tidak semudah itu.

Tiba-tiba pandanganku gelap, aku berbalik dan di depanku berdiri seorang yang besar dan tegap, instingku pun langsung menggendong An An untuk melindunginya.

Matanya menyipit, “Aku ada sedikit urusan di kantor, jadi aku akan kesana. Jika kamu capek, kamu bisa menyerahkan anak ini ke Bibi Mo.”

Persaan lega menyelinap mendengar dia akan pergi.

Dia mengusap matanya tanpa mengatakan apapun berbalik dan pergi.

Tak tahu kapan dimulai, ada beberapa hal, yang telah berubah.

Tapi sekarang, aku berharap bisa menemuinya.

Terpikir hal ini, aku merasa ironis, tapi juga ada rasa sakit yang tak jelas.

Dalam pelukanku si kecil pun meringkuk dengan nyaman di tubuhku, aku pun pelan-pelan menurunkan dan melonggarkan pelukanku, menaruhnya dan dengan pelan mengusap kepalanya, “Dasar tukang main.”

Dia tahu aku sedang mengatakanya dia pun tertawa padaku dengan polos dan menggemaskan, aku pun luluh olehnya.

“An An, kamu mau tidak ada anak lain menemanimu bermain?”

Dia bergeming tetap bermain dengan mainannya, bahkan tak mengangkat kepalanya sekalipun.

Aku pun tersenyum, bersender dan menatapnya, “Di perut mama sekarang ada adik laki-laki atau perempuan. Ketika dia keluar nanti dia akan bisa bermain bersamamu.”

“Bisa bersama denganmu, mama sungguh bahagia.”

“Mama akan menemanimu tumbuh dewasa, bagaimanapun caranya, mama tak akan meninggalkanmu selamanya……”

Aku melihatnya, berbicara sendiri, aku tak tahu dia sedang meresponku atau tidak.

Sampai malam hari, Bibi Wang naik ke lantai atas dan memanggilku untuk makan, aku pun menggendong An An dan turun kebawah.

Sampai dimulut tangga di lantai bawah, aku pun melihat ke sekitar, tak ada Cheng Jinshi.

Pertama-tama aku menyuapkan mie ke An An, kemudian aku baru makan, baru saja akan mulai makan, tiba tiba bel berbunyi.

Bibi Wang pergi membukakan pintu, aku kira itu Cheng Jinshi jadi aku sama sekali tak mengangkat kepala untuk melihat sekalipun.

“Maaf, kamu tidak boleh masuk.”

Terdengar suara penolakan dari arah pintu.

Aku mengerutkan alisku, kelihatanya bukan Cheng Jinshi

“Keluar kamu Ning Xi!” terdengar suara arogan Shanshan

Cepat sekali sudah sampai disini.

Mengetahui aku bersembunyi pun tak berguna, aku pun meletakan sumpitku, dan menyuruh Bibi Mo membawa An An ke lantai atas, baru saja berjalan keluar, terlihat Shanshan yang sedang berkacak pinggang, sungguh tidak ada aura tuan putri yang tercermin dari seorang Su Shanshan.

Dia berujar dengan nada mengejek: “Kamu bukannya mengatakan kamu sudah mati rasa terhadap Cheng Jinshi? Terus sekarang kamu malah pindah ke villa Cheng Jinshi?

“Apa hubungan Nona Su dengan Cheng Jinshi? Tunangan, atau pacar?”

Tanyaku pelan.

“Apa maksudmu?”

“Jika keduanya bukan, maka aku tak perlu menjawab pertanyaan itu.” Jawabku santai.

Lebih mudah menghadapi Su Shanshan daripada Qin Yuming, karena Su Shanshan lebih mudah ditebak sedangkan Qin Yuming tidak.

Su Shanshan terlihat sangat marah dan ingin langsung bergerak kedepan untuk memukulku tapi dia kemudian tersenyum, “Ok, jika kamu memang mau pindah kesini, silahkan saja.”

Aku tersenyum simpul, “Kamu tidak khawatir?”

Dari sifatnya, dia tak akan membiarkan aku tinggal dengan Cheng Jinshi.

Dia kembali tersenyum, dengan nada mencemooh: “Kamu tidak pernah benar-benar mencintai seseorang, juga tak mengerti artinya berkorban, dan aku yang mencintai Cheng Jinshi, jika hanya demi kepentinganya, aku akan rela.”

Heh.

Tak sangka kita membicarakan “Cinta”, jika aku tak pernah benar-benar mencintai, bagaimana bisa aku melukai diriku seperti ini.

Hanya saja, diakhir kalimat membuatku sedikit waspada, “Apa maksudmu?”

“Kamu tebak saja?” Katanya berpura-pura polos.

“Kata Cheng Jinshi, Dia akan rujuk denganku, karena dia menyadari dia sangat mencintaiku, tak bisa berpisah denganku.” Aku berusaha menjawab dengan netral.

Karena dia mengatakan dia sangat mencintai Cheng Jinshi, hal ini pasti akan sangat mengganggunya .

“Kamu jangan sembarangan bicara! Jinshi kembali rujuk dengannya, hanya untuk merebut proyek Gelin Group dan Fu Songhe. Mencintaimu? Jangan pernah bermimpi!” Kata Su Shanshan penuh amarah, berteriak kesal.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu