Cintaku Pada Presdir - Bab 150 Aku Adalah Suamimu!

Aku terkagum melihat Shen Yinting, dia adalah orang pertama yang benar-benar mengevaluasi desainku.

Tak peduli itu Cheng Jinshi, atau Fu Songhe, atau siapapun tidak ada yang pernah memberikan penilaian seperti ini kepada desain ciptaanku.

Suasana hatiku pun membaik, “Terlihat kamu menilai hasil karyaku sepenuh hati, sungguh berterimakasih padamu.”

“Sesuatu yang indah, patut untuk dilihat dengan hati. Sekalian aku ingin tanya, desain ini sudah kamu bawa ke perusahaan apa saja?” katanya disela tawa, khawatir aku berpikir yang tidak-tidak, dia pun menjelaskan: “Jika tak enak jawabnya tak apa, aku hanya takut desainmu terkubur sia-sia.”

Aku tersenyum, “Benar aku tak enak untuk mengatakanya, tapi nanti setelah produk ini selesai, jika kamu masih disini, aku akan langsung mengantarkan produk ini kepadamu.”

Sekejap ekspresi wajahnya penuh keterkejutan, tapi bukan karena aku tidak memberitahunya sebelumnya.

Lalu, dia dan aku membicarakan hal diluar dari desain ini, dia sangat easygoing dan gentleman sehingga komunikasi kami berjalan dengan lancar.

Dia memberikan kepadaku kartu namanya, “Ini kartu namaku, selanjutnya jika membutuhkan bantuan, kamu bisa langsung meneleponku.”

“Baiklah, terimakasih.”

Aku pun mengambil kartu nama itu dari tangannya.

Setelah makan, kami pun beranjak keluar dari restoran, dan dia bersiap untuk mengantarku sampai depan mobilku, dan sekalian pergi.”

Aku menghela napas ringan, dia sungguh orang yang menghargai hasil karya seseorang, jika bisa bekerja sama denganya, pasti sangat menyenangkan.

Aku sekilas melirik jam, masih pagi, dan aku pun mengemudi menuju Mall untuk membelikan beberapa mainan untuk An An.

Sampai dirumah, aku merasakan firasat buruk, langsung berganti sepatu, dan melihat bayangan orang yang duduk di sofa, dan langsung mengerutkan alis, “Kamu kenapa bisa disini?”

Cheng Jinshi melirikku dengan pandangan dingin, lalu dengan tatapan tajam menatapku, dengan suara beratnya bertanya, “Kamu darimana?”

“Emang kamu bisa mengaturku?”

Aku berusaha menjadikan ini kalimat tanya, dan sambil membawa kantung belanjaan berisi mainan menuju lantai atas.

Dia melangkah lebar menyusulku, suaranya meninggi, “Aku ini suamimu!”

Aku mendongakan kepalaku, dengan tawa dingin, “Lalu aku masih istrimu, kamu juga seharusnya setiap hari juga harus memberitahku kamu kemana saja kan? Kamu setiap hari bersama dengan kekasih pujaanmu, apa aku ada berkata apa-apa!”

“Kami hanya berurusan karena pekerjaan.”

Dia mengatakan pembelaannya, tapi dia tak berani menatap mataku.

Hatiku sakit, tapi aku berusaha menelan semua rasa sakit ini, “Direktur Cheng, kamu mungkin lupa, kita rujuk ini hanyalah suatu kesepakatan.”

Dia membawa pergi desainku.

Dan aku, hanya bisa duduk menemani An An.

Ini hanyalah sebuah kesepakatan.

Dia menatapku marah, amarahnya meluap, dan dia mengangguk, “Memang hanya kesepakatan, maka bertanggung jawablah dalam bertindak, cepatlah menyelesaikan proyek itu dan berikan padaku.”

“Kamu tenang saja.”

Jawabku dingin tanpa menoleh padanya dan masuk ke kamar An An.

Bibi Mo sedang dikamar mandi, memandikan An An, dan aku duduk di sofa kamar An An, menunduk, berusaha sekuat tenaga menahan tangis.

aku, kamu harus bertahan, tidak boleh lagi menangis karenanya.

__ __

Siang hari berikutnya, sementara An An sedang tidur siang, aku pun pergi ke ruang baca untuk menyelesaikan desainku.

“Kak Ning Xi, dibawah ada orang yang mencarimu, katanya dia ayahmu.” Kata Bibi Wang tiba tiba mengetuk pintu dan masuk.

Ada apa dia datang?

Tanpa mendongakan kepala, “Katakan padanya, aku tidak dirumah. Suruh dia pulang.”

Aku tak ingin menemui Ning Zhenfeng, hanya menatapnya saja pun aku enggan.

Bibi Wang berkata dengan enggan, “Katanya dia ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting, dia harus menemui kamu hari ini juga.”

Aku menghela nafas, “Biarkan dia menunggu.”

Aku tahu betul sifat Ning Zhenfeng, jika dia sudah berkata demikian, jika aku tidak turun untuk menemuinya, maka diapun tak akan pergi.”

Daripada menyusahkan Bibi Wang.

Aku kembali menunduk menyelesaikan hasil desainku, lalu dengan santai turun ke bawah.

Ning Zhenfeng duduk di sofa, sambil meminum the yang disuguhkan Bibi Wang, melihatku, dia langsung bangkit, “Xiao Xi, sungguh tak meyangka kamu masih mau menemui ayah……”

“Katakanlahm ada apa?” Tanyaku dingin.

Ada udang dibalik batu.

Dia mengusap-usap kedua tanganya, tidak ada ekspresi dingin seperti dulu saat dia mencariku, dia malah mengaku: “Masalah yang lalu, memang ayah yang salah, aku minta maaf padamu, aku tak seharusnya memukulmu…..”

“Kamu ada maksud apa lagi? Langsung saja katakan, tak usah berbelit-belit.”

Aku tak percaya dia bisa tiba-tiba sadar.

“PLAK!PLAK!”

Terdengar dua tamparan keras dari ruang tamu, membuatku tertegun.

Bibi Wang yang saat itu masih di ruang tamu ikut kaget, setelah itu dia pun tersadar, dia seharusnya tidak ikut campur dalam masalah ini, dan langsung naik kelantai atas menemani Bibi Mo menjaga An An.

Aku tak bisa berkata apa-apa, menatap Ning Zhenfeng, dia menampar dirinya sendiri……

Matanya memerah dengan air mata menetes berkata, “Xiao Xi, Ayah sungguh mengaku salah, mulai dari sekarang, ayah akan memulai lembaran baru, akan berlaku baik terhadapmu…… Kamu putriku satu-satunya, aku tidak baik padamu, lalu siapa yang akan?”

“Kamu……”

Aku menatap kedua pipinya yang memerah akibat bekas tamparan, aku tak bisa menyelesaikan kalimatku.

Aku sudah terbiasa dimanfaatkan tanpa perasaan olehnya, dia tiba-tiba seperti ini, satu per satu sebutan “ayah”…… membuatku risih.

Pikiran ku seakan tersedot ke masa lampau.

Ketika umurku masih belasan tahun, bergantung padanya, tapi dia, sepertinya pernah berlaku baik padaku.

Hanya saja itu sudah sangat lama, hanya teringat samar-samar.

Sosok dia dalam pikiran ku, kemudian aku menatap Ning Zhenfeng, mencoba menyatukan dia yang nyata dengan yang ada dipikiranku……

“Aku tahu kamu marah pada ayah, jika kamu masih tak bisa memaafkan aku, kamu boleh menamparku, jika kamu mau?”

Dia menarik tanganku, mengarahkannya ke kedua pipinya.

aku menarik tanganku marah dan berkata, “Apa yang kamu lakukan?!”

“Aku hanya berharap kamu bisa memaafkan aku, XiaoXi, aku hanya memiliki seorang putri itu kamu…… Ibu kamu juga telah pergi, kamu adalah keluarga ku satu-satunya!” Katanya disela tangis.

Kata-kata terakhir yang diucapkan, membuat hatiku sedikit pilu.

Memang benar.

Aku adalah satu-satunya keluarga yang dimilikinya.

Sedangkan untuk aku sendiri, selain An An dan bayi dalam kandungan juga hanya memiliki dia seorang.

Hubungan darah, tak mungkin diputuskan begitu saja.

Tapi aku juga tak bisa benar-benar memaafkannya.

Semua luka yang dia goreskan kepadaku, masih terpatri jelas dalam ingatanku.

Aku menarik nafas dalam-dalam, “Baiklah, kamu boleh pergi sekarang.”

“Kamu sudah memaafkan ayah?” Katanya suaranya sudah tak seberat tadi, tampaknya benar dia hanya menginginkan maaf dari putrinya.

“Bisa dibilang begitu.”

Aku tidak berharap dia akan sangat baik kepadaku, yang penting dia tak lagi memanfaatkan diriku, jika begitu, aku percaya seiring berjalanya waktu pun akan menyembuhkan luka lama yang menganga.

Mendengar tiga patah kata itu, diapun hanyut dalam tangisan bahagia, terduduk di sofa, kembali menangis sesaat, lalu mendongakan kepalanya, “Ayah dengar kamu kembali ke perusahaan Chen Jingshi?”

“Apa maksudmu?”

Dia menatapku tengang, seolah takut aku salah paham dan langsung menjelaskan, “Kamu jangan berpikiran yang tidak-tidak, aku hanya mendengar kabar bahwa proyek ini, bukan dimiliki oleh Dongchen sepenuhnya, tetapi juga oleh seorang wanita dari Grup Su.”

Wanita yang dia maksud tak lain adalah Qin Yuming.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu