Cintaku Pada Presdir - Bab 235 Permintaan Maaf Hanya Alasan Saja

Aku sedang berpikir, tiba-tiba di telingaku terdengar suara klakson, aku terkejut, ketika sadar, mobil Cheng Jinshi perlahan-lahan berhenti di sisiku.

Jendela mobil diturunkan, sisi wajahnya yang kaku terlihat dan berkata dengan suara yang dingin:” Naik."

"Oo."

Aku pun sudah tidak ingin terus berjalan bergantung pada kakiku, disini juga sulit untuk memesan mobil, berjalan pergi keluar akan sangat setengah mati, tidak tahu kapan baru bisa menghentikan sebuah taxi.

Aku membuka pintu penumpang, naik mobil dan mendengar dia yang berkata:” Kapan kamu pergi, kenapa tidak memanggilku?”

Terlihat jelas ayah dan putri dari keluarga Li ini tidak memberitahu alasanku pergi kepadanya.

Aku mengencangkan sabuk pengaman dan menjawab seadanya:” Tidak melihatmu.”

"Aku menerima telepon di balkon.” Dia sambil menjelaskan sambil menginjak gas dan pergi meninggalkan tempat ini.

Di perjalanan tidak lagi ada pembicaraan diantara kami berdua.

Hubunganku dan dia sangatlah buruk.

Aku dalam hati memperingatkan diri sendiri, harus menahan perasaanku yang murahan ini, jangan kembali dengan bodoh memberikan hati kepadanya dan kembali diinjak-injak dengan kejam olehnya.

Aku tidak bisa melupakan, pada saat aku membutuhkannya, dia berdiri di depanku, bersama dengan para polisi menuduhku sebagai pembunuh.

Mobil ini berjalan hingga ke persimpangan lampu merah, aku berpikir sejenak dan berkata:” Antar aku turun di perusahaan saja.”

Sejak aku dianggap sebagai tersangka, keputusan besar maupun kecil di perusahaan semua bergantung dan diserahkan kepada Ning Zhenfeng.

Walaupun hari ini adalah hari sabtu, namun dia pasti lembur di perusahaan, aku juga sedang tidak ada pekerjaan dan lebih baik pergi membantunya sedikit di perusahaan.

Cheng Jinshi tidak berkata sama sekali, hanya membelokkan mobil ke kiri di persimpangan dan mengemudikannya ke arah perusahaan.

Ketika sampai di depan perusahaan, aku turun dari mobil,” Kamu tidak usah memperdulikanku, nanti aku akan mencari mobil sendiri….”

Sebelum aku selesai mengatakannya, dia sudah menginjak gas dan pergi.

Wajahku terkena asap knalpot mobilnya, benar-benar orang yang tidak bisa ditebak.

Ning Zhenfeng seperti dugaan masih lembur di perusahaan, karena pemesanan enam produk design terbaru meledak, pada saat ini perusahaan juga memiliki beberapa proyek, selain Ning Zhenfeng masih ada banyak karyawan yang lembur, karena kebijakan gaji dan reward perusahaan, masing masing bekerja dengan giat demi mendapatkan bonus.

Aku berjalan lurus ke depan pintu kantor Ning Zhenfeng, tidak mengetuk dan langsung mendorongnya masuk, dalam pandanganku langsung melihat Ning Zhenfeng sedang beristirahat dengan berbaring di atas sofa, tidak tahu kenapa namun kedua mataku pun menjadi berair.

Dia tidak membuka jendela, cahaya matahari bersinar dengan terik terpancar di alisnya yang abu-abu dengan sangat menyilaukan.

Dia benar-benar sudah tua.

Sepertinya juga ada perubahan.

Dia seakan merasakan gerakan, membuka matanya dan melihat ke arah pintu, di wajahnya pun langsung terpancar kegembiraan,” Xiao Xi, kapan kamu datang, mengapa tidak membangunkan ayah?”

Aku melihat ke arah lain, menahan air mata,” Aku merasa anda cukup lelah, sehingga tidak berencana untuk membangunkanmu.”

Dia melambaikan tangan, bangkit duduk, memijat keningnya,” Aku hanya memejamkan mata saja, masih ada banyak dokumen yang menunggu. Sore ini masih ada dua perusahaan yang ingin membicarakan proyek dengan kita.”

Aku berjalan ke depan meja kantornya, melihat singkat dokumen yang ada, membawa dokumen yang belum ditandatangani,” Biar aku yang periksa dokumen-dokumen ini, anda istirahatlah sejenak, dengan begitu baru bisa memiliki tenaga untuk bernegosiasi dengan orang lain.”

"Tidak perlu, tidak perlu…” Sejak perusahaan ini berdiri, dia sangat baik kepadaku, seperti sangat bersemangat menggantikan kasih ayah yang beberapa decade tidak bisa diberikan kepadaku.

Aku ingin memanggil” ayah” kata yang sudah tidak lancar ini, namun ketika akan mengatakannya dari ujung mulut, terasa seperti ada yang mencekik tenggorokan ku dan hanya bisa berkata:” Bagaimanapun aku adalah penanggung jawab perusahaan ini, ini adalah hal yang aku harus lakukan, anda sudah banyak membantu. Jika sampai membuat anda terlalu lelah ini menjadi kesalahan bagiku sebagai anakmu.”

Mendengar kalimat terakhir ini,matanya menjadi merah,” Asal bicara, tubuhku masih sangat sehat, tenang saja.”

"Kalau begitu lebih baik anda istirahat terlebih dahulu, jika dilihat orang luar, mereka akan mengira aku menyiksa anda.” Aku mengatakannya dengan menggoda.

"Baiklah, aku akan beristirahat.”

Mendengarnya berkata seperti ini, aku baru bisa tenang, memeluk dokumen ini kembali ke kantorku.

Dokumen ini pada awalnya terlihat tidak banyak, tidak peduli dokumen proyek ataupun budget departemen keuangan dan intern perusahaan, semuanya membutuhkan keputusan yang tepat baru bisa memastikan apakan disetujui atau dikembalikan.

Aku pun tidak bisa menahan dan memikirkan Cheng Jinshi, pria itu selalu bisa membuat keputusan dengan melihat sekilas saja.

Aku menggelengkan kepala, membuangnya dari pikiran dan fokus sepenuhnya kepada pekerjaan di depanku.

Setelah selesai, aku pun berpamitan dengan Ning Zhenfeng dan memanggil taxi untuk pulang ke rumah.

"Hahaha…”

Ketika aku pulang dan masih melepas sesuatu, aku mendengar suara tertawa nyaring Anan, membuat suasana di seluruhan rumah menjadi lebih baik.

Aku menggunakan sandal masuk ke ruang tamu,” Sayang, kenapa segembira itu…”

Melihat adegan di ruang tamu, aku terkejut, suara pun tersekat.

Anan sedang berada di atas punggung Cheng Jingshi, sedang bermain kuda-kudaan, senyumannya sangat lebar, kulitnya yang lembut pun membuat orang ingin menciumnya.

Aku berpikir, dia pasti sangat mencintai Anan.

Jika tidak dengan gaya presiden direkturnya, tidak akan mungkin memperbolehkan seorang anak naik ke atas tubuhnya.

Namun, ketika dia mendengar suaraku, gerakannya terhenti dan membeku, menggunakan tangannya untuk menggendong ke dalam pelukannya, ketika dia bangkit sudah tidak ada ekspresi berlebihan dari wajahnya, seakan adegan yang baru saja terjadi adalah hal yang palsu.

Dia dengan nada suara yang tenang berkata:” Ayah masih ada pekerjaan yang belum diselesaikan, kamu bermain dulu dengan ibu ya.”

Setelah mengatakannya, dia meletakkan Anan di atas sofa, sikapnya yang dingin ini menusuk hatiku.

Aku mengedipkan mata, anak kecil memiliki hati yang sangat sensitif, aku khawatir Anan akan merasakan perubahan sikap Cheng Jinshi, aku menggendong dan menghiburnya:”Kita naik melihat adik ke atas ya?”

"Oo!” Bibirnya tidak jelas, seakan takut aku tidak mengerti, dia pun menganggukan kepala.

Tangannya yang lembut itu memeluk leherku dan mencium wajahku dan meninggalkan air liur yang basah.

Aku pun tertawa, nada di dalam hati pun langsung terhanyut hilang dan aku juga mencium pipinya,” Kamu adalah malaikat kecil ibu.”

Beibei karena dilahirkan lebih awal, tubuhnya lemah, sifatnya juga lebih diam, selalu berbaring di tempat tidur anak-anak sambil melihat sekeliling dengan diam.

Hanya ketika melihat aku dan Anan ada di sana, dia baru bisa tertawa.

Seperti saat ini, Anan yang berbaring di sisi tempat tidur, mengambil mainan untuk mengajaknya bermain.

Aku tertawa melihat mereka berdua, hatiku menjadi sangat hangat dan ponsel pun berbunyi.

Aku mengambil dan melihatnya, ini adalah nomor asing, pada awalnya ingin tidak menerima, namun ketika melihat nomor ini adalah nomor dari kota Jin, aku pun menjawabnya.

"Siapa ya ini?”

"Nona Ning, aku adalah Li Jianchuan.”

Ternyata adalah dia.

Aku berjalan ke arah balkon kamar, dengan sedikit kaget bertanya:” Ternyata Paman Li, ada apa anda menelponku?”

Hatiku dipenuhi kebingungan, pagi ini ketika pergi ke kediaman keluarga Li, dia terlihat tidak menyukaiku, namun mengapa saat ini dia menelponku?”

"Apakah besok kamu ada waktu untuk datang ke rumah kami? Hari ini putri kami menyinggungmu, aku ingin menyuruhnya meminta maaf di hadapanmu.”

Aku mengerutkan kening, jika meminta maaf seharusnya mereka yang datang kesini, mana ada logika orang yang meminta maaf datang ke rumahnya.

Kecuali bukanlah permintaan maaf yang tulus.

Kecuali permintaan maaf ini hanya alasan saja dan dia memiliki masalah lain yang ingin dibicarakan denganku.

Memikirkan ini, aku pun memegang ponsel dengan tangan yang lebih erat.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu