Cintaku Pada Presdir - Bab ke-158 Seumur hidup ini kamu tidak akan bisa kabur kemanapun

“Uh!”

Aku menjerit sejenak, seluruh napasku direbut olehnya.

Dia menatapku dengan tatapan tajam, sepasang matanya yang penuh dengan hawa napsu, menciumku dengan penuh hasrat dan gairah, ciumannya yang membuat ujung lidahku terasa ngilu.

"Cheng Jinshi, kamu sudah mabuk!"

Aku mendorongnya dengan sangat kuat, aku menatapnya dengan penuh amarah, seluruh badannya dengan bau alkohol di siang hari ini, sungguh sangat gila.

Dia berjalan setengah mundur, suaranya yang sangat dingin seperti es, seakan sedang memperingatkanku, ataupun seperti sedang mengingatkanku pada kenyataan, "Ning Xi, kamu adalah wanitaku, seumur hidup ini kamu tidak akan bisa kabur kemanapun."

"Benarkah? Tetapi aku merasa, diantara kita, tidak ada apa-apa selain sebuah surat perkawinan."

Aku mengangkat tanganku sambil menghapus air liur yang tertempel dibibirku, dengan datarnya aku membuka mulutku.

Dia mengerutkan keningnya, duduk di sofa belakang, merasa ini tiba-tiba terjadi begitu saja, dan suasana menjadi lebih hening, "Apapun yang kamu mau, akan kuberikan."

Aku menginginkanmu.

Dari awal sampai akhir, aku hanya ingin kamu benar-benar tulus mencintaiku.

Tapi aku tidak berkata demikian, aku tersandar di meja kantor, mencoba meredakan emosiku, memandangnya dengan tatapan datar, "Aku ingin seumur hidup ini kamu tidak berkomunikasi lagi dengan Qin Yuming, apa kamu bisa menjanjikannya?"

Dia memejamkan matanya, tidak tahu bahwa apakah dia sedang membuat sebuah keputusan, atau apapun itu.

Susah untuk kujelaskan, terhadap segala sesuatu yang tidak mungkin ini, malah membuahkan sebuah penantian.

Aku tidak mendesaknya, dengan tenang aku menunggunya sejenak, menunggu sampai ruangan kantor, hanya tersisa suara napas yang tenang dan panjang.

Cheng Jinshi tertidur.

Hehe.

Aku duduk dibagian lain sofa, tanpa terasa melihat dia agak lama, dan tertawa sendiri.

"Seperti sebuah mimpi yang tak terduga, tersentuh dan hancur seketika......"

Tiba-tiba ponsel berdering, jelas-jelas hatiku ini sangat marah kepada Cheng Jinshi, tetapi aku malah dengan cepat mengangkat telepon, khawatir Cheng Jinshi akan terbangun.

"Halo, Xueke." Dengan suara rendah berbisik aku menjawab telepon tersebut, dan membawa ponsel ke luar ruangan kantor.

Aku sudah dapat kabar tentang Zhou Ziyun!"

Xueke membuka mulutnya dengan sangat senang.

Hatiku tersentak, "Benarkah?"

Seharipun aku tidak menemukan kabar Zhou Ziyun, hatiku tidak tenang.

"Iya benar, aku dapat info tentang catatan keluar masuk dia dibandara, dia pergi ke Kota Lan, aku baru saja memesan tiket untuk pergi mencarinya."

"Aku pergi denganmu, pesawat jam berapa?“

Zhou Ziyun tiba-tiba berubah menjadi seperti ini, juga ada hubungannya denganku, aku juga tidak bisa tinggal diam saja.

Lagipula, Xueke pergi sendiri, sebuah tempat yang asing, juga tidak aman.

"Kamu dimana, aku jemput kamu!" kata Xueke.

"Aku kirim lokasiku untukmu."

Setelah mengakhiri telepon, aku mengirimkan lokasi untuknya, masuk ke dalam ruangan kantor sambil mengambil tas dan bersiap pergi.

Sinar matahari melewati Cheng Jinshi yang berada di sofa, aku ragu sejenak, dan aku tetap berjalan ke arahnya, ku bantu dia melepaskan sepatu kulitnya, melingkarkan lehernya, agar dia bisa tidur dengan posisi datar diatas sofa.

Dan aku mengeluarkan sesuatu lagi dari kardus Dongchen yang aku bawa itu, aku keluarkan selimut dan kupakaikan ke badannya.

Sambil kulakukan gerakan itu, aku memarahi diriku sendiri.

Setelah selesai kulakukan semua itu, aku turun ke lantai bawah untuk menemui Xueke.

Xueke bilang bahwa sepertinya Zhou Ziyun memang sengaja menghindari kami.

Kami sudah tidak sempat pulang kerumah untuk membereskan koper, dengan gesitnya langsung menuju ke bandara.

Kota Lan adalah sebuah kota kecil dibagian selatan, sebuah kota turis untuk liburan, tetapi sekarang bukan musim liburan, tidak banyak turis yang pergi, sehingga tambahan selembar tiket lagi dibeli dengan mudah.

4 musim di Kota Lan tidak terlalu jelas, jelas-jelas sekarang sudah memasuki musim dingin, apalagi di malam hari, tetapi suhu di Kota Lan malah mencapai sekitar 30 derajat celcius, ketika kami turun dari pesawat, jaket segera dilepas.

Kami mencari tempat makan, kami pergi mengelilingi sekitar bar, tapi tidak ada tempat makan.

Usai mengelilingi sekitar bar, sudah lewat sini hari, Xueke yang mempertimbangkan bahwa aku sedang hamil, berkata: "Kita ke hotel dulu untuk beristirahat semalam, besok baru kita cari."

"Ok."

Aku sudah sangat lelah.

Setelah kembali ke hotel, kami mandi terlebih dahulu, berbaring diranjang dan malahan tidak bisa tidur.

Selama ini, sudah terbiasa bahwa setiap hari aku harus melihat An An, tiba-tiba tidak melihatnya, ada sedikit rasa aneh, ku ambil ponsel untuk menelepon Bibi Mo.

Setelah mengetahui bahwa An An sudah tidur, aku merasa lebih tenang.

"Sikap Cheng Jinshi terhadapmu, sudah lebih baik, kan?"

Xueke melihatku mematikan telepon, dirinya berbaring diranjang sambil bertanya.

Aku tersenyum pasrah, "Kamu terlalu banyak berpikir."

Aku meletakkan ponsel di rak samping ranjang, memejamkan mata sambil mengingat-ingat kembali kejadian yang sudah terjadi selama ini, suara ditenggorokan yang agak tersedak, "Jujur saja, aku merasa sangat lelah, jika tidak ada anak, mungkin aku sudah tidak sanggup untuk bertahan lagi."

" Kalau begitu ambil hak milik asuh anakmu, biarkan Cheng Jinshi pergi bermain, aku dan kamu bersama mengasuh anak, bukankah sangat baik!" Xueke menepuk pundakku, sambil menghiburku.

Aku bernapas dalam, "Ok."

Alangkah baiknya jika ini semua benar dapat terjadi dengan mudah.

Keesokan harinya, kami bangun lebih awal, sarapan apa adanya, dan kami mencari lagi ke berbagai tempat.

Tetapi memang Zhou Ziyun ada kemampuan untuk memusnahkan diri di suatu tempat atau apakah itu, kami benar-benar tidak menemukannya.

Hari ke-3, hari ke-4......

Bukannya berlebihan, tetapi bisa dibilang bahwa kita sudah membalikkan 1 kota Kota Lan, tetapi bayangan Zhou Ziyun pun tidak terlihat sama sekali.

"Kamu yakin dia datang ke Kota Lan?"

Aku agak sedikit tidak yakin.

Kota Lan sangat besar, tempat yang bisa di cari sudah kita datangi, jika Zhou Ziyun memang benar ada di Kota Lan, sangat mustahil untuk tidak menemukannya.

Xueke juga mulai kehilangan semangat, "Info yang aku dapat, yaitu dia benar-benar datang ke Kota Lan, mungkin sekarang dia memang sedang menghindarkan diri dari kita."

"Tidak tahu bagaimana keadaan hidupnya sekarang."

Inilah hal yang paling kutakutkan.

Ayah Zhou menyita semua asetnya, dia pasti ada cara untuk menghasilkan uang. Xueke berkata, "Kita balik dulu ke Kota Nan, aku akan meminta temanku untuk mencari informasi lebih lanjut."

"Baiklah."

Untuk sementara ini yang baru bisa dilakukan, tidak ada gunanya jika kami berada terus menerus disini.

Kami memesan tiket untuk kembali ke Kota Nan keesokan harinya, baru saja sampai di bandara, Xueke bilang jika dia ingin ke rumahku untuk melihat An An.

Aku langsung mengiyakannya.

Sampai di depan pintu rumah, aku turun dari mobil, dan melihat seorang perempuan turun dari mobil yang ada di pinggiran jalan, dengan gaya angkuh nya berjalan ke arahku.

Ketika melihatnya, aku merasa ini diluar dugaanku.

Dia adalah Cheng Yang, adik perempuan Cheng Jinshi.

Setelah bercerai dengan Cheng Jinshi, aku sudah tidak pernah melihatnya lagi.

Hubunganku dengan Cheng Jinshi sangat tidak baik, tetapi aku tetap melempar senyum ke Cheng Yang, "Sudah lama tidak bertemu."

"Kamu pergi kemana saja?!" dia membuka mulut bertanya.

Aku bingung sejenak, dengan tatapan benci dia berkata, "Wanita sepertimu ini, benar-benar bukan orang baik! Pertama kali, setelah kamu memposting foto ranjang dengan kakakku, memaksa kakakku untuk menikah denganmu, dan kali ini? kamu juga memanfaatkan kakakku untuk mencapai tujuanmu kan?!"

"Menurutmu aku bisa mencapai tujuan apa?"

Karena dia bersikap begitu, aku juga menyimpan kembali keramahanku, menatapnya dengan dingin.

Dia mendengus sejenak, "Tujuan apalagi, ya pasti demi keuntungan! Aku dengar dari kakak iparku, projek itu, kamu mengambil keuntungan sebesar 30%!"

"Kakak ipar?"

Aku mau tidak mau mengangkat alisku, menangkap poin dari pembicaraannya.

Orang yang tercantum di surat pernikahan bersama Cheng Jinshi, adalah aku.

Kakak ipar yang keluar dari mulutnya, siapa lagi dia?

Novel Terkait

Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu