Cintaku Pada Presdir - Bab 15 Aku Hamil
Ibu adalah satu-satuya penyemangat di saat hatiku rapuh, aku juga selalu berusaha hidup agar bisa menjadi penunjang ibu.
Kalau kehilangan ibu, maka makna dan harapan terakhir dari hidupku juga akan hilang.
Tiba di rumah sakit, aku langsung berlari ke lantai lima, tiba di depan pintu ruang penyelamat darurat, menarik perawat yang kebetulan keluar, bagaikan orang tenggelam menarik jerami terakhir, “bagaimana dengan ibuku?”
Dia menghelakan nafas :”Kondisinya tidak terlalu baik, dokter pasti akan berusaha… …”
Dia belum selesai bicara, pintu ruang penyelamat darurat kembali terbuka, dokter memimpin jalan dan diikuti oleh beberapa dokter dan perawat, aku menatap tempat tidur pasien darurat yang didorong oleh mereka, darah di tubuhnya sudah membeku.
“kenapa? Kenapa menutupi ibuku dengan kain putih ini, mukanya ditutup, dia akan sulit bernafas… …”
“kalian bohong… … dokter, beritahu aku bahwa semua ini hanya bohongan, semua ini hanyalah candaan ibuku, benarkan?
“ibu, aku sudah datang, tolong buka matamu dan lihat aku, ibu belum menyampaikan sepatah kata pun kepadaku, ibu mana boleh meninggalkan ku… …”
Aku memeluk ibuku yang terbaring di atas tempat tidur itu, menangis berjeritan hingga kehilangan suara dan tenaga, tidak bisa menerima timpaan seperti ini, aku menggoyang-goyangkan tangan ibuku, tapi yang ku rasakan hanyalah suhu tubuhnya yang semakin dingin.
Jelas-jelas ibu baru saja berbincang denganku kemarin melaui handphone, katanya tunggu kondisi tubuhnya membaik, dia ingin aku menemaninya pulang kampung untuk mencari kakek.
Kenapa bisa tiba-tiba mengongsumsi begitu banyak pil tidur… …
Pasti karena aku, aku terlalu ceroboh, aku tidak memperhatikan perubahan emosi pada ibu.
Aku hanya peduli dengan hatiku yang kusut karena masalah dikambinghitamkan, juga hanya memikirkan pekerjaan baru, aku tidak meluangkan lebih banyak waktu untuk menemani ibu.
Kesakitan dan keputusasaan menghampiriku, menikam hingga sumsum tulangku.
Dokter menegur :”Ningxi, semenjak ibumu diselamatkan dari penyelamatan darurat kemarin, kondisi emosi dan fisiknya terus tidak baik, kamu hendaklah berkabung.”
“terima kasih… …”
Aku perlahan-lahan berdiri, tatapanku mengitam, memasuki kegelapan yang dalam tanpa dasar.
Saat kembali sadar, telinga hanya terdengar suara tetesan yang kecil, obat transparan mengalir sepanjang saluran infus, memasuki pembuluh darah.
Pikiranku tidak sadar dalam waktu sejenak, ibu… … masih di sini? aku mungkin hanya mengalami mimpi buruk?
Aku berharap kalau itu hanyalah sebuah mimpi.
“sudah bangun?”
Perawat membuka pintu dan berjalan masuk, mengangkat kepala melihat obat infusku, berkata dengan nada rendah :”seberapa berat pun hal yang kamu alami, tetaplah menjaga kesehatan tubuhmu, walau kamu tidak peduli dengan dirimu sendiri, kamu tetap harus memikirkan anak yang ada di perutmu.”
Anak di perut?
Aku termenung, jariku menggenggam selimut dengan gugup, bertanya akan ketidakpastian, “anak? Maksudmu aku hamil?”
Dia kaget sambil mengangguk, “sudah hampir dua bulan, kamu tidak tahu?”
Hatiku dipenuhi dengan kegembiraan yang tidak terkatakan, sepertinya, keputusasaan yang menyelimutiku dirobek sedikit demi sedikit, cahaya kembali memancarku.
Tapi ketika teringat Cheng Jinshi, hatiku terus mengeluarkan rasa pahit, dia mungkin tidak berharap aku menghamili anaknya.
Aku mengangkat tangan, mengelus perutku sendiri, layaknya sedang memperlakukan sebuah harta langka, walaupun, hanya aku seorang yang mendambakan kehadirannya.
Kalau ibu di sini, maka akan ada orang yang menemaniku menantikan kedatangan anak ini.
Setelah menyemangati diri, aku pergi ke kantor rumah sakit, aku tetap tidak percaya bahwa ibu bisa memilih pergi dengan cara ini.
Dan juga, dari mana datangnya obat pil sebanyak itu?
Dokter juga tidak dapat memberikanku jawaban, dia memang memberikan pil tidur kepada ibu ketika ibu insomnia, tapi dosisnya dikontrol, sedangkan ibu setidaknya telah menelan lebih dari setengah botol.
Lebih dari setengah botol… … penderitaan sebesar apa yang telah dirasakan oleh ibu, sehingga ibu begitu nekat untuk meninggalkan dunia ini.
Memikirkan hal ini, kesedihan dan kesakitan kembali menghampiriku.
Pemakaman ibu ditangani dengan bantuan tante dan XueHe.
Ketika semua orang sudah meninggalkan tempat pemakaman, aku berlutut kembali di depan makam ibu, mengelus berkali-kali foto dan nama ibu, berbicara sendiri, “ibu, aku hamil, ibu pastinya sangat senang, benarkan? Sebenarnya aku sangat berterimakasih dengan anak ini, ibu meninggalkanku, kalau bukan karena kehadiran anak ini, aku benar-benar tidak memiliki harapan hidup lagi… …”
Pandanganku menjadi kabur, aku berusaha membentuk senyuman yang lebar, “ibu jangan khawatir, aku akan berusaha hidup dengan baik, aku tidak akan membuat ibu khawatir lagi.”
Selesai bicara, air mata mengalir tak terkendali, tidak berhenti.
Waktu senja, aku perlahan menuruni gunung, setiap beberapa langkah, aku selalu membalikkan kepalaku, semakin jauh, hatiku semakin kosong.
Baru saja sampai di depan pintu kuburan, handphone yang ada di tasku bordering, panggilan dari Cheng Jinshi.
Kecelakaan Xiao Bao sudah berlalu delapan sembilan hari.
Apakah dia sudah membuat pertimbangan jelas, mendengarkan perkataan ibu mertua, bercerai denganku?
Atau, apakah dia akhirnya mengingat akan keberadaanku.
Tapi aku belum selesai mempertimbangkan dengan jelsa hal ini, apakah aku harus memberi tahu padanya bahwa aku hamil.
Kalau dia tahu, kemungkinan dia tidak akan membiarkan aku melahirkan anak ini.
Suasana hatiku sangat berat, menghela nafas, mengangkat teleponnya, tidak mengeluarkan suara, menunggu dia berkata terlebih dahulu.
Pihak sana berdiam sekitar dua menit, barulah berkata dengan nada berat, “di mana kamu?”
Aku berkata dengan lemah, “kuburan, ada apa?”
Nadanya sedikit ketat, “kamu ke kuburan buat apa?”
Aku mengangkat kepala, memandang matahari yang terbenam, menahan kehancuran dalam hatiku, berkata dengan polos, “memilih tempat makam buat diriku sendiri.”
Ibu telah meninggal beberapa hari, kalau saja dia menaruh sedikit perhatian padaku, maka dia seharusnya sudah tahu.
Kalau dia tidak tahu, maka aku tidak perlu memberi tahunya, memanfaatkan kepergian ibu untuk mendapatkan belas kasihannya, aku tidak mampu melakukan itu.
“Ningxi, gila apa kamu?” dia sepertinya marah karena perkataanku itu, meninggikan nada suaranya, “datang ke perusahaan, tanda tangan surat perceraian.”
Cheng Jinshi, aku hamil, aku berharap anak kita bisa dilahirkan dan dibesarkan di keluarga yang utuh… …
Aku tidak memiliki keberanian untuk mengucapkan kata-kata itu.
Sesuatu menembus dadaku, menyebabkan kesakitan yang tidak bisa dihiraukan.
Cintaku terhadap dia, sepertinya hangus di saat ini.
Mulutku terbuka, belum sempat bicara, sebuah mobil hitam Mercedes-Benz berhenti di hadapanku.
Pintunya terbuka, aku termenung di tempat, karena gugup, aku tidak sengaja mematikan teleponnya.
Aku menggenggam erat handphone yang kembali berdering, tidak mengeluarkan suara dan menatap Ning Zhenfeng yang ada di hadapanku, empat tahun tidak bertemu, dia menua, tidak mirip dengan yang ku bayangkan tentang dia.
Awalnya aku mengira, walau dia bercerai dengan SongJiamin, dia tetap akan hidup bersenang-senang.
Matanya sedikit merah, “ibumu, dikebumikan hari ini?”
Aku langsung mematikan handphone-ku, menahan emosiku, suaraku sedikit gemetar, “Ya.”
Dia melihat sekilas kuburan, tatapannya sedikit kosong, mencela dirinya sendiri, “lebih baik aku tidak pergi, sepertinya dia juga tidak berharap untuk menemuiku.”
Kalau tidak ingin pergi, kenapa dia datang ke sini.
Aku tidak berkata apa-apa, melangkah ingin berjalan ke tempat mobilku.
“Xiao Xi… …”
Dia menghentikanku, dia berkata dengan nada interogasi, “apakah kamu sudah melihat berita kemarin?”
Aku berdiam sejenak, beberapa hari ini, bahkan handphone pun tidak ku lihat, berkata dengan dingin :”tidak.”
Dia batuk beberapa kali, mukanya muncul warna merah yang tidak sehat, “perusahaan rumah terkena masalah, beberapa produk makanan terdeteksi menyebabkan kanker.”
Aku sedikit kaget dan tidak bisa menahan lagi, dengan nada menyindir, “rumah? Kalau kamu tidak membahasnya, aku bahkan sudah lupa kalau diriku sendiri masih memilihi rumah.”
Tahun itu, aku dikeluarkan dari rumah Ning di saat pernikahan mereka.
Dia memanjakan Song JiaMin, satu rupiah pun tidak diberikannya kepada ku untuk biaya operasi, mendesakku hingga pada jalan buntu.
Pada saat itu, kenapa dia lupa, bahwa aku adalah anak perempuannya.
Matanya yang buram memancarkan sinar dari pantulan air, memohon :”Xiao Xi, kejadian tahun itu adalah salah ayah, sekarang perusahaan akan menghadapi kompensasi dan denda yang sangat besar, kamu tidak akan membiarkannya bangkrut, benarkan?”
Novel Terkait
Cinta Tak Biasa
SusantiHabis Cerai Nikah Lagi
GibranTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniThat Night
Star AngelHis Soft Side
RiseCintaku Pada Presdir×
- Bab 1 Keributan Dalam Pesta Pernikahan
- Bab 2 Pertemuan Mendadak
- Bab 3 Identitas Yang Cukup Mengejutkan
- Bab 4 Kamu Telah Melewati Batas
- Bab 5 Ingin Melahirkan Anak
- Bab 6 Anak Mereka
- Bab 7 Akulah Orang Luar
- Bab 8 Bercerailah
- Bab 9 Pelampiasan dari Efek Alkohol
- Bab 10 Rahasia Song Jiamin
- Bab 11 Keributan Makan Malam
- Bab 12 Rusaknya Rem Mobil
- Bab 13 Apakah Kalian Pernah Melakukannya
- Bab 14 Pemberitahuan Berbahaya
- Bab 15 Aku Hamil
- Bab 16 Perceraian
- Bab 17 Aborsi
- Bab 18 Waktu Mengubah Semuanya
- Bab 19 Percintaan Mereka Yang Dalam Dan Kental
- Bab 20 Tamparan Balasan
- Bab 21 Uang Ini Cukup?
- Bab 22 Jinshi, Apakah kamu Percaya
- Bab 23 Jangan Jadikan Aku Pengganti
- Bab 24 Sengaja Ditabrak
- Bab 25 Menutupi Kemaluan Dengan Kemarahan
- Bab 26 Hubungan Apa Dengan Dia
- Bab 27 Terpergok Berzinah
- Bab 28 Ancaman
- Bab 29 Diam-Diam Mengangkat Teleponku
- Bab 30 Kehilangan Anakku
- Bab 31 Kamu Berencana Menukarnya dengan Apa
- Bab 32 Fakta Tentang Kematian Ibu
- Bab 33 Selingkuhan atau Kekasih?
- Bab 34 Mendapatkan Bukti
- Bab 35 Mati Di Tempat
- Bab 36 Dia Telah Kembali
- Bab 37 Temani Aku Tidur
- Bab 38 Hanya Kamu yang Menginginkanku
- Bab 39 Dia Tidak Boleh Berhasil
- Bab 40 Mendapatkan Kemalangan
- Bab 41 Pelacur Sok Suci
- Bab 42 Pemimpin Baru Proyek
- Bab 43 Pasangan Serasi
- Bab 44 Wanita Terbuang
- Bab 45 Tidak Mengizinkan
- Bab 46 Tidak Bisa Menyaingi
- Bab 47 Mengancam
- Bab 48 Mimpi Buruk Yang Tak Bisa Disingkirkan
- Bab 49 Merindukanmu
- Bab 50 Kakekku Pingsan
- Bab 51 Kakaknya Song Jiamin
- Bab 52 Rela Menunggu
- Bab 53 Merendahkan Dirinya Sendiri
- Bab 54 Dia Bukannya Tidak Pernah Menipu Aku
- Bab 55 Kenapa Bisa Begitu Kejam
- Bab 56 Cepat Atau Lambat Akan Menjadi Keluarga
- Bab 57 Ancaman Dari Ning Zhenfeng
- Bab 58 Kehidupan Dan Kematianmu.
- Bab 59 Kapan Kamu Bisa Mempercayaiku Sekali?
- Bab 60 Marah dan Sakit Hati
- Bab 61 Lelucon Ini Tidak Lucu
- Bab 62 Terserah Kamu Percaya Atau Tidak
- Bab 63 Siapapun Jangan Ada Yang Berharap Bisa Hidup Dengan Tenang
- Bab 64 Cheng Jin Shi, Aku Membencimu
- Bab 65 Mari Kita Bicara
- Bab 66 Meninggalkan Kota Nan
- Bab 67 Kakak Sepupumu Di Ranjangku
- Bab 68 Duri Dalam hati
- Bab 69 Siapa Yang Kamu Pilih
- Bab 70 Bukti Meyakinkan
- Bab 71 Aku Percaya Padamu
- Bab 72 Kita Masih Bisa Punya Anak
- Bab 73 Selangkah Menuju Kebenaran
- Bab 74 Pembunuhnya Adalah Dia
- Bab 75 Berbalik Memfitnahku
- Bab 76 Zhou Ziyun Menyelamatkanku
- Bab 77 Dia Dari Awal Sudah Membenciku
- Bab 78 Aku Benar Tidak Menyentuhmu
- Bab 79 Emosi
- Bab 80 Tuduhan Kejahatan Ini Sekalian Dihitung
- Bab 81 Apakah Semua Kebaikanmu Itu Palsu
- Bab 82 Salahkan Dirinya Sendiri
- Bab 83 Ning Xi Kamu Tidak Akan Bisa Melarikan Diri
- Bab 84 Memberikan Segala Yang Kamu Suka
- Bab 85 Berakhir Hari Ini
- Bab 86 Aku yang Membocorkan Desain
- Bab 87 Aku Bisa Memperbaiki Kesalahanku
- Bab 88 Kamu Sudah Dipecat
- Bab 89 Anakmu Segera Mempunyai Ibu Tiri
- Bab 90 Tuan Zhou Baik Pada Pacarnya
- Bab 91 Kembalikan Kunci Itu Kepadaku
- Bab 92 Orang Yang Ingin Aku Nikahi Hanya Kamu
- Bab 93 Buktikan Dulu Kepadaku
- Bab 94 Hari Ching Ming
- Bab 95 Pemilik Sebenarnya Adalah Cheng Jinshi
- Bab 96 Menyimpan Selingkuhan
- Bab 97 Dua garis
- Bab 98 Benar, Tetapi Tidak Ada Hubungannya Denganmu
- Bab 99 Juga Memberimu Kesempatan
- Bab 100 Ingin Menjadi Ayah Anak Orang Lain
- Bab 101 Identitas Tuan Fu
- Bab 102 Waspada Terhadap Nyonya
- Bab 103 Apa Hubunganmu Dengan Lin Zhi?
- Bab 104 Melihat Orang Lain Melalui Diriku.
- Bab 105 Aku Ingin Menikah Denganmu, Maukah Kamu Menikah Denganku ?
- Bab 106 Mana Mungkin Ada Jika
- Bab 107 Karena Uang
- Bab 108 Diduga Membunuh Kakek
- Bab 109 Bantuan Dalam Investigasi
- Bab 110 Ayo, Kita Pulang Rumah
- Bab 111 Benarkah Bisa Memulai Dari Awal
- Bab 112 Coba Saja !
- Bab 113 Satu Orang Bersedia Untuk Mencintai Dan Satu Orang Lainnya Rela Untuk Dicintai
- Bab 114 Pelanggan Jinshi
- Bab 115 Jam Tujuh, Aku Menunggumu
- Bab 116 Dia Sangat Cocok Denganmu, Dan Aku Juga Sangat Menyukainya
- Bab 117 Satunya Sedang Ribut, Satunya Sedang Tertawa
- Bab 118 Kamu Harus Keluar Dengan Selamat
- Bab 119 Sekali Berani Membuka Mulut, Maka Sudah Tidak Ada Jalan Kembali
- Bab 120 Sebagai Balasan
- Bab 121 Semakin Panik, Semakin Bingung
- Bab 122 Aku Bukan Orang Yang Ada Di Hatinya
- Bab 123 Kamu Jangan Berpikir Mau Mengambil
- Bab 124 kamu Tidak Perlu Mengkhayal Aku Sebagai Musuh Cintamu
- Bab 125 Di Dunia Ini Ternyata Ada Ayah Seperti Dirimu
- Bab 126 Satu Keluarga yang Tidak Waras!
- Bab 127 Kamu Ingin melepaskan Proyek Ini?
- Bab 128 Jika Aku Adalah Kamu, Aku Lebih Baik Pergi Mati Saja.
- Bab 129 Apakah Kamu Hamil?
- Bab 130 Menggugurkan Anak
- Bab 131 Dia Memeluk Seorang Anak
- Bab 132 Menikah Kembali Adalah Pertunjukkan Tunggalku
- Bab 133 Meskipun Lautan Api, Aku Juga Harus Pergi
- Bab 134 Suamimu Tampan Sekali
- Bab 135 Semua Pesan Anonim Dikirim Olehnya
- Bab 136 Sesuatu Terjadi Pada Zhou Ziyun
- Bab 137 Kembali Ke Keluarga Cheng
- Bab 138 Ibu Akan Membawamu Pulang
- Bab 139 Pulanglah Denganku?
- Bab 140 Mencintaimu? Jangan Bermimpi!
- Bab 141 Pernikahan Kontrak
- Bab 142 Berdasarkan Apa Aku Menarik Tuntutan
- Bab 143 Dihukum Mati
- Bab 144 Kamu Benar-Benar Harus Berterima Kasih Kepada Kakak Yu Min
- Bab 145 Apakah Kamu Sudah Selesai Memarahi Aku?
- Bab 146 Apakah Begitu Memalukan
- Bab 147 Tidak Mengerti Apa Yang Sedang Dia Pikirkan
- Bab 148 Sudah Merepotkanmu Mengantar Suamiku Pulang
- Bab 149 Bertemu Shen Yanting Untuk Pertama Kalinya
- Bab 150 Aku Adalah Suamimu!
- Bab 151 Semakin Dijelaskan, Semakin Ditutupi Semakin Terkuak
- Bab 152 Memang Berbeda Seperti Bumi Dan Langit
- Bab 153 Kelinci Kalau Marah Juga Bisa Gigit Orang
- Bab 154 Apa Khawatir Dia Cemburu?
- Bab 155 Tetap Saja Disapu Keluar
- Bab ke-156 Setidaknya hati ini tidak resah jika tidak melihatnya
- Bab ke-157 Menjual Seumur Hidupku Lagi Untukmu?
- Bab ke-158 Seumur hidup ini kamu tidak akan bisa kabur kemanapun
- Bab 159 Apakah kamu tidak merasa dia mirip seseorang
- Bab 160 Ingin Menggantikan Orang Kesayanganmu Untuk Kecewa?
- Bab 161 Ya, Ini Adalah Rumah Kalian
- Bab 162 Cheng Jinshi, Sampai Jumpa di Biro Urusan Sipil
- Bab 163 Aku Sengaja Membawa Pergi!
- Bab 164 Ketakutan Akibat Dugaan yang Salah
- Bab 165 Sama Sekali Tidak Ada Hubungannya dengan Aku
- Bab 166 Aku sama sekali tidak percaya
- Bab 167 Aku Lihat Siapa Yang Berani
- Bab 168 Menggoda Pria Mana Pun
- Bab 169 Tante, itu karena dia pantas ditampar
- Bab 170 Tidak Ingin Berjalan Di Atas Es Tipis Lagi
- Bab 171 Ini Adalah Calon Istriku
- Bab 172 Kamu Juga Harus Bahagia
- Bab 173 Kita Bukanlah Orang Yang Sama
- Bab 174 Semua Sudah Berubah Menjadi Lelucon
- Bab 175 Ancaman Dirinya
- Bab 176 Aku Tidak Tertarik
- Bab 177 Aku Hanya Sekedar Ingin Membantumu
- Bab 178 Sekarang Aku Memberikan Kesempatan Padamu
- Bab 179 Aku Sangat Menyukai Dirimu yang Begitu Munafik
- Bab 180 Sangat Mengejutkan
- Bab 181 Mungkin Akan Meninggal
- Bab 182 Apakah Kamu Sudah Puas Sekarang?
- Bab 183 Lemah Dengan Perlakuan Lembut
- Bab 184 Haruskah Kamu Mengucapkan Kata-Kata Dengan Duri?
- Bab 185 Tidak Layak Untuk Menerimanya
- Bab 186 Petunjuk
- Bab 187 Dia Lebih Buruk Dari Wanita Jalang
- Bab 188 Harapan yang Dikancingkan Padaku
- Bab 189 Memberi Kompenassi 100 Miliar
- Bab 190 Kamu Harus Ingat Siapa Dirimu!
- Bab 191 Protagonis Dalam Cerita Itu Adalah Aku
- Bab 192 Apakah Kamu Sudah Cukup Dengan Permainanmu?
- Bab 193 Dia Mencabut Gugatan, Kita Mengajukan Gugatan
- Bab 194 Menjauhlah Dari Tunanganku!
- Bab 195 Aku Telah Diikuti Oleh Seseorang Selama 24 Jam
- Bab 196 Aku Pasti Tidak Akan Melepaskanmu!
- Bab 197 Tanda Tangani Itu, Aku Baru Biarkan Kamu Pergi
- Bab 198 Sangat Marah
- Bab 199 Melihat Sedikit Harapan Kemenangan
- Bab 200 Sedangkan Aku, Juga Tidak Ingin Menyesuaikan Kamu Lagi
- Bab 201 : Yang Penting Kamu Tidak Merasa Malu
- Bab 202 Menurutku Dia Seperti Nenek Moyang!
- Bab 203 Cepat Atau Lambat Akan Membuatmu Kehilangan Segalanya
- Bab 204 Tetapi Aku Memiliki Satu Syarat
- Bab 205 Seperti Mimpi Yang Langsung Menghilang Dalam Sekejap
- Bab 206 Sungguh Bagus Sekali Rencana Kalian
- Bab 207 Aku Sangat Merindukanmu
- Bab 208 Mungkin Berakibat Fatal
- Bab 209 Kamu Pergi Mati Saja
- Bab 210 Aku Kira Kamu Tidak Akan Datang
- Bab 211: Makan Bersama Ini, Tidaklah Sesederhana Itu
- Bab 212: Aku Merasa Darahku Menjadi Dingin
- Bab 213: Tidak Ada Jalan Yang Bisa Ditempuh Lagi
- Bab 214: Berbisnis Seperti Di Medan Perang
- Bab 215 Aku Mengatakan Suruh Kamu Pergi
- Bab 216: Apakah Ada Masalah Yang Kamu Sembunyikan Dariku
- Bab 217 Aku Tidak Bisa Membiarkan Apa Yang Dia Inginkan Terjadi
- Bab 218 Dalam Satu Detik Menampar Wajah
- Bab 219 Sayang, Selamat Ulang Tahun
- Bab 220 Maaf Aku Terlambat Pulang
- Bab 221 Aku Tidak Perlu Kamu Bekerja Terlalu Keras
- Bab 222 Tangan Memanas
- Bab 223 : Mungkinkah Kamu Yang Melakukannya
- Bab 224 : Karena Ada orang Melakukan Terlalu Banyak Hal Buruk
- Bab 225 Membayar Dengan Harga Yang Menyakitkan
- Bab 226 Membuatku Tidak Bisa Lari Kemanapun
- Bab 227 Semuanya Tidak Benar
- Bab 228 Percayakah Kamu?
- Bab 229 Apakah Kamu Tidak Punya Hati?
- Bab 230 Siapakah Orang Itu
- Bab 231 Apakah Kamu Tidak Merasa Dirimu Munafik?
- Bab 232 Pasti Ada Yang Salah
- Bab 233 Serigala Di Depan, Harimau Di Belakang
- Bab 234 Percobaan
- Bab 235 Permintaan Maaf Hanya Alasan Saja
- Bab 236 Pertentangan Ini Tidak Baik Bagi Semua Orang
- Bab 237 Jangan Kamu Berharap Ada Lain Kali
- Bab 238 Apakah Kamu Bisa Menukar Pria Yang Kamu Sukai
- Bab 239 Memiliki Hubungan
- Bab 240 Akankah Kamu Bersama Dengannya?
- Bab 241 Semuanya Terlalu Dramatis
- Bab 242 Sekarang, Sudah Tidak Penting
- Bab 243 Kalau Aku Menginginkannya
- Bab 244 Bagaimana Aku Bisa Tenang
- Bab 245 Semakin Ditakutkan Semakin Menjadi Kenyataan
- Bab 246 Dia Keguguran
- Bab 247 Bagaimana Jika Aku Menikah Dengannya?
- Bab 248 Kembali Untuk Memberikanmu Sebuah Hadiah
- Bab 249: Membalikkan Semua Argumen
- Bab 250: Aku Adalah Jimat Perlindunganmu
- Bab 251 Tidak Baik Jika Dilihat Oleh Pacarmu