Cintaku Pada Presdir - Bab 113 Satu Orang Bersedia Untuk Mencintai Dan Satu Orang Lainnya Rela Untuk Dicintai
Dokter pun segera datang, melihat pendarahanku dokter pun segera mulai memeriksa keadaanku.
Dalam sekejap langit diluar pun telah menggelap.
Dokter dengan serius menyimpulkan, “Perubahan suasana hati yang sangat signifikan dan tidak stabil menyebabkan keadaan janin tidak stabil. Usia kehamilan tiga bulan pertama sangatlah rawan dan penting, bagaimana bisa kamu tidak hati-hati?”
Aku pun menyalahkan diriku sendiri. Kemarin di ruangan UGD juga telah diperingati oleh dokter untuk berhati-hati dan harus menjaga suasana hatiku agar tetap tenang.
Aku hari ini malah bertindak sebaliknya.
Dengan diliputi rasa khawatir Zhou Ziyun pun bertanya: “Bayinya tidak apa-apa kan?”
Dokter menyipitkan matanya tajam dan menegurnya: “Apanya yang tidak apa-apa? Kamu ini sebagai suami apa kamu tidak bisa mejaga istrimu? Seorang wanita yang hamil itu mempertaruhkan nyawanya untuk mengandung anakmu. Jika kamu tidak bisa menjaganya dengan baik sudahlah tapi mengapa masih saja membuatnya marah dan tertekan.”
Dokter mengira pertengkaranya dengan Zhou Ziyun lah yang menyebabkan pendarahan ini.
Aku tak ingin Zhou Ziyun yang tidak melakukan apa-apa disalahkan seperti ini, dan aku pun berusaha menjelaskan, “Dok, dia bukan……”
Zhou Ziyun membantah. “Baik, kamu menegurku adalah hal yang benar, aku berjanji akan menjaganya baik-baik.”
Melihat emosi Zhou Ziyun sangat kalem dan tenang, hatiku merasa sangat ironis, seharusnya orang yang seharusnya ditegur adalah Cheng Jinshi.
Malahan Zhou Ziyun yang menggantikan posisinya.
Sebelum keluar dari ruang prakter dokter, Zhou Ziyun melepas jaketnya dan dengan hati-hati mengikatkannya di pinggangku untuk menutupi bekas darah yang menempel.
“Terima Kasih.”
Aku sangat berterimakasih untuk perhatian dan kepeduliannya.
Setelah mengambil obat, kami pun keluar dari rumah sakit membawaku makan dan akhirnya mengantarkanku pulang ke rumah.
“Aku malam ini akan tinggal dan tidur di sofa, kalau ada apa-apa tinggal panggil saja aku ya.”
Setelah kejadian ini, Zhou Ziyun menjadi lebih khawatir meninggalkanku sendiri dirumah.
Karena tak ingin dia khawatir lebih baik tidak menolak, “Okay, aku ambilkan selimut.”
Aku kembali ke kamar untuk mengambil selimut dan memberikannya kepadanya, sembari memberikan selimut padanya aku dengan tulus mengatakan: “Aku sangat berterimakasih padamu, tak hanya menyewakan rumah ini malahan membantuku dalam banyak hal……”
Dengan mata berkilat memandangiku, mata Zhou Ziyun berkilat terang seakan memancarkan cahaya, dengan nada mengejek menjawab: “Rumah ini aku sewakan ke siapa pun sama saja, jika kamu tidak menyetujuinya kemarin, aku lebih ingin memberikan rumah ini padamu.”
Aku tertawa hingga mengeluarkan air mata.
Hari berikutnya.
Baru saja bangun dan membuka pintu kamar, tiba-tiba seorang menerobos masuk dan memelukku, “Sayang, kamu pasti sangat rindu padaku!”
Ternyata dia Zhou Xueke.
Aku melepas pelukannya sembari terkekeh bertanya: “Kok cepat sekali sudah pulang?”
Zhou Xueke setiap pergi dinas keluar paling tidak sekitar sepuluh hari sampai setengah bulan.
Berbicara tentang hal ini pun menyulut emosinya, “Awalnya aku menerima telepon dari pihak kepolisian dan sudah memesan tiket pulang, dan mereka pun telah setuju. Hasilnya saat di bar aku minum hingga mabuk dengan beberapa pria. Esoknya bangun-bangun pesawat sudah take-off, dasar brengsek orang-orang itu.”
Dengarku sambil mengelus rambutnya, “Tak apa, aku disini baik-baik saja bukan?”
Aku melirik kearah ruang tamu, menyadari Zhou Ziyun tidak ada.
Xueke menyadari aku sedang mencari seseorang pun tertawa dan berkata: “Cari kakakku ya? Dia pagi-pagi tadi sudah pergi, katanya ada masalah. Sebelum pergi dia juga berpesan padaku untuk menjagamu, menemanimu.”
Hati pria ini sungguh penuh perhatian.
Jika saja aku bertemu denganya terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Cheng Jinshi, tanpa ragu aku pasti akan jatuh cinta padanya……
“Kamu hari ini hanya perlu dengan tenang mengikuti rencanaku, siang nanti kita pergi makan siang setelah itu pergi jalan-jalan dan berbelanja, Menenangkan hati.” Jelas Xueke dengan sangat teratur dan detail saat menjelaskan agenda hari ini.
“Baiklah, aku ikut saja denganmu.”
Cutiku dengan perusahaan tinggal sehari saja, dan sudah diatur sedemikian rupa olehnya.
Kami duduk selonjoran di sofa sambil mengobrol, aku pun menceritakan kejadian tentang mood-ku yang berantakan beberapa hari ini.
Bahkan masalahku dengan Cheng Jinshi pun aku ceritakan semua padanya.
Setelah mencurahkan semua isi hatiku padanya, hati dan perasaanku pun mejadi sedikit lega, setelah mendengar curhatanku dia merasa sedikit marah dan menjadi lebih yakin dengan rencananya untuk membawaku jalan-jalan untuk melegakan hatiku.
Siangnya, Xueke mendorongku ke kamar untuk segera berganti baju. Aku mengganti baju ku dengan kaos sederhana dan celana santai, melihatku memakai baju seperti itu Xueke pun menarikku kembali dan menyuruhku untuk berganti lagi dengan sebuah gaun.
“Manfaatkan"
“Masih hamil muda, belum terlalu kelihatan, seharusnya pakai pakaian yang lebih cantik. Nanti sebentar lagi perutmu akan membesar dan semua gaunmu tak muat lagi.” Kata Xueke sembari melihat-lihat lemari bajuku.
Suasana hatiku perlahan membaik, dan mengikuti kata Xueke untuk mengganti bajuku dengan sebuah gaun.
“Zhou Ziyun pemuda itu sepertinya menaruh hati padamu, aku tarik kembali kata-kataku kemarin. Aku juga menyadari dia memperlakukanmu dengan sepenuh hati, walaupun kamu tidak mencintainya, apa salahnya mencoba untuk sayang padanya.”
Sambil menyetir tiba-tiba Xueke mengeluarkan semua isi hati dan pikirannya.
“Justru karena dia terlalu baik kepadaku, tapi aku tak bisa membalas perasaanya, jadinya aku tidak mau membuang waktunya.” Balasku bergumam.
Xueke sama sekali tidak setuju dengan pendapatku, “Perasaan sayang bukannya memang sudah kodratnya seperti ini? Kamu terhadap Cheng Jinshi, Aku dengan Song Jing, Zhou Ziyun padamu…… Semua itu perasaan yang sama, sama-sama keinginan. Apa kamu pernah menyesal? Menyesal mengapa menikah dengan Cheng Jinshi?”
"Pernah menyesal?"
Aku tak bisa menjawab satu pertanyaan itu.
Xueke membuyarkan pikiranku, “Kamu tidak pernah berpikir tentang penyesalan, ya kan?”
Aku mengaku, “Tidak pernah.”
Beberapa tahun ini menikah dengan Cheng Jinshi, walaupun seakan berjalan diatas lapisan tipis es, tetapi masa-masa bahagia masih menang dibandingkan dengan masa-masa sedihnya.
Masa-masa mereka berbagi seporsi makanan merupakan kenangan indah bagi aku.
Sampai sekarang, walau pernikahan ini telah retak. Dia sama sekali tidak menyesal menikah dengan Cheng Jinshi.
Lagipula, Cheng Jinshi adalah orang yang pernah dicintainya.
“Jadi kesimpulannya, hubungan cinta ini, memang cukup hanya satu orang bersedia untuk mencintai dan satu orang lainnya rela untuk dicintai.” Simpul Xueke.
Satu orang bersedia untuk mencintai dan satu orang lainnya rela untuk dicintai.
Mungkin aku belum memikirkanya dengan jelas.
Xueke telah memesan tempat di salah satu restoran ternama, setelah makan pun Aku langsung diajak Xueke ke pusat perbelanjaan.
“Toko mereka sedang meluncurkan koleksi terbaru, ayo kita pergi lihat!” Ajak Xueke dengan mata berbinar saat dari jauh dia melihat etalase sebuah toko pakaian mewah.
“Yuk yuk yuk.”
Lagipula aku sendiri juga tidak berminat untuk belanja.
Xueke telah mencoba beberapa pakaian, tapi dia merasa tidak cocok dan kurang puas, terakhir dia pun mencoba sepatu.
“Yang ini tolong ambilkan nomor 36 ya.” Katanya kepada pelayan toko.
Mendengar itu aku pun langsung mendongakan kepala, ukuran kaki Xueke bukannya 37.
Dia pun menunduk melihatku dan tertawa, “Sepatu itu untuk kamu coba, hak-nya datar, sangat nyaman.”
Aku langsung menolak, “Tidak usah.”
Setelah mengurusi kakek, selain uang yang telah dikembalikan oleh rumah sakit, masih ada dua atau tiga puluh ribu uang tabungan, dan semua itu juga telah hampir habis kugunakan.
Sekarang aku hanya membawa sedikit uang, jangankan untuk membeli sepatu dengan merek ini, untuk membeli sehelai selendang sutranya saja uangku tidak cukup.
Untungnya selama ini aku berhemat, jadi sisa uangnya kali ini bisa bertahan sampai gajian dibulan depan.
“Tidak, kamu tetap harus mencobanya, aku sudah memilihnya dengan sangat lama.” Kata Xueke sambil berjalan kearahnya dan meletakan sepasang sepatu tersebut di samping kakinya, “Cepat coba.”
Aku pun tak punya pilihan dan melepaskan sepatuku untuk mencobanya.
Lagipula aku tak akan membelinya.
Tak disangka baru saja aku sepatu tersebut dipakai, Xueke langsung memangil pegawai toko, “Sepasang sepatu ini, Tolong bon-nya ya.”
Aku terkejut dan melihat ke Xueke, “Bon apa, aku tak akan beli.”
Xueke mencubit gemas wajahku, “Bukan kamu yang membelinya, melihat sepatu itu sungguh cocok dipakai olehmu, aku yang akan memberikannya padamu.”
“Aku juga tidak mau, aku tahu uangmu juga tidak mudah didapatkan.”
Setelah dia membuka Toko Online di Taobao memang uang yang didapatkan banyak, tetapi dia juga rajin dalam bekerja, seringkali pagi menjadi malam dibuatnya, bahkan jadwal makanya pun tidak teratur.
Xueke dengan nada tinggi menyanggah, “Aku memberikan ini untuk anak angkatku, kamu tidak ada hak untuk menolaknya, jika sepatu yang kamu pakai nyaman maka dia yang berada di perutmu juga akan ikut nyaman.”
Aku pun terbahak, “Sembarangan.”
Akhirnya, aku tak bisa menahannya untuk membeli sepatu itu.
Jika nanti aku sudah ada uang, aku akan membelikannya barang yang dia suka, dan kami akan impas.
“Halo, apakah kamu Ning Xi? Kami dari pihak kepolisian kota Nan, kami menyelidiki di aliran listrik di rumah sakit ternyata telah diputuskan pada malam kematian kakekmu. Bisakah kamu meluangkan waktu untuk ke kantor polisi?”
Ketika aku baru saja akan pulang, aku mendapat telepon dari kepolisian.
Novel Terkait
This Isn't Love
YuyuMenaklukkan Suami CEO
Red MapleAku bukan menantu sampah
Stiw boyPejuang Hati
Marry SuNikah Tanpa Cinta
Laura WangBretta’s Diary
DanielleCintaku Pada Presdir×
- Bab 1 Keributan Dalam Pesta Pernikahan
- Bab 2 Pertemuan Mendadak
- Bab 3 Identitas Yang Cukup Mengejutkan
- Bab 4 Kamu Telah Melewati Batas
- Bab 5 Ingin Melahirkan Anak
- Bab 6 Anak Mereka
- Bab 7 Akulah Orang Luar
- Bab 8 Bercerailah
- Bab 9 Pelampiasan dari Efek Alkohol
- Bab 10 Rahasia Song Jiamin
- Bab 11 Keributan Makan Malam
- Bab 12 Rusaknya Rem Mobil
- Bab 13 Apakah Kalian Pernah Melakukannya
- Bab 14 Pemberitahuan Berbahaya
- Bab 15 Aku Hamil
- Bab 16 Perceraian
- Bab 17 Aborsi
- Bab 18 Waktu Mengubah Semuanya
- Bab 19 Percintaan Mereka Yang Dalam Dan Kental
- Bab 20 Tamparan Balasan
- Bab 21 Uang Ini Cukup?
- Bab 22 Jinshi, Apakah kamu Percaya
- Bab 23 Jangan Jadikan Aku Pengganti
- Bab 24 Sengaja Ditabrak
- Bab 25 Menutupi Kemaluan Dengan Kemarahan
- Bab 26 Hubungan Apa Dengan Dia
- Bab 27 Terpergok Berzinah
- Bab 28 Ancaman
- Bab 29 Diam-Diam Mengangkat Teleponku
- Bab 30 Kehilangan Anakku
- Bab 31 Kamu Berencana Menukarnya dengan Apa
- Bab 32 Fakta Tentang Kematian Ibu
- Bab 33 Selingkuhan atau Kekasih?
- Bab 34 Mendapatkan Bukti
- Bab 35 Mati Di Tempat
- Bab 36 Dia Telah Kembali
- Bab 37 Temani Aku Tidur
- Bab 38 Hanya Kamu yang Menginginkanku
- Bab 39 Dia Tidak Boleh Berhasil
- Bab 40 Mendapatkan Kemalangan
- Bab 41 Pelacur Sok Suci
- Bab 42 Pemimpin Baru Proyek
- Bab 43 Pasangan Serasi
- Bab 44 Wanita Terbuang
- Bab 45 Tidak Mengizinkan
- Bab 46 Tidak Bisa Menyaingi
- Bab 47 Mengancam
- Bab 48 Mimpi Buruk Yang Tak Bisa Disingkirkan
- Bab 49 Merindukanmu
- Bab 50 Kakekku Pingsan
- Bab 51 Kakaknya Song Jiamin
- Bab 52 Rela Menunggu
- Bab 53 Merendahkan Dirinya Sendiri
- Bab 54 Dia Bukannya Tidak Pernah Menipu Aku
- Bab 55 Kenapa Bisa Begitu Kejam
- Bab 56 Cepat Atau Lambat Akan Menjadi Keluarga
- Bab 57 Ancaman Dari Ning Zhenfeng
- Bab 58 Kehidupan Dan Kematianmu.
- Bab 59 Kapan Kamu Bisa Mempercayaiku Sekali?
- Bab 60 Marah dan Sakit Hati
- Bab 61 Lelucon Ini Tidak Lucu
- Bab 62 Terserah Kamu Percaya Atau Tidak
- Bab 63 Siapapun Jangan Ada Yang Berharap Bisa Hidup Dengan Tenang
- Bab 64 Cheng Jin Shi, Aku Membencimu
- Bab 65 Mari Kita Bicara
- Bab 66 Meninggalkan Kota Nan
- Bab 67 Kakak Sepupumu Di Ranjangku
- Bab 68 Duri Dalam hati
- Bab 69 Siapa Yang Kamu Pilih
- Bab 70 Bukti Meyakinkan
- Bab 71 Aku Percaya Padamu
- Bab 72 Kita Masih Bisa Punya Anak
- Bab 73 Selangkah Menuju Kebenaran
- Bab 74 Pembunuhnya Adalah Dia
- Bab 75 Berbalik Memfitnahku
- Bab 76 Zhou Ziyun Menyelamatkanku
- Bab 77 Dia Dari Awal Sudah Membenciku
- Bab 78 Aku Benar Tidak Menyentuhmu
- Bab 79 Emosi
- Bab 80 Tuduhan Kejahatan Ini Sekalian Dihitung
- Bab 81 Apakah Semua Kebaikanmu Itu Palsu
- Bab 82 Salahkan Dirinya Sendiri
- Bab 83 Ning Xi Kamu Tidak Akan Bisa Melarikan Diri
- Bab 84 Memberikan Segala Yang Kamu Suka
- Bab 85 Berakhir Hari Ini
- Bab 86 Aku yang Membocorkan Desain
- Bab 87 Aku Bisa Memperbaiki Kesalahanku
- Bab 88 Kamu Sudah Dipecat
- Bab 89 Anakmu Segera Mempunyai Ibu Tiri
- Bab 90 Tuan Zhou Baik Pada Pacarnya
- Bab 91 Kembalikan Kunci Itu Kepadaku
- Bab 92 Orang Yang Ingin Aku Nikahi Hanya Kamu
- Bab 93 Buktikan Dulu Kepadaku
- Bab 94 Hari Ching Ming
- Bab 95 Pemilik Sebenarnya Adalah Cheng Jinshi
- Bab 96 Menyimpan Selingkuhan
- Bab 97 Dua garis
- Bab 98 Benar, Tetapi Tidak Ada Hubungannya Denganmu
- Bab 99 Juga Memberimu Kesempatan
- Bab 100 Ingin Menjadi Ayah Anak Orang Lain
- Bab 101 Identitas Tuan Fu
- Bab 102 Waspada Terhadap Nyonya
- Bab 103 Apa Hubunganmu Dengan Lin Zhi?
- Bab 104 Melihat Orang Lain Melalui Diriku.
- Bab 105 Aku Ingin Menikah Denganmu, Maukah Kamu Menikah Denganku ?
- Bab 106 Mana Mungkin Ada Jika
- Bab 107 Karena Uang
- Bab 108 Diduga Membunuh Kakek
- Bab 109 Bantuan Dalam Investigasi
- Bab 110 Ayo, Kita Pulang Rumah
- Bab 111 Benarkah Bisa Memulai Dari Awal
- Bab 112 Coba Saja !
- Bab 113 Satu Orang Bersedia Untuk Mencintai Dan Satu Orang Lainnya Rela Untuk Dicintai
- Bab 114 Pelanggan Jinshi
- Bab 115 Jam Tujuh, Aku Menunggumu
- Bab 116 Dia Sangat Cocok Denganmu, Dan Aku Juga Sangat Menyukainya
- Bab 117 Satunya Sedang Ribut, Satunya Sedang Tertawa
- Bab 118 Kamu Harus Keluar Dengan Selamat
- Bab 119 Sekali Berani Membuka Mulut, Maka Sudah Tidak Ada Jalan Kembali
- Bab 120 Sebagai Balasan
- Bab 121 Semakin Panik, Semakin Bingung
- Bab 122 Aku Bukan Orang Yang Ada Di Hatinya
- Bab 123 Kamu Jangan Berpikir Mau Mengambil
- Bab 124 kamu Tidak Perlu Mengkhayal Aku Sebagai Musuh Cintamu
- Bab 125 Di Dunia Ini Ternyata Ada Ayah Seperti Dirimu
- Bab 126 Satu Keluarga yang Tidak Waras!
- Bab 127 Kamu Ingin melepaskan Proyek Ini?
- Bab 128 Jika Aku Adalah Kamu, Aku Lebih Baik Pergi Mati Saja.
- Bab 129 Apakah Kamu Hamil?
- Bab 130 Menggugurkan Anak
- Bab 131 Dia Memeluk Seorang Anak
- Bab 132 Menikah Kembali Adalah Pertunjukkan Tunggalku
- Bab 133 Meskipun Lautan Api, Aku Juga Harus Pergi
- Bab 134 Suamimu Tampan Sekali
- Bab 135 Semua Pesan Anonim Dikirim Olehnya
- Bab 136 Sesuatu Terjadi Pada Zhou Ziyun
- Bab 137 Kembali Ke Keluarga Cheng
- Bab 138 Ibu Akan Membawamu Pulang
- Bab 139 Pulanglah Denganku?
- Bab 140 Mencintaimu? Jangan Bermimpi!
- Bab 141 Pernikahan Kontrak
- Bab 142 Berdasarkan Apa Aku Menarik Tuntutan
- Bab 143 Dihukum Mati
- Bab 144 Kamu Benar-Benar Harus Berterima Kasih Kepada Kakak Yu Min
- Bab 145 Apakah Kamu Sudah Selesai Memarahi Aku?
- Bab 146 Apakah Begitu Memalukan
- Bab 147 Tidak Mengerti Apa Yang Sedang Dia Pikirkan
- Bab 148 Sudah Merepotkanmu Mengantar Suamiku Pulang
- Bab 149 Bertemu Shen Yanting Untuk Pertama Kalinya
- Bab 150 Aku Adalah Suamimu!
- Bab 151 Semakin Dijelaskan, Semakin Ditutupi Semakin Terkuak
- Bab 152 Memang Berbeda Seperti Bumi Dan Langit
- Bab 153 Kelinci Kalau Marah Juga Bisa Gigit Orang
- Bab 154 Apa Khawatir Dia Cemburu?
- Bab 155 Tetap Saja Disapu Keluar
- Bab ke-156 Setidaknya hati ini tidak resah jika tidak melihatnya
- Bab ke-157 Menjual Seumur Hidupku Lagi Untukmu?
- Bab ke-158 Seumur hidup ini kamu tidak akan bisa kabur kemanapun
- Bab 159 Apakah kamu tidak merasa dia mirip seseorang
- Bab 160 Ingin Menggantikan Orang Kesayanganmu Untuk Kecewa?
- Bab 161 Ya, Ini Adalah Rumah Kalian
- Bab 162 Cheng Jinshi, Sampai Jumpa di Biro Urusan Sipil
- Bab 163 Aku Sengaja Membawa Pergi!
- Bab 164 Ketakutan Akibat Dugaan yang Salah
- Bab 165 Sama Sekali Tidak Ada Hubungannya dengan Aku
- Bab 166 Aku sama sekali tidak percaya
- Bab 167 Aku Lihat Siapa Yang Berani
- Bab 168 Menggoda Pria Mana Pun
- Bab 169 Tante, itu karena dia pantas ditampar
- Bab 170 Tidak Ingin Berjalan Di Atas Es Tipis Lagi
- Bab 171 Ini Adalah Calon Istriku
- Bab 172 Kamu Juga Harus Bahagia
- Bab 173 Kita Bukanlah Orang Yang Sama
- Bab 174 Semua Sudah Berubah Menjadi Lelucon
- Bab 175 Ancaman Dirinya
- Bab 176 Aku Tidak Tertarik
- Bab 177 Aku Hanya Sekedar Ingin Membantumu
- Bab 178 Sekarang Aku Memberikan Kesempatan Padamu
- Bab 179 Aku Sangat Menyukai Dirimu yang Begitu Munafik
- Bab 180 Sangat Mengejutkan
- Bab 181 Mungkin Akan Meninggal
- Bab 182 Apakah Kamu Sudah Puas Sekarang?
- Bab 183 Lemah Dengan Perlakuan Lembut
- Bab 184 Haruskah Kamu Mengucapkan Kata-Kata Dengan Duri?
- Bab 185 Tidak Layak Untuk Menerimanya
- Bab 186 Petunjuk
- Bab 187 Dia Lebih Buruk Dari Wanita Jalang
- Bab 188 Harapan yang Dikancingkan Padaku
- Bab 189 Memberi Kompenassi 100 Miliar
- Bab 190 Kamu Harus Ingat Siapa Dirimu!
- Bab 191 Protagonis Dalam Cerita Itu Adalah Aku
- Bab 192 Apakah Kamu Sudah Cukup Dengan Permainanmu?
- Bab 193 Dia Mencabut Gugatan, Kita Mengajukan Gugatan
- Bab 194 Menjauhlah Dari Tunanganku!
- Bab 195 Aku Telah Diikuti Oleh Seseorang Selama 24 Jam
- Bab 196 Aku Pasti Tidak Akan Melepaskanmu!
- Bab 197 Tanda Tangani Itu, Aku Baru Biarkan Kamu Pergi
- Bab 198 Sangat Marah
- Bab 199 Melihat Sedikit Harapan Kemenangan
- Bab 200 Sedangkan Aku, Juga Tidak Ingin Menyesuaikan Kamu Lagi
- Bab 201 : Yang Penting Kamu Tidak Merasa Malu
- Bab 202 Menurutku Dia Seperti Nenek Moyang!
- Bab 203 Cepat Atau Lambat Akan Membuatmu Kehilangan Segalanya
- Bab 204 Tetapi Aku Memiliki Satu Syarat
- Bab 205 Seperti Mimpi Yang Langsung Menghilang Dalam Sekejap
- Bab 206 Sungguh Bagus Sekali Rencana Kalian
- Bab 207 Aku Sangat Merindukanmu
- Bab 208 Mungkin Berakibat Fatal
- Bab 209 Kamu Pergi Mati Saja
- Bab 210 Aku Kira Kamu Tidak Akan Datang
- Bab 211: Makan Bersama Ini, Tidaklah Sesederhana Itu
- Bab 212: Aku Merasa Darahku Menjadi Dingin
- Bab 213: Tidak Ada Jalan Yang Bisa Ditempuh Lagi
- Bab 214: Berbisnis Seperti Di Medan Perang
- Bab 215 Aku Mengatakan Suruh Kamu Pergi
- Bab 216: Apakah Ada Masalah Yang Kamu Sembunyikan Dariku
- Bab 217 Aku Tidak Bisa Membiarkan Apa Yang Dia Inginkan Terjadi
- Bab 218 Dalam Satu Detik Menampar Wajah
- Bab 219 Sayang, Selamat Ulang Tahun
- Bab 220 Maaf Aku Terlambat Pulang
- Bab 221 Aku Tidak Perlu Kamu Bekerja Terlalu Keras
- Bab 222 Tangan Memanas
- Bab 223 : Mungkinkah Kamu Yang Melakukannya
- Bab 224 : Karena Ada orang Melakukan Terlalu Banyak Hal Buruk
- Bab 225 Membayar Dengan Harga Yang Menyakitkan
- Bab 226 Membuatku Tidak Bisa Lari Kemanapun
- Bab 227 Semuanya Tidak Benar
- Bab 228 Percayakah Kamu?
- Bab 229 Apakah Kamu Tidak Punya Hati?
- Bab 230 Siapakah Orang Itu
- Bab 231 Apakah Kamu Tidak Merasa Dirimu Munafik?
- Bab 232 Pasti Ada Yang Salah
- Bab 233 Serigala Di Depan, Harimau Di Belakang
- Bab 234 Percobaan
- Bab 235 Permintaan Maaf Hanya Alasan Saja
- Bab 236 Pertentangan Ini Tidak Baik Bagi Semua Orang
- Bab 237 Jangan Kamu Berharap Ada Lain Kali
- Bab 238 Apakah Kamu Bisa Menukar Pria Yang Kamu Sukai
- Bab 239 Memiliki Hubungan
- Bab 240 Akankah Kamu Bersama Dengannya?
- Bab 241 Semuanya Terlalu Dramatis
- Bab 242 Sekarang, Sudah Tidak Penting
- Bab 243 Kalau Aku Menginginkannya
- Bab 244 Bagaimana Aku Bisa Tenang
- Bab 245 Semakin Ditakutkan Semakin Menjadi Kenyataan
- Bab 246 Dia Keguguran
- Bab 247 Bagaimana Jika Aku Menikah Dengannya?
- Bab 248 Kembali Untuk Memberikanmu Sebuah Hadiah
- Bab 249: Membalikkan Semua Argumen
- Bab 250: Aku Adalah Jimat Perlindunganmu
- Bab 251 Tidak Baik Jika Dilihat Oleh Pacarmu