Cintaku Pada Presdir - Bab 113 Satu Orang Bersedia Untuk Mencintai Dan Satu Orang Lainnya Rela Untuk Dicintai

Dokter pun segera datang, melihat pendarahanku dokter pun segera mulai memeriksa keadaanku.

Dalam sekejap langit diluar pun telah menggelap.

Dokter dengan serius menyimpulkan, “Perubahan suasana hati yang sangat signifikan dan tidak stabil menyebabkan keadaan janin tidak stabil. Usia kehamilan tiga bulan pertama sangatlah rawan dan penting, bagaimana bisa kamu tidak hati-hati?”

Aku pun menyalahkan diriku sendiri. Kemarin di ruangan UGD juga telah diperingati oleh dokter untuk berhati-hati dan harus menjaga suasana hatiku agar tetap tenang.

Aku hari ini malah bertindak sebaliknya.

Dengan diliputi rasa khawatir Zhou Ziyun pun bertanya: “Bayinya tidak apa-apa kan?”

Dokter menyipitkan matanya tajam dan menegurnya: “Apanya yang tidak apa-apa? Kamu ini sebagai suami apa kamu tidak bisa mejaga istrimu? Seorang wanita yang hamil itu mempertaruhkan nyawanya untuk mengandung anakmu. Jika kamu tidak bisa menjaganya dengan baik sudahlah tapi mengapa masih saja membuatnya marah dan tertekan.”

Dokter mengira pertengkaranya dengan Zhou Ziyun lah yang menyebabkan pendarahan ini.

Aku tak ingin Zhou Ziyun yang tidak melakukan apa-apa disalahkan seperti ini, dan aku pun berusaha menjelaskan, “Dok, dia bukan……”

Zhou Ziyun membantah. “Baik, kamu menegurku adalah hal yang benar, aku berjanji akan menjaganya baik-baik.”

Melihat emosi Zhou Ziyun sangat kalem dan tenang, hatiku merasa sangat ironis, seharusnya orang yang seharusnya ditegur adalah Cheng Jinshi.

Malahan Zhou Ziyun yang menggantikan posisinya.

Sebelum keluar dari ruang prakter dokter, Zhou Ziyun melepas jaketnya dan dengan hati-hati mengikatkannya di pinggangku untuk menutupi bekas darah yang menempel.

“Terima Kasih.”

Aku sangat berterimakasih untuk perhatian dan kepeduliannya.

Setelah mengambil obat, kami pun keluar dari rumah sakit membawaku makan dan akhirnya mengantarkanku pulang ke rumah.

“Aku malam ini akan tinggal dan tidur di sofa, kalau ada apa-apa tinggal panggil saja aku ya.”

Setelah kejadian ini, Zhou Ziyun menjadi lebih khawatir meninggalkanku sendiri dirumah.

Karena tak ingin dia khawatir lebih baik tidak menolak, “Okay, aku ambilkan selimut.”

Aku kembali ke kamar untuk mengambil selimut dan memberikannya kepadanya, sembari memberikan selimut padanya aku dengan tulus mengatakan: “Aku sangat berterimakasih padamu, tak hanya menyewakan rumah ini malahan membantuku dalam banyak hal……”

Dengan mata berkilat memandangiku, mata Zhou Ziyun berkilat terang seakan memancarkan cahaya, dengan nada mengejek menjawab: “Rumah ini aku sewakan ke siapa pun sama saja, jika kamu tidak menyetujuinya kemarin, aku lebih ingin memberikan rumah ini padamu.”

Aku tertawa hingga mengeluarkan air mata.

Hari berikutnya.

Baru saja bangun dan membuka pintu kamar, tiba-tiba seorang menerobos masuk dan memelukku, “Sayang, kamu pasti sangat rindu padaku!”

Ternyata dia Zhou Xueke.

Aku melepas pelukannya sembari terkekeh bertanya: “Kok cepat sekali sudah pulang?”

Zhou Xueke setiap pergi dinas keluar paling tidak sekitar sepuluh hari sampai setengah bulan.

Berbicara tentang hal ini pun menyulut emosinya, “Awalnya aku menerima telepon dari pihak kepolisian dan sudah memesan tiket pulang, dan mereka pun telah setuju. Hasilnya saat di bar aku minum hingga mabuk dengan beberapa pria. Esoknya bangun-bangun pesawat sudah take-off, dasar brengsek orang-orang itu.”

Dengarku sambil mengelus rambutnya, “Tak apa, aku disini baik-baik saja bukan?”

Aku melirik kearah ruang tamu, menyadari Zhou Ziyun tidak ada.

Xueke menyadari aku sedang mencari seseorang pun tertawa dan berkata: “Cari kakakku ya? Dia pagi-pagi tadi sudah pergi, katanya ada masalah. Sebelum pergi dia juga berpesan padaku untuk menjagamu, menemanimu.”

Hati pria ini sungguh penuh perhatian.

Jika saja aku bertemu denganya terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Cheng Jinshi, tanpa ragu aku pasti akan jatuh cinta padanya……

“Kamu hari ini hanya perlu dengan tenang mengikuti rencanaku, siang nanti kita pergi makan siang setelah itu pergi jalan-jalan dan berbelanja, Menenangkan hati.” Jelas Xueke dengan sangat teratur dan detail saat menjelaskan agenda hari ini.

“Baiklah, aku ikut saja denganmu.”

Cutiku dengan perusahaan tinggal sehari saja, dan sudah diatur sedemikian rupa olehnya.

Kami duduk selonjoran di sofa sambil mengobrol, aku pun menceritakan kejadian tentang mood-ku yang berantakan beberapa hari ini.

Bahkan masalahku dengan Cheng Jinshi pun aku ceritakan semua padanya.

Setelah mencurahkan semua isi hatiku padanya, hati dan perasaanku pun mejadi sedikit lega, setelah mendengar curhatanku dia merasa sedikit marah dan menjadi lebih yakin dengan rencananya untuk membawaku jalan-jalan untuk melegakan hatiku.

Siangnya, Xueke mendorongku ke kamar untuk segera berganti baju. Aku mengganti baju ku dengan kaos sederhana dan celana santai, melihatku memakai baju seperti itu Xueke pun menarikku kembali dan menyuruhku untuk berganti lagi dengan sebuah gaun.

“Manfaatkan"

“Masih hamil muda, belum terlalu kelihatan, seharusnya pakai pakaian yang lebih cantik. Nanti sebentar lagi perutmu akan membesar dan semua gaunmu tak muat lagi.” Kata Xueke sembari melihat-lihat lemari bajuku.

Suasana hatiku perlahan membaik, dan mengikuti kata Xueke untuk mengganti bajuku dengan sebuah gaun.

“Zhou Ziyun pemuda itu sepertinya menaruh hati padamu, aku tarik kembali kata-kataku kemarin. Aku juga menyadari dia memperlakukanmu dengan sepenuh hati, walaupun kamu tidak mencintainya, apa salahnya mencoba untuk sayang padanya.”

Sambil menyetir tiba-tiba Xueke mengeluarkan semua isi hati dan pikirannya.

“Justru karena dia terlalu baik kepadaku, tapi aku tak bisa membalas perasaanya, jadinya aku tidak mau membuang waktunya.” Balasku bergumam.

Xueke sama sekali tidak setuju dengan pendapatku, “Perasaan sayang bukannya memang sudah kodratnya seperti ini? Kamu terhadap Cheng Jinshi, Aku dengan Song Jing, Zhou Ziyun padamu…… Semua itu perasaan yang sama, sama-sama keinginan. Apa kamu pernah menyesal? Menyesal mengapa menikah dengan Cheng Jinshi?”

"Pernah menyesal?"

Aku tak bisa menjawab satu pertanyaan itu.

Xueke membuyarkan pikiranku, “Kamu tidak pernah berpikir tentang penyesalan, ya kan?”

Aku mengaku, “Tidak pernah.”

Beberapa tahun ini menikah dengan Cheng Jinshi, walaupun seakan berjalan diatas lapisan tipis es, tetapi masa-masa bahagia masih menang dibandingkan dengan masa-masa sedihnya.

Masa-masa mereka berbagi seporsi makanan merupakan kenangan indah bagi aku.

Sampai sekarang, walau pernikahan ini telah retak. Dia sama sekali tidak menyesal menikah dengan Cheng Jinshi.

Lagipula, Cheng Jinshi adalah orang yang pernah dicintainya.

“Jadi kesimpulannya, hubungan cinta ini, memang cukup hanya satu orang bersedia untuk mencintai dan satu orang lainnya rela untuk dicintai.” Simpul Xueke.

Satu orang bersedia untuk mencintai dan satu orang lainnya rela untuk dicintai.

Mungkin aku belum memikirkanya dengan jelas.

Xueke telah memesan tempat di salah satu restoran ternama, setelah makan pun Aku langsung diajak Xueke ke pusat perbelanjaan.

“Toko mereka sedang meluncurkan koleksi terbaru, ayo kita pergi lihat!” Ajak Xueke dengan mata berbinar saat dari jauh dia melihat etalase sebuah toko pakaian mewah.

“Yuk yuk yuk.”

Lagipula aku sendiri juga tidak berminat untuk belanja.

Xueke telah mencoba beberapa pakaian, tapi dia merasa tidak cocok dan kurang puas, terakhir dia pun mencoba sepatu.

“Yang ini tolong ambilkan nomor 36 ya.” Katanya kepada pelayan toko.

Mendengar itu aku pun langsung mendongakan kepala, ukuran kaki Xueke bukannya 37.

Dia pun menunduk melihatku dan tertawa, “Sepatu itu untuk kamu coba, hak-nya datar, sangat nyaman.”

Aku langsung menolak, “Tidak usah.”

Setelah mengurusi kakek, selain uang yang telah dikembalikan oleh rumah sakit, masih ada dua atau tiga puluh ribu uang tabungan, dan semua itu juga telah hampir habis kugunakan.

Sekarang aku hanya membawa sedikit uang, jangankan untuk membeli sepatu dengan merek ini, untuk membeli sehelai selendang sutranya saja uangku tidak cukup.

Untungnya selama ini aku berhemat, jadi sisa uangnya kali ini bisa bertahan sampai gajian dibulan depan.

“Tidak, kamu tetap harus mencobanya, aku sudah memilihnya dengan sangat lama.” Kata Xueke sambil berjalan kearahnya dan meletakan sepasang sepatu tersebut di samping kakinya, “Cepat coba.”

Aku pun tak punya pilihan dan melepaskan sepatuku untuk mencobanya.

Lagipula aku tak akan membelinya.

Tak disangka baru saja aku sepatu tersebut dipakai, Xueke langsung memangil pegawai toko, “Sepasang sepatu ini, Tolong bon-nya ya.”

Aku terkejut dan melihat ke Xueke, “Bon apa, aku tak akan beli.”

Xueke mencubit gemas wajahku, “Bukan kamu yang membelinya, melihat sepatu itu sungguh cocok dipakai olehmu, aku yang akan memberikannya padamu.”

“Aku juga tidak mau, aku tahu uangmu juga tidak mudah didapatkan.”

Setelah dia membuka Toko Online di Taobao memang uang yang didapatkan banyak, tetapi dia juga rajin dalam bekerja, seringkali pagi menjadi malam dibuatnya, bahkan jadwal makanya pun tidak teratur.

Xueke dengan nada tinggi menyanggah, “Aku memberikan ini untuk anak angkatku, kamu tidak ada hak untuk menolaknya, jika sepatu yang kamu pakai nyaman maka dia yang berada di perutmu juga akan ikut nyaman.”

Aku pun terbahak, “Sembarangan.”

Akhirnya, aku tak bisa menahannya untuk membeli sepatu itu.

Jika nanti aku sudah ada uang, aku akan membelikannya barang yang dia suka, dan kami akan impas.

“Halo, apakah kamu Ning Xi? Kami dari pihak kepolisian kota Nan, kami menyelidiki di aliran listrik di rumah sakit ternyata telah diputuskan pada malam kematian kakekmu. Bisakah kamu meluangkan waktu untuk ke kantor polisi?”

Ketika aku baru saja akan pulang, aku mendapat telepon dari kepolisian.

Novel Terkait

This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu