Cintaku Pada Presdir - Bab 39 Dia Tidak Boleh Berhasil

Bab 39 Dia Tidak Boleh Berhasil

Dia memberhentikanku dan menatapku sangat dekat. Suaranya serak dan berat: “Ningxi, kamu belum sadar juga, sebenarnya apa yang telah terjadi?

Aku seakan disirim air dingin olehnya. Tanganku diam dan aku menunduk lemas.

Benar, aku belum sadar.

Dia adalah mantan suamiku. Mengapa aku mencari ketenangan dari dirinya saat menghadapi masalah.

Aku berusaha menyembunyikan perasaanku. Aku melepaskan sepatu hak tinggiku dan kembali tenang: “Ada apa datang larut malam kemari?”

Dia mendekat ke pinggir sofa dan mengeluarkan sebatang rokok. Dia menunduk dan menghisap rokoknya kemudian bertanya: “Kalian menjamu Zhang Haotian makan malam apa untuk mendapatkan tanah Hualin itu?”

“Benar.”

Aku tidak ingin menyembunyikan masalah ini darinya. Karena masalah ini memang tidak bisa disembunyikan darinya, aku hanya bisa mengakuinya.

Dia melipat kakinya dan menatapku: “Kamu tadi minta maaf padanya dan dia telah menyulitkanmu, kan?”

Aku menjawab jujur: “Aku tidak bertemu dengannya saat kembali.”

Dia melihat ke bawah, menghisap rokoknya dan berkata: “Tidak usah minta maaf padanya.”

“Tidak bisa, jika aku tidak minta maaf padanya dia akan melakukan hal yang akan mempengaruhi tender perusahaan kami.”Aku juga tidak mau berbuat demikian, tapi hanya itu yang bisa aku lakukan.

Dia melihatku dan berkata dengan datar: “Bos tender proyek akan diganti.”

Aku tertegun dan bingung: “Diganti?”

Mengapa tiba-tiba diganti?

Dia kemudian mematikan rokoknya: “Baiklah, jadi jangan buang waktumu untuk Zhang Haotian.”

Aku bernafas lega. Perilaku Zhang Haotian sangat menjijikan. Jika aku meminta maaf padanya, mungkin dia akan mengajukan persyaratan.

Sebenarnya aku ingin berterima kasih padanya, tapi tidak satu kata pun yang keluar.

Kemunculan tiba-tiba Song Yang telah merusak kehidupanku. Dia juga mengingatkanku dengan kematian Song Jiamin.

Hatiku kacau. Dia kemudian berkata: “Kamu kerja di PT. Dongchen saja, terserah kamu ingin menempati posisi apa, jangan bekerja dengan Zhou Ziyun lagi.”

Dia mulai lagi.

Aku menjilat lidahku dan berkata dengan serius: “Cheng Jinshi, kamu seharusnya lebih mengerti dariku. Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa, kamu tidak bisa mengaturku. Dan kamu jangan datang ke rumahku lagi.”

Tidak mudah bagiku untuk lepas darinya, maka aku tidak boleh berhubungan lagi dengannya.

Dan lagi, Song Jiamin sudah mati, orang yang masih hidup tidak bisa mengalahkan orang yang sudah mati.

Aku sendiri yang akan terluka jika masih terus mendekati Cheng Jinshi.

Dia mendekat padaku dengan raut wajah penuh emosi: “Aku sudah pernah mengatakannya padamu, Zhou Ziyun tidak semudah itu, dia pasti punya maksud mendekatimu.”

Aku tidak tahu apa yang terjadi antara mereka berdua, tapi Zhou Ziyun sudah membantuku.

Saat aku membutuhkan pertolongan, dia sudah mengantarku ke rumah sakit.

Aku melihatnya dengan tegas dan mencibir: “Dia punya maksud lain? Bagaimana denganmu, saat di kantor polisi, kamu curiga aku ada sangkut pautnya dengan kematian Song Jiamin bukan? Sekarang kamu memintaku untuk kerja di PT. Dongchen, apa maksudmu?”

Aku merasa sakit hati saat mengingat hal ini. Selain Ibuku, Song Jiamin juga telah membunuh anakku. Mengapa Cheng Jinshi masih tidak tersentuh hatinya.

Dia mengusap pelipisnya, nada bicaranya terdengar berat: “Aku bukan curiga padamu, aku hanya khawatir kamu terlibat dengan hal ini.”

Aku penasaran, bukan kah Song Jiamin bunuh diri, mengapa sepertinya masalah ini menjadi sangat rumit.

Aku bertanya: “Apa maksudnya?”

Dia melihat ke luar jendela, pinggir wajahnya terlihat kaku dan dia berkata: “Tidak ada apa-apa, setelah masalah ini selesai aku akan memberitahumu.”

Aku semakin penasaran dengan maksudnya, jangan-jangan ada rahasia lain lagi di belakang semua ini?

Tapi bagaimanapun aku bertanya, dia selalu memotong pembicaraanku.

Aku hilang kesabaran: “Ya sudah kalau tidak mau bicara, kamu boleh pergi sekarang, aku sudah mau tidur.”

“Baiklah.”

Dia langsung pergi tanpa bicara.

Hatiku terasa kosong saat melihat dia pergi. Aku mengingatkan diriku sendiri, kita telah berpisah dan yang aku lakukan sudah benar.

Aku menghela nafas dan berbalik ke kamar kemudian mandi dan tidur.

Awalnya aku berpikir kemunculan Song Yang akan menjadi mimpi buruk bagiku, tapi aku langsung terlelap setelah menempel dengan bantal.

Mungkin karena aku terlalu banyak minum, atau karena...Aku bertemu dengannya saat pulang ke rumah.

……

Hari ini, aku menerima surat diterima oleh SMA terbaik di Kota Nan. Ibuku sangat gembira, dia menyiapkan masakan yang sangat banyak untuk merayakan keberhasilanku.

Kebetulan sedang liburan musim panas, Song Jiamin dan kakaknya Song Yang juga datang ke rumahku untuk merayakannya bersama.

Aku sangat senang berhasil diterima di SMA impianku, aku mengangkat gelas bir dengan sedikit kelimpungan.

Ibuku juga mengizinkanya karena di minum di rumah sendiri. Jika mabuk maka akan tidur di rumah, tidak akan terjadi apa-apa.

Di tengah acara, Ibuku menerima telepon dari Ayahku. Dia meminta Ibuku kembali ke kantor karena ada ketidakcocokan antara kas perusahaan.

Dia menutup telepon dan pergi. Saat akan pergi dia mengingatkanku untuk tidak minum banyak karena bisa sakit.

Aku mengangguk. Sebenarnya aku sudah sedikit pusing, aku bersiap untuk kembali ke kamar dan tidur.

Siapa sangka, Song Jiamin menarikku dan memintaku untuk menemaninya makan sebentar lagi.

Saat itu aku masih tidak tahu watak aslinya, aku menganggapnya sebagai kakak dan tidak curiga dengannya.

Aku duduk dan minum beberapa gelas lagi sampai aku tidak kuat lagi dan naik ke atas untuk tidur.

Aku tidur lelap. Setelah itu, tubuhku terasa dingin, ada sepasang tangan yang meraba tubuhku.

Kepalaku semakin pusing, aku melambaikan tangan dengan mata terpejam dan berkata: “Siapa kamu? Jangan sentuh aku...”

Orang tersebut berhenti sebentar dan mulai meraba lagi. Aku berusaha membuka mataku, aku tertegun saat melihat apa yang ada di hadapanku.

Bajuku telah terlepas dan resleting celana jins-ku juga dalam kondisi terbuka... Song Yang berlutut di samping tubuhku dengan kemeja yang berantakan, tatapannya penuh dengan hawa nafsu seperti seorang psikopat.

“AAAA!”Aku teriak kencang dan berusaha sekuat tenaga untuk lepas darinya.

Saat menyadari aku telah sadar, dia berusaha untuk mengendalikanku. Tangannya menutup mulutku dan dia berkata dengan lembut: “Ningxi, jangan teriak, aku akan membuatmu nyaman...”

Selesai bicara, ada benda yang keras menusuk di bagian perutku yang tertutup kain celana.

Walaupun masih polos, tapi aku bisa menebak apa itu.

Aku merasa jijik dan langsung menangis. Aku melotot dan menggelengkan kepala dengan sekuat tenaga, aku membutuhkan pertolongan... Di rumah ada pembantu, jika aku berteriak, maka akan ada yang membantuku.

Tapi aku tidak dapat berteriak, aku terlalu banyak minum dan tubuhku menjadi lemas.

Dia menyadarinya dan melepaskan tanganku. Dia menutup mulutku agar aku tidak berteriak.

Tangannya mulai melepaskan celanaku ke arah bawah. Aku menggoyangkan pinggangku untuk melawannya.

Dia tersenyum tidak tahu malu: “Apa kamu tahu, semakin kamu melawan, aku semakin ingin mendapatkanmu.”

Tidak bisa, ini tidak boleh terjadi……

Jika dia berhasil, maka hidupku akan hancur.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu