Cintaku Pada Presdir - Bab 115 Jam Tujuh, Aku Menunggumu

Aku menggigit bibirku, berpikir apa yang akan kutanyakan pada Song Jing, lagi-lagi aku tidak bisa mengatakannya.

Siapakah aku untuk bertanya?

Raut waja Xueke sedikit menghangat, dengan dingin berkata pada Song Jing: “Apa yang kamu khawatirkan?”

Song Jing tidak bisa melakukan apa-apa, tidak kuasa menahan kesedihannya, “Nyonya Besar, bebaskanlah aku! Aku benar-benar ada urusan, harus pergi terlebih dahulu.”

“Baiklah baiklah, pergilah.” Xueke berkata dengan kesal.

Dengan cepat Song Jing pergi dan bayang-bayangnya segera menghilang.

Aku dan Xueke bersama-sama kembali ke rumah, hari kedua, kami mulai sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Aku mengantarnya dia terlebih dahulu ke tempat kerjanya, baru kembali ke tempat toko online.

Karena ijin selama beberapa hari, begitu aku tiba di tempat kerja, rekan kerjaku di resepsionis, Xiao Yuan, berlari mendatangiku dengan penuh perhatian, “Xiao Xi, tiba-tiba kamu ijin cukup lama, tidak ada apa-apa, kan?”

Saat aku ijin, tidak menjelaskan kalau aku libur berduka, semua rekan kerjaku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Sekarang kakek sudah tenang di dalam kuburnya, aku juga tidak ingin membicarakannya lagi, lekas tersenyum, “Tidak apa-apa.”

“Selamat pagi! Apakah semua sudah sarapan?” Suara seorang wanita yang ceria terdengar dari pintu masuk.

Rekan kerja yang masih belum mulai serius bekerja, secara tidak sengaja semua wajah secara bersamaan menoleh dan tersenyum, termasuk aku dan Xiao Yuan.

Seorang wanita yang berbusana manis datang masuk, kedua tangannya menjinjing dua bungkusan plastik penuh, “Aku membawakan kalian sarapan, datanglah berbagi.”

“Oh Nonaku, kamu sungguh cantik dan baik hati!”

“Pas sekali aku belum makan sarapan, sungguh lapar……”

“Xi Ya, kapan kamu kembali ke tanah air?”

Para rekan kerja satu persatu datang menghampiri, bisa terlihat, mereka cukup akrab dengan wanita yang disapa Xi Ya ini.

Aku sudah makan sarapan, jadi aku tidak pergi menghampiri.

Aku mengeluarkan USB dari dalam tasku, memindahkan data revisi desain yang didesain ulang berdasarkan masukan dari Fu Songhe, bersiap meyakinkan sekali lagi adakah detail yang harus diubah, jika tidak aku akan mengirimkannya pada Fu Songhe.

“Sayang!”

Ketika aku menundukkan kepalaku pada pekerjaan, tiba-tiba Xi Ya berlari menghampiri, memanggil di sisi telingaku.

Aku sangat terkejut, memelototi dia, sedikit terpaku, “Kamu, kamu memanggilku?”

Sepertinya aku tidak mengenalnya.

Ia cemberut dengan kecewa, “Kamu tidak mengingatku?”

Aku terbatuk, benar-benar tidak teringat, tapi melihat dirinya yang begitu kasihan, aku pun sungkan untuk berbicara, hanya bisa berusaha mengingat-ingat ……

“Baiklah, sepertinya kamu benar-benar lupa, tapi tidak apa! Aku bisa mengingatkanmu, belum lama ini di acara pertemuan bisnis, aku tidak sengaja tersandung, menumpahkan anggur pada tubuhmu ……” ia mengingatkan.

“A, aku ingat! Itu kamu?”

Aku langsung teringat kembali!

Saat itu ketika sedang menemani Zhou Ziyun menghadiri pertemuan, ia menumpahkan anggur di tubuhku, lalu membawaku ke kamar dan menganti pakaianku dengan sebuah gaun mewah bermerek.

Ia mengangguk dengan semangat, matanya bersinar, tanpa keraguan, “Betul betul betul, akhirnya kamu mengingatnya.”

Aku sedikit merasa bersalah, “Maaf, akhir-akhir ini cukup banyak urusan, jadi otakku tidak bisa bekerja dengan cepat.”

“Tidak apa tidak apa, seharusnya aku yang meminta maaf ……” Ucapnya sambil menundukkan kepala merasa bersalah.

“Tidak apa-apa, cuma tersiram sedikit anggur saja, masalah kecil, tidak usah dimasukan ke hati.”

Kupikir ia masih meminta maaf atas masalah itu.

Ia mengibaskan tangannya, “Bukan tentang masalah ini ……”

“Kalau begitu?” aku bertanya.

Seperti sedikit sulit untuk dibicarakan, tapi mau tidak mau tetap harus disampaikan: “Dulu aku melihat sketsa desain untuk perlombaan yang kamu berikan pada perusahaan, karena disertakan CV di dalam emailmu …… Jadi aku melihat fotomu, lalu berkata pada Fu Songhe, menyuruhnya mempekerjakanmu.”

Aku menatapnya dengan terkejut.

Ia terbata-bata, “ Siapa sangka ia salah sangka karena masalah ini, mendiamkanmu selama ini …… Tapi tenanglah, aku sudah menjelaskan ini padanya!”

Aku terdiam, berusaha memahami perkataannya.

Kalau begitu, ketika Fu Songhe mengulik tentang diriku, ada alasannya.

Ia kira di luar aku tampak mengikuti cara-cara yang legal untuk berpartisipasi dalam lomba, tapi melakukan kecurangan di belakang.

Lalu akhirnya sifatnya padaku berubah, karena Xi Ya sudah menjelaskan ini padanya.

“Apakah kamu marah? Kamu jangan marah …… hari ini aku sengaja datang meminta maaf padamu.” Wajah Xi Ya yang dipenuhi dengan ketulusan sedang memandangku.

Aku tidak kuasa menahan tawaku, "Bukan begitu, mengapa aku harus marah? Jika bukan karenamu, sepertinya aku tidak akan mendapatkan kesempatan bekerja di sini."

Aku benar-benar merasa begitu.

Jika sikap dingin Fu Songhe digantikan dengan mendapatkan kesempatan di tempat kerja, cukup adil.

Berbicara tentang itu, seharusnya aku berterima kasih pada Xi Ya.

"Baguslah kalau begitu."

Ia menarik kursi dari sebelah, bersiap-siap mengobrol denganku.

"Xi Ya, sudah waktunya bekerja, tidak boleh berisik di dalam kantor, masuklah." Tiba-tiba muncul Fu Songhe, berbicara kepada Xi Ya.

Suaranya jauh lebih lembut daripada biasanya.

"Aku datang, aku datang."

Xi Ya sibuk mengangguk, lalu berbicara padaku, "Mari makan siang bersama nanti!"

"Baiklah," jawabku.

Baru saja ia pergi, Xiao Yuan bertanya, "Rupanya kamu mengenal adik dari Direktur Fu?"

Aku terkejut, menyadari bahwa Xiao Yuan menyampaikan jika Xi Ya adalah adik dari Fu Songhe.

Pantas saja Fu Songhe mengabulkan permintaannya, merekrutku ke kantor.

Orang yang tampak sangat dingin, rupanya begitu memanjakan adiknya.

Kurasa tidak ada yang harus ditutup-tutupi, "Hm, kebetulan ada kesempatan untuk mengenalnya."

Aku mengirimkan desain yang sudah kuperbaiki pada Fu Songhe, tidak sampai dua menit, ia membalas emailku.

Bukan mengenai sketsa desain tadi, tapi memberitahu bahwa berdasarkan tema "Malam Musim Panas" aku harus mendesain sebuah kalung wanita, diserahkan dalam waktu seminggu.

Ketika aku sedang berusaha mencari inspirasi, tidak terasa, satu hari berlalu begitu saja.

Selain makan siang dengan Xi Ya, sisanya, aku terdiam di depan meja kantor.

"Seperti mimpi di luar jangkauan, hancur jika tersentuh ......"

Dering ponselku berbunyi.

Aku menunduk dan melihat, Cheng Jinshi lah yang menelepon.

Ruang kosong di dalam hatiku, segera saja terasa tidak begitu hampa.

Aku mengangkatnya, membuka pembicaraan dengan dingin, "Ada sesuatu kah?"

Suaranya yang rendah mengalir dari balik ponsel, "Sudah selesai bekerja? Aku memesan tempat, makan bersama."

"Tidak ada waktu."

Tanpa berpikir, aku langsung menolaknya. "Jalan Xunbei nomor 109, pukul tujuh, aku menunggumu." Nada bicara tidak bisa aku sangkal, begitu tegas.

Aku pun marah, "Kamu ......"

Alhasil, aku tidak mengatakan apapun, dan ia menutup telepon.

Seperti apa yang biasa ia lakukan.

Begitu egois.

Aku sama sekali tidak ingin pergi, tapi takut jika aku tidak pergi, ia akan terus menungguku di sana, setelah berpikir, aku mengambil tasku, dan memasukan absensi barulah pulang.

Berdasarkan alamat yang diberikannya, aku menemukan sebuah restoran, atmosfernya sangat elegan.

Aku berjalan masuk, setelah menyebutkan nama Jinshi, datanglah seorang pelayan yang membawaku pada satu tempat duduk.

Cheng Jinshi sudah datang.

"Tuan, apakah makanan disajikan sekarang?"

Aku duduk ketika pelayan sedang menanyai Cheng Jinshi.

Ia tampak santai dan menjawab, "Masih menunggu orang, setelah semuanya tiba baru dihidangkan."

Pelayan menjawab: "Baiklah."

Setelah pelayan pergi, aku tidak kuasa memandang Cheng Jinshi, tidak tahu apakah hanya perasaanku saja, tapi hari ini ia terlihat sedikit berbeda.

Lain dari biasanya hari ini ia tidak memakai kemeja, malahan mengenakan sebuah baju santai, sisi dominannya berkurang, tapi kelembutannya bertambah.

Seakan-akan Cheng Jinshi yang ada di pikiranku, adalah orang yang berbeda.

Hatiku mau tidak mau menjadi sedikit tegang, "Kamu memanggilku kemari, ada masalah apa?"

Tidak mungkin karena pertengkaran dua hari yang lalu, lalu bersiap meminta maaf padaku, bukan?

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu