Cintaku Pada Presdir - Bab 75 Berbalik Memfitnahku
Setelah itu polisi menunjukkan ID nya, berkata : “Tolong Anda tenang, kami perlu investigasi terlebih dahulu, semua harus ada buktinya.”
Ibu Bai Yiyi masih ingin meneruskannya Polisi mengeluarkan hukuman jika menghalangi tugas resmi, membuatnya menutup mulutnya.
Setelah dia pergi, kedua polisi masuk ke dalam bangsalku, membuatku bekerja sama dengan investigasi, untuk dijadikan rekam catatan.
Masalah ini tidak ada hubungannya denganku, aku juga tidak ada yang perlu ditakutkan, hanya perlu menceritakan kejadian sebenarnya dari awal sampai akhir.
Polisi tentu saja juga tidak sepenuhnya percaya, karena Bai Yiyi adalah korban, dia masih belum sadarkan diri.
Mereka tidak yakin apa aku berbohong.
Aku tidak terburu-buru menjelaskan, kalau tidak malah membuat aku terlihat bersalah.
Bai Yiyi sebelum dijatuhi dengan vas bunga, sudah hampir mengatakan kebenarannya, tunggu dia sadarkan diri, semuanya akan sangat jelas.
Hanya saja, aku tidak mengira, masalah ini berkembang berkebalikan dengan perkiraanku.
Dua hari kemudian, akhirnya Bai Yiyi sadarkan diri, tetapi bagiku terjadi hal yang sangat mengagetkan.
Saat Polisi bertanya dengannya tentang apa yang terjadi, dia malah berbalik memfitnahku, bilang aku hari itu mengancam dia, memaksanya untuk mengakui masalah membocorkan desain gambar, dia yang memfitnahku. Tetapi dia tidak mau berkompromi, lalu dipukul dengan pot bunga, karena aku ingin membunuhnya, menyebabkan tidak ada bukti jika dia mati, mengambil kesempatan agar bisa membersihkan masalah desain gambar ini.
Kata-katanya penuh celah.
Jika dia mati, baru aku yang tidak bisa membuktikannya! Pasti menjadi kambing hitam membocorkan desain gambar!
Saat Polisi mencariku lagi untuk memastikannya, aku juga berusaha menjelaskan, kata-kata Bai Yiyi, ada masalah di dasar logikanya.
Kematiannya untukku, sama sekali tidak ada untungnya.
Polisi melihat video CCTV di daerah mereka, tidak bisa menemukan apapun, hanya satu yang pasti, akulah yang menelepon Bai Yiyi untuk turun ke bawah.
Bisa juga dikatakan, sampai ditemukan pelaku sebenarnya, masalah ini jelas ada hubungannya denganku, aku harus sewaktu-waktu bekerja sama dengan investigasi polisi.
Aku hanya merasa terlalu stress. Tidak bisa memikirkan siapa yang begitu tega mencelakakanku.
Sepotong demi sepotong, seperti naskah drama yang sudah ditulis sebelumnya.
Mungkin, sejak aku membantu Bai Yiyi mengirimkan dokumen itu, sudah masuk kedalam perangkap ini.
Mengirimkan dokumen, desain gambar bocor, Bai Yiyi menodaiku, Bai Yiyi terluka… … mungkin rencana orang itu adalah Bai Yiyi meninggal? Jika begini, aku benar-benar hancur.
Aku sebenarnya menyinggung siapa, layak untuk diperlakukan sekejam ini.
Aku ingin pergi ke bangsal Bai Yiyi, menanyakan kejelasannya kepada dia, hasilnya masuk ke dalam bangsal pun tidak jadi, dihalangi oleh Ibu Bai Yiyi di depan pintu.
Lagi-lagi serangkaian caci maki.
Kondisinya cukup bagus, sangat bersemangat, malah sebaliknya Ayah Bai Yiyi, dalam 2 hari ini sepertinya dalam sekejap seperti menua sepuluh tahun.
Setelah dia selesai mencaci makiku, membanting pintu bangsal.
Aku berdiri sebentar di depan pintu, lalu pergi ke pintu rumah sakit membeli beberapa produk perawatan kulit, lalu berjalan kembali lagi.
Bagaimanapun juga, aku perlu bertemu dengan Bai Yiyi sekali lagi.
Saat melewati hall rumah sakit, aku tidak sengaja melihat punggung seorang pria yang tidak asing, berjalan keluar dari bangsal Bai Yiyi.
Aku tertegun sebentar, ketika mau memastikannya, dia sudah menghilang.
Bagaimana dia bisa di rumah sakit?
Aku mengkerutkan alis, berjalan ke arah bangsal Bai Yiyi.
Saat mau mengetukkan pintu, terdengar suara Ayah Bai Yiyi yang tertekan “Apa kamu tidak bisa berhenti? Saat Yiyi bilang mau melakukan hal itu, aku mati hidup tidak menyetujuinya, semua salahmu, serakah dengan uang! Lihat sekarang, menyebabkan Yiyi terlibat!”
Terdengar jelas sedang berbicara dengan Ibu Bai Yiyi.
“Kamu sekarang menyalahkanku? Saat aku membawa uang membelikan mobil untuk putramu, kenapa kamu sama sekali tidak berkata apa-apa?” Ibu Bai Yiyi marah merasa tidak adil.
Ayah Bai Yiyi tidak berbicara lagi.
Aku menunggu semenit, masih tidak ada orang yang berbicara, jadi langsung mendorong pintu masuk ke dalam, ”Aduh, Tante, uang dari jualan putri, dihamburkan dengan senang ya?”
Jika sebelumnya aku hanya menerka-nerka saja, sekarang aku sudah 100% yakin.
Alasan Bai Yiyi memfitnahku adalah karena menerima sogokan.
Raut wajah Ibu Bai Yiyi tiba-tiba berubah, “Omong kosong apa kamu, ini adalah bangsal putriku, keluar kamu!
“Omong kosong? Sayangnya, tadi aku sudah merekam semuanya.”
Aku benar-benar ada merekamnya, hanya saja percakapan mereka tadi, tidak jelas, rekaman ini jika dibawa ke kantor polisi juga tidak ada gunanya.
Jadi, aku langsung berkata padanya, berharap ada pengakuan dari mulutnya.
Ibu Bai Yiyi tidak termakan jebakan ini, hanya mendorongku keluar dari bangsal, membanting pintu.
Aku menyerah dan kembali ke bangsalku, saat siang hari, bibi menelepon kemari, mendesakku membantu paman membayar utang.
Waktu itu aku baru ingat, hampir saja melupakan masalah ini.
Jarak mengembalikan utang ke rentenir hanya tinggal 2 hari.
Aku berjalan ke arah sebelah jendela bangsal, menelepon Zhou Xueke.
Tahun ini dia mulai berjualan di Taobao, menjual baju.
Karena dulu dia blogger di forum internet yang ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, mengumpulkan banyak fans, jualan di toko Taobao laris dan berkembang pesat.
Ketika menerima teleponku, dia marah dan berkata : “Aku sendiri sangat sibuk sekali, kamu juga tidak datang melihatku?”
Aku menirukan nada dan aksennya, “Aku di rumah sakit hampir mati, kamu juga tidak datang menjengukku?”
“Apa? Kamu kenapa!” nadanya tiba-tiba meninggi.
Aku tahu dia sangat sibuk, jadi tidak ada rencana untuk menceritakan hal-hal buruk ini kepadanya, daripada dia nanti juga ikut kepikiran.
Tetapi sekarang, aku terjebak masalah kebocoran desain gambar membuatku sangat sibuk, tetapi masalah uang yang diminta bibi sangat mendesak, jika ini diundur-undur juga tidak bisa.
Aku juga tak berdaya, menceritakan semua masalah yang terjadi baru-baru ini kepadanya.
“Kenapa kamu suka semua masalah diatasi sendiri? Masalah yang begitu besar, kamu sudah masuk rumah sakit 2-3 hari, sekarang baru mengatakannya kepadaku?”
Dia memarahiku bertubi-tubi, tetapi setiap kalimat yang dikatakannya, semuanya dari dalam hati karena sayang padaku.
Aku tertawa, saat mau bilang ingin meminjam uang, dia berinisiatif berkata, “Toko Taobao ku 2 hari yang lalu baru diperbarui, lumayan laris jualannya, tetapi selain harus membayar tagihan barang ke produsen, seharusnya masih ada sisa 400 juta lebih, aku segera memberikannya kepadamu.”
Aku tidak tahu kenapa ingin menangis, “Baik.”
Aku tidak mengucapkan terima kasih, karena terima kasih hanya untuk orang lain, dan dia bukan orang lain.
“Masih kurang 100 juta lebih, kamu coba cari kakakku, dia pasti ada, dan dia pasti mau meminjamkannya padamu.” Saran dia.
Jika tidak benar-benar terpaksa, aku tidak ingin hutang apapun kepada Zhou Ziyun.
Perasaan dia terhadapku, aku sudah tidak bisa membalasnya.
Xueke bisa menebak isi hatiku, lalu mengalihkan topik pembicaraan, “Kamu tunggu di rumah sakit, kamu ingin makan apa? Sekarang aku pergi melihatmu.”
“Tidak perlu tidak perlu, kamu lanjutkan saja kesibukkanmu, aku baik-baik saja, besok sudah boleh keluar rumah sakit.”
Hari ini saat dokter memeriksaku bilang aku baik-baik saja, hanya Cheng Jinshi bersikeras agar aku tinggal semalam lagi, katanya untuk diperiksa lagi.
Xueke tidak setuju, tidak sampai 2 jam, menggunakan rantang berisi sup ayam, dengan cepat datang ke rumah sakit.
Memaksaku meminum sup ayam, memastikan aku baik-baik saja, baru akhirnya merasa tenang.
Setelah dia memberikan uangnya kepadaku, mengomeliku beberapa kalimat, baru mau pulang ke rumah.
420 juta, ditambah uang yang ada ditanganku, kira-kira ada 460 atau 480 juta rupiah.
Aku sedikit sakit kepala, tidak tahu sisa uangnya mau dikumpulkan dari mana, tapi, dikembalikan dulu sebagian kepada rentenir, sisa uangnya, seharusnya bisa dinegosiasi lagi, dikembalikan terlambat.
Sudah memutuskan, aku merasa lega.
Keesokan paginya, ketika aku bersiap-siap untuk mengurus prosedur keluar rumah sakit, baru saja keluar dari pintu bangsalku, bertatap muka dengan Zhou Ziyun.
Dia membentangkan tangannya, aku tertangkap dalam pelukannya, dia penuh rasa bersalah, “Maaf ya, aku datang terlambat. Tiba-tiba ada perjalanan bisnis keluar negeri, setelah kembali baru tahu kabar kamu kecelakaan.”
Novel Terkait
Hei Gadis jangan Lari
SandrakoMy Lifetime
DevinaWahai Hati
JavAliusI'm Rich Man
HartantoDemanding Husband
MarshallCintaku Pada Presdir×
- Bab 1 Keributan Dalam Pesta Pernikahan
- Bab 2 Pertemuan Mendadak
- Bab 3 Identitas Yang Cukup Mengejutkan
- Bab 4 Kamu Telah Melewati Batas
- Bab 5 Ingin Melahirkan Anak
- Bab 6 Anak Mereka
- Bab 7 Akulah Orang Luar
- Bab 8 Bercerailah
- Bab 9 Pelampiasan dari Efek Alkohol
- Bab 10 Rahasia Song Jiamin
- Bab 11 Keributan Makan Malam
- Bab 12 Rusaknya Rem Mobil
- Bab 13 Apakah Kalian Pernah Melakukannya
- Bab 14 Pemberitahuan Berbahaya
- Bab 15 Aku Hamil
- Bab 16 Perceraian
- Bab 17 Aborsi
- Bab 18 Waktu Mengubah Semuanya
- Bab 19 Percintaan Mereka Yang Dalam Dan Kental
- Bab 20 Tamparan Balasan
- Bab 21 Uang Ini Cukup?
- Bab 22 Jinshi, Apakah kamu Percaya
- Bab 23 Jangan Jadikan Aku Pengganti
- Bab 24 Sengaja Ditabrak
- Bab 25 Menutupi Kemaluan Dengan Kemarahan
- Bab 26 Hubungan Apa Dengan Dia
- Bab 27 Terpergok Berzinah
- Bab 28 Ancaman
- Bab 29 Diam-Diam Mengangkat Teleponku
- Bab 30 Kehilangan Anakku
- Bab 31 Kamu Berencana Menukarnya dengan Apa
- Bab 32 Fakta Tentang Kematian Ibu
- Bab 33 Selingkuhan atau Kekasih?
- Bab 34 Mendapatkan Bukti
- Bab 35 Mati Di Tempat
- Bab 36 Dia Telah Kembali
- Bab 37 Temani Aku Tidur
- Bab 38 Hanya Kamu yang Menginginkanku
- Bab 39 Dia Tidak Boleh Berhasil
- Bab 40 Mendapatkan Kemalangan
- Bab 41 Pelacur Sok Suci
- Bab 42 Pemimpin Baru Proyek
- Bab 43 Pasangan Serasi
- Bab 44 Wanita Terbuang
- Bab 45 Tidak Mengizinkan
- Bab 46 Tidak Bisa Menyaingi
- Bab 47 Mengancam
- Bab 48 Mimpi Buruk Yang Tak Bisa Disingkirkan
- Bab 49 Merindukanmu
- Bab 50 Kakekku Pingsan
- Bab 51 Kakaknya Song Jiamin
- Bab 52 Rela Menunggu
- Bab 53 Merendahkan Dirinya Sendiri
- Bab 54 Dia Bukannya Tidak Pernah Menipu Aku
- Bab 55 Kenapa Bisa Begitu Kejam
- Bab 56 Cepat Atau Lambat Akan Menjadi Keluarga
- Bab 57 Ancaman Dari Ning Zhenfeng
- Bab 58 Kehidupan Dan Kematianmu.
- Bab 59 Kapan Kamu Bisa Mempercayaiku Sekali?
- Bab 60 Marah dan Sakit Hati
- Bab 61 Lelucon Ini Tidak Lucu
- Bab 62 Terserah Kamu Percaya Atau Tidak
- Bab 63 Siapapun Jangan Ada Yang Berharap Bisa Hidup Dengan Tenang
- Bab 64 Cheng Jin Shi, Aku Membencimu
- Bab 65 Mari Kita Bicara
- Bab 66 Meninggalkan Kota Nan
- Bab 67 Kakak Sepupumu Di Ranjangku
- Bab 68 Duri Dalam hati
- Bab 69 Siapa Yang Kamu Pilih
- Bab 70 Bukti Meyakinkan
- Bab 71 Aku Percaya Padamu
- Bab 72 Kita Masih Bisa Punya Anak
- Bab 73 Selangkah Menuju Kebenaran
- Bab 74 Pembunuhnya Adalah Dia
- Bab 75 Berbalik Memfitnahku
- Bab 76 Zhou Ziyun Menyelamatkanku
- Bab 77 Dia Dari Awal Sudah Membenciku
- Bab 78 Aku Benar Tidak Menyentuhmu
- Bab 79 Emosi
- Bab 80 Tuduhan Kejahatan Ini Sekalian Dihitung
- Bab 81 Apakah Semua Kebaikanmu Itu Palsu
- Bab 82 Salahkan Dirinya Sendiri
- Bab 83 Ning Xi Kamu Tidak Akan Bisa Melarikan Diri
- Bab 84 Memberikan Segala Yang Kamu Suka
- Bab 85 Berakhir Hari Ini
- Bab 86 Aku yang Membocorkan Desain
- Bab 87 Aku Bisa Memperbaiki Kesalahanku
- Bab 88 Kamu Sudah Dipecat
- Bab 89 Anakmu Segera Mempunyai Ibu Tiri
- Bab 90 Tuan Zhou Baik Pada Pacarnya
- Bab 91 Kembalikan Kunci Itu Kepadaku
- Bab 92 Orang Yang Ingin Aku Nikahi Hanya Kamu
- Bab 93 Buktikan Dulu Kepadaku
- Bab 94 Hari Ching Ming
- Bab 95 Pemilik Sebenarnya Adalah Cheng Jinshi
- Bab 96 Menyimpan Selingkuhan
- Bab 97 Dua garis
- Bab 98 Benar, Tetapi Tidak Ada Hubungannya Denganmu
- Bab 99 Juga Memberimu Kesempatan
- Bab 100 Ingin Menjadi Ayah Anak Orang Lain
- Bab 101 Identitas Tuan Fu
- Bab 102 Waspada Terhadap Nyonya
- Bab 103 Apa Hubunganmu Dengan Lin Zhi?
- Bab 104 Melihat Orang Lain Melalui Diriku.
- Bab 105 Aku Ingin Menikah Denganmu, Maukah Kamu Menikah Denganku ?
- Bab 106 Mana Mungkin Ada Jika
- Bab 107 Karena Uang
- Bab 108 Diduga Membunuh Kakek
- Bab 109 Bantuan Dalam Investigasi
- Bab 110 Ayo, Kita Pulang Rumah
- Bab 111 Benarkah Bisa Memulai Dari Awal
- Bab 112 Coba Saja !
- Bab 113 Satu Orang Bersedia Untuk Mencintai Dan Satu Orang Lainnya Rela Untuk Dicintai
- Bab 114 Pelanggan Jinshi
- Bab 115 Jam Tujuh, Aku Menunggumu
- Bab 116 Dia Sangat Cocok Denganmu, Dan Aku Juga Sangat Menyukainya
- Bab 117 Satunya Sedang Ribut, Satunya Sedang Tertawa
- Bab 118 Kamu Harus Keluar Dengan Selamat
- Bab 119 Sekali Berani Membuka Mulut, Maka Sudah Tidak Ada Jalan Kembali
- Bab 120 Sebagai Balasan
- Bab 121 Semakin Panik, Semakin Bingung
- Bab 122 Aku Bukan Orang Yang Ada Di Hatinya
- Bab 123 Kamu Jangan Berpikir Mau Mengambil
- Bab 124 kamu Tidak Perlu Mengkhayal Aku Sebagai Musuh Cintamu
- Bab 125 Di Dunia Ini Ternyata Ada Ayah Seperti Dirimu
- Bab 126 Satu Keluarga yang Tidak Waras!
- Bab 127 Kamu Ingin melepaskan Proyek Ini?
- Bab 128 Jika Aku Adalah Kamu, Aku Lebih Baik Pergi Mati Saja.
- Bab 129 Apakah Kamu Hamil?
- Bab 130 Menggugurkan Anak
- Bab 131 Dia Memeluk Seorang Anak
- Bab 132 Menikah Kembali Adalah Pertunjukkan Tunggalku
- Bab 133 Meskipun Lautan Api, Aku Juga Harus Pergi
- Bab 134 Suamimu Tampan Sekali
- Bab 135 Semua Pesan Anonim Dikirim Olehnya
- Bab 136 Sesuatu Terjadi Pada Zhou Ziyun
- Bab 137 Kembali Ke Keluarga Cheng
- Bab 138 Ibu Akan Membawamu Pulang
- Bab 139 Pulanglah Denganku?
- Bab 140 Mencintaimu? Jangan Bermimpi!
- Bab 141 Pernikahan Kontrak
- Bab 142 Berdasarkan Apa Aku Menarik Tuntutan
- Bab 143 Dihukum Mati
- Bab 144 Kamu Benar-Benar Harus Berterima Kasih Kepada Kakak Yu Min
- Bab 145 Apakah Kamu Sudah Selesai Memarahi Aku?
- Bab 146 Apakah Begitu Memalukan
- Bab 147 Tidak Mengerti Apa Yang Sedang Dia Pikirkan
- Bab 148 Sudah Merepotkanmu Mengantar Suamiku Pulang
- Bab 149 Bertemu Shen Yanting Untuk Pertama Kalinya
- Bab 150 Aku Adalah Suamimu!
- Bab 151 Semakin Dijelaskan, Semakin Ditutupi Semakin Terkuak
- Bab 152 Memang Berbeda Seperti Bumi Dan Langit
- Bab 153 Kelinci Kalau Marah Juga Bisa Gigit Orang
- Bab 154 Apa Khawatir Dia Cemburu?
- Bab 155 Tetap Saja Disapu Keluar
- Bab ke-156 Setidaknya hati ini tidak resah jika tidak melihatnya
- Bab ke-157 Menjual Seumur Hidupku Lagi Untukmu?
- Bab ke-158 Seumur hidup ini kamu tidak akan bisa kabur kemanapun
- Bab 159 Apakah kamu tidak merasa dia mirip seseorang
- Bab 160 Ingin Menggantikan Orang Kesayanganmu Untuk Kecewa?
- Bab 161 Ya, Ini Adalah Rumah Kalian
- Bab 162 Cheng Jinshi, Sampai Jumpa di Biro Urusan Sipil
- Bab 163 Aku Sengaja Membawa Pergi!
- Bab 164 Ketakutan Akibat Dugaan yang Salah
- Bab 165 Sama Sekali Tidak Ada Hubungannya dengan Aku
- Bab 166 Aku sama sekali tidak percaya
- Bab 167 Aku Lihat Siapa Yang Berani
- Bab 168 Menggoda Pria Mana Pun
- Bab 169 Tante, itu karena dia pantas ditampar
- Bab 170 Tidak Ingin Berjalan Di Atas Es Tipis Lagi
- Bab 171 Ini Adalah Calon Istriku
- Bab 172 Kamu Juga Harus Bahagia
- Bab 173 Kita Bukanlah Orang Yang Sama
- Bab 174 Semua Sudah Berubah Menjadi Lelucon
- Bab 175 Ancaman Dirinya
- Bab 176 Aku Tidak Tertarik
- Bab 177 Aku Hanya Sekedar Ingin Membantumu
- Bab 178 Sekarang Aku Memberikan Kesempatan Padamu
- Bab 179 Aku Sangat Menyukai Dirimu yang Begitu Munafik
- Bab 180 Sangat Mengejutkan
- Bab 181 Mungkin Akan Meninggal
- Bab 182 Apakah Kamu Sudah Puas Sekarang?
- Bab 183 Lemah Dengan Perlakuan Lembut
- Bab 184 Haruskah Kamu Mengucapkan Kata-Kata Dengan Duri?
- Bab 185 Tidak Layak Untuk Menerimanya
- Bab 186 Petunjuk
- Bab 187 Dia Lebih Buruk Dari Wanita Jalang
- Bab 188 Harapan yang Dikancingkan Padaku
- Bab 189 Memberi Kompenassi 100 Miliar
- Bab 190 Kamu Harus Ingat Siapa Dirimu!
- Bab 191 Protagonis Dalam Cerita Itu Adalah Aku
- Bab 192 Apakah Kamu Sudah Cukup Dengan Permainanmu?
- Bab 193 Dia Mencabut Gugatan, Kita Mengajukan Gugatan
- Bab 194 Menjauhlah Dari Tunanganku!
- Bab 195 Aku Telah Diikuti Oleh Seseorang Selama 24 Jam
- Bab 196 Aku Pasti Tidak Akan Melepaskanmu!
- Bab 197 Tanda Tangani Itu, Aku Baru Biarkan Kamu Pergi
- Bab 198 Sangat Marah
- Bab 199 Melihat Sedikit Harapan Kemenangan
- Bab 200 Sedangkan Aku, Juga Tidak Ingin Menyesuaikan Kamu Lagi
- Bab 201 : Yang Penting Kamu Tidak Merasa Malu
- Bab 202 Menurutku Dia Seperti Nenek Moyang!
- Bab 203 Cepat Atau Lambat Akan Membuatmu Kehilangan Segalanya
- Bab 204 Tetapi Aku Memiliki Satu Syarat
- Bab 205 Seperti Mimpi Yang Langsung Menghilang Dalam Sekejap
- Bab 206 Sungguh Bagus Sekali Rencana Kalian
- Bab 207 Aku Sangat Merindukanmu
- Bab 208 Mungkin Berakibat Fatal
- Bab 209 Kamu Pergi Mati Saja
- Bab 210 Aku Kira Kamu Tidak Akan Datang
- Bab 211: Makan Bersama Ini, Tidaklah Sesederhana Itu
- Bab 212: Aku Merasa Darahku Menjadi Dingin
- Bab 213: Tidak Ada Jalan Yang Bisa Ditempuh Lagi
- Bab 214: Berbisnis Seperti Di Medan Perang
- Bab 215 Aku Mengatakan Suruh Kamu Pergi
- Bab 216: Apakah Ada Masalah Yang Kamu Sembunyikan Dariku
- Bab 217 Aku Tidak Bisa Membiarkan Apa Yang Dia Inginkan Terjadi
- Bab 218 Dalam Satu Detik Menampar Wajah
- Bab 219 Sayang, Selamat Ulang Tahun
- Bab 220 Maaf Aku Terlambat Pulang
- Bab 221 Aku Tidak Perlu Kamu Bekerja Terlalu Keras
- Bab 222 Tangan Memanas
- Bab 223 : Mungkinkah Kamu Yang Melakukannya
- Bab 224 : Karena Ada orang Melakukan Terlalu Banyak Hal Buruk
- Bab 225 Membayar Dengan Harga Yang Menyakitkan
- Bab 226 Membuatku Tidak Bisa Lari Kemanapun
- Bab 227 Semuanya Tidak Benar
- Bab 228 Percayakah Kamu?
- Bab 229 Apakah Kamu Tidak Punya Hati?
- Bab 230 Siapakah Orang Itu
- Bab 231 Apakah Kamu Tidak Merasa Dirimu Munafik?
- Bab 232 Pasti Ada Yang Salah
- Bab 233 Serigala Di Depan, Harimau Di Belakang
- Bab 234 Percobaan
- Bab 235 Permintaan Maaf Hanya Alasan Saja
- Bab 236 Pertentangan Ini Tidak Baik Bagi Semua Orang
- Bab 237 Jangan Kamu Berharap Ada Lain Kali
- Bab 238 Apakah Kamu Bisa Menukar Pria Yang Kamu Sukai
- Bab 239 Memiliki Hubungan
- Bab 240 Akankah Kamu Bersama Dengannya?
- Bab 241 Semuanya Terlalu Dramatis
- Bab 242 Sekarang, Sudah Tidak Penting
- Bab 243 Kalau Aku Menginginkannya
- Bab 244 Bagaimana Aku Bisa Tenang
- Bab 245 Semakin Ditakutkan Semakin Menjadi Kenyataan
- Bab 246 Dia Keguguran
- Bab 247 Bagaimana Jika Aku Menikah Dengannya?
- Bab 248 Kembali Untuk Memberikanmu Sebuah Hadiah
- Bab 249: Membalikkan Semua Argumen
- Bab 250: Aku Adalah Jimat Perlindunganmu
- Bab 251 Tidak Baik Jika Dilihat Oleh Pacarmu