Cintaku Pada Presdir - Bab 214: Berbisnis Seperti Di Medan Perang

Aku mengira dia sudah pergi, tidak berpikir banyak, bangun dan turun dari tempat tidur, pergi ke sebelah untuk melihat Anan dan Beibei, baru turun ke bawah.

Tidak terpikir, pria sedang sarapan di ruang makan, melihat aku turun, ada sentuhan lembut di wajah, “Ayo, sarapan, hari ini aku antar kamu ke perusahaan.”

Seketika aku merasa terkejut, lalu menggeleng, “Tidak perlu, aku ada urusan lain mau keluar sebentar, aku akan menyetir sendiri.”

Hari ini aku mau pergi kunjungi beberapa investor, tidak berencana pergi ke perusahaan.

Dia mengerutkan kening, “Pergi ke mana?”

“Kamu sudah katakan, tidak akan ikut campur masalahku.”

Aku tidak ingin dia mengetahui masalah perusahaan.

Tidak peduli dia membantuku atau tidak, bagiku, itu tidak akan terlalu nyaman.

Dia dengan lembut melengkungkan bibir bawahnya, melihat ke arahku, “Bukannya aku ingin mencampuri urusanmu, hanya khawatir terjadi sesuatu denganmu.”

“Baguslah jika tidak apa-apa.”

Dia tidak mengatakan apa-apa lagi.

Dia selesai sarapan, sambil membaca koran sambil menungguku.

Setelah aku selesai makan, dia baru berdiri dan pergi bersamaku, sampai di halaman, masing-masing pergi secara terpisah.

Hanya jalan bersama selama dua menit, aku juga tidak tahu apa artinya dia menungguku.

Dalam benakku memikirkan perusahaan yang sudah aku telepon semalam, singkirkan mereka dulu, singkirkan mereka terlebih dahulu, langsung pergi ke perusahaan yang belum pernah dihubungi.

Sepanjang pagi sudah pergi ke lima perusahaan, dua di antaranya bahkan tidak bertemu dengan penanggung jawabnya.

Sisa tiga perusahaan, dua diantaranya langsung tolak, satu lagi bilang akan mempertimbangkannya.

Tapi aku paham, pada dasarnya juga tidak ada harapan.

Aku mengendarai mobil ke perusahaan berikutnya, dada terasa sesak dan tidak nyaman, jika perusahaan sampai tutup hanya karena masalah ini, maka aku benar-benar tidak rela.

“Seperti sebuah mimpi yang sulit digapai, begitu disentuh akan hancur……”

Ponsel yang aku letakkan di jok samping pengemudi tiba-tiba berdering.

Aku langsung terhubung ke bluetooth, terdengar suara Ning Zhenfeng yang penuh semangat, “Xiao Xi, aku telah mendapatkan seorang investor, dia bersedia menginvestasikan uang untuk kita!”

“Benarkah?” Aku sangat terkejut.

“Benar, kapan kamu kembali ke perusahaan? Aku bawa kamu pergi menemuinya, rundingkan masalah investasi.”

Aku bergegas berbelok arah di persimpangan lampu lalu lintas, “Sekarang juga aku kembali ke perusahaan, sekitar sepuluh menit sudah tiba.”

Saat aku mobilku tiba di bawah gedung perusahaan, Ning Zhenfeng sedang menunggu, begitu mobilku berhenti stabil, dia langsung membuka pintu samping pengemudi dan duduk ke dalam, masuk ke dalam mobil dengan penuh semangat, menunjukkan jalan untukku.

Aku melihat dia seperti ini, tidak bisa menahan senyum, “Kamu sudah kenal berapa lama dengan investor ini?”

“Aku tidak kenal dengannya, seorang teman yang memperkenalkannya.” Ning Zhenfeng menjelaskan.

Tanpa sadar aku mengerutkan kening, “Apakah orang ini bisa diandalkan?’

“Katanya, dia sudah berinvestasi di banyak perusahaan, berinvestasi pada perusahaan baru seperti perusahaan kita adalah hal biasa baginya.”

Aku baru merasa agak tenang, “Baguslah kalau begitu.”

Dia membawaku ke sebuah kedai teh, merupakan kedai teh terkenal di pusat kota, tapi harganya sangat tinggi, juga karena hal ini, tidak peduli betapa bagus lokasinya, orang yang datang tidak akan terlalu banyak, lingkungannya sangat sepi.

Saat kami tiba, ada seorang pelayan yang membawa kami ke sebuah ruang pribadi, bukan ruang pribadi biasa, melainkan yang ada pemisah ruangannya.

Polanya sangat indah.

Cocok digunakan untuk membicarakan bisnis, tetapi tidak terasa terlalu formal.

Aku berpikir investor harusnya seumurnya dengan Ning Zhenfeng, tapi begitu masuk ruang pribadi, malah melihat seorang pria tua yang bijak, kelihatannya berumur 60 atau 70 tahun.

Masih ada seorang pria muda yang berdiri di sampingnya, seharusnya itu bawahannya.

Ning Zhenfeng sambil tersenyum maju ke depan, “Tuan Cheng, sudah lama mendengar nama besarmu, hari ini bisa bertemu denganmu, sungguh sebuah kehormatan.”

Selanjutnya, dia memperkenalkan identitas dia dan aku, Tuan Cheng hanya mengangguk sejenak, berkata: “Silahkan duduk.”

Kami duduk, Ning Zhenfeng menggosok tangannya: “Sebelum datang ke sini, sudah menghubungimu melalui telepon, bagaimana pertimbanganmu?”

Tuan Cheng memberi isyarat tangan, pria muda di sampingnya langsung membuka tas kerjanya, mengeluarkan dua dokumen, “Kalian lihat surat kontrak ini, maksud Tuan Cheng adalah, investasi seratus miliar, mendapatkan kepemilikan saham perusahaan sebesar 30%.”

Dengan keadaan perusahaan kami saat ini, meminta kepemilikan saham sebesar itu tidaklah keterlaluan, tapi aku tetap merasa tercengang.

Karena pihak itu terlalu lugas.

Ning Zhenfeng melihat aku termenung, memanggilku dengan suara pelan, “Xiao Xi?”

Tatapan Tuan Cheng membuat orang sulit menebaknya, “Jika kalian setuju, sekarang juga tanda tangan surat kontraknya, besok lusa dana investasi sudah bisa masuk ke rekening kalian. Jika tidak bersedia, masih ada perusahaan lain yang sedang menunggu kami untuk tanda tangan kontrak.”

Maksudnya jelas sekali, kalau mau sekarang juga tanda tangan, kalau tidak maka jangan tanda tangan.

Aku tersadar, menekan keraguan dalam hati, “Tanda tangan, sekarang juga tanda tangan.”

Ning Zhenfeng melihat aku setuju, langsung merasa lega.

Selesai tanda tangan kontrak dan keluar dari kedai teh, Ning Zhenfeng bertanya: “Barusan kamu tidak terlalu ingin menandatanganinya ya?”

“Tidak juga.”

Aku berkata jujur, “Hanya merasa sejumlah investasi ini datang terlalu tiba-tiba, hati merasa sedikit tidak aman.”

Dia tersenyum, membuka pintu mobil dan masuk, “Berbisnis seperti di medan perang, mana mungkin bisa selalu aman.”

Benar juga.

Investasi Tuan Cheng adalah satu-satunya kayu apung yang bisa kami pegang.

Jika tidak memegangnya, waktu kelangsungan hidup perusahaan, tidak tahu bisa melebihi minggu ini atau tidak.

Tidak peduli bagaimana pun, pegang dulu baru dibicarakan lagi.

Tuan Cheng memang menepati janji, sore keesok harinya, uang investasi sebesar seratus miliar sudah masuk ke rekening perusahaan.

Aku langsung melanjutkan proyek ini, adanya dana investasi ini, kami bisa sendirian meluncurkan produk ini ke pasaran.

Beberapa hari berikutnya, aku sibuk tidak karuan.

Masalah terbesar adalah, pabrik Klein tidak lagi berproduksi, kami perlu mencari pabrik yang bisa menghasilkan produk dengan kualitas yang sama.

Oleh karena itu, aku membawa Chen Xuan berkeliling mencari semua pabrik yang ada di kota Nan dan kota-kota sekitarnya.

Model yang dihasilkan tidak terlalu memuaskan.

“Presdir Ning, sebenarnya aku merasa perbedaan kecil itu hanya kamu yang bisa melihatnya, bagi konsumen, itu serupa.”

Hari ini, dalam perjalanan dari kota tetangga kembali ke kota Nan, Chen Xuan sambil mengemudi sambil mengatakannya.

Aku memegang kepala sambil melihat keluar jendela, “Cari lagi saja, jika benar-benar tidak bisa baru dibicarakan lagi.”

Aku tetap berharap produk yang dijual ke konsumen itu sempurna.

Terlebih lagi, keenam produk ini adalah proyek pertama yang aku operasikan secara mandiri, aku tidak ingin ada kekurangan sekecil apa pun pada produk.

Walaupun, itu hanya kekurangan yang tidak bisa dilihat orang lain secara langsung.

Saat tiba di kota Nan sudah malam sekali, aku menyuruh Chen Xuan langsung mengendarai mobil ke rumahnya, kemudian aku baru mengendarai mobil pulang ke rumah.

“Beberapa hari ini sudah bekerja keras, baik-baik istirahat sejenak, besok siang baru kembali bekerja.” Setelah dia keluar dari mobil, aku berkata.

Rasa lelah di wajahnya langsung menghilang, sambil tersenyum mengatakan: “Terima kasih bos.”

Aku tersenyum sejenak, mengendarai mobil pulang ke rumah, saat tiba di kediaman tua keluarga Cheng, sudah jam satu dini hari.

Aku juga sudah lelah, mandi, langsung berbaring di ranjang dan tertidur lelap.

Keesok harinya, aku bangun dan mandi, setelah turun ke lantai bawah, melihat ruang makan yang kosong, lalu bertanya pada kepala pelayan, “Kapan Cheng Jinshi pergi?”

Kepala pelayan menghela nafas, “Semalam tuan muda tidak pulang.”

Beberapa malam ini, setiap malam jika dia pulang akan pergi ke kamarku, tidak melakukan apa pun, hanya tidur sambil memelukku.

Aku mengira semalam aku tidur terlalu pulas, sehingga tidak merasakan dia pulang.

Ternyata dia sama sekali tidak pulang.

Aku tidak berpikir banyak, makan sarapanku sendiri, kemudian pergi bekerja.

Begitu aku masuk ke dalam perusahaan, sudah mendengar suara berselisih, “Kamu termasuk apa, berdasarkan apa mengusirku? Aku adalah bawahan Presdir Ning, hanya mendengar perintahnya!”

“Hmm, aku termasuk apa? Aku adalah kepala eksekutif yang baru menjabat, Ning Xi saja harus menghormatiku.”

Novel Terkait

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu