Cintaku Pada Presdir - Bab 18 Waktu Mengubah Semuanya

Mungkin karena telepati, bayi di dalam perut tiba-tiba menendangku, tendangan kali ini lebih kuat dari pada biasanya, bagai semacam pemberontakkan tidak bersuara.

Air mataku langsung tidak tertahan, hatiku terus berkata, maaf, ibu hanya membohongi ayahmu… …

Kalau Cheng Jinshi setuju aborsi, maka aku akan langsung turun dari mobil, lagi pula, aku memang sudah berencana untuk membesarkan anak ini sendirian.

Mengenai balas dendam, aku pasti akan menemukan cara lain.

Cheng Jinshi sudah menyimpan kemarahannya, berkata tanpa terkandung emosi apapun, “katakanlah, apa tujuanmu kali ini.”

Aku sedikit terbengong, “apa?”

Aku tidak paham maksud dia yang tiba-tiba melontarkan pertanyaan ini.

“dulu kamu naik ke ranjangku demi balas dendam, bagaimana dengan kali ini?”

Sikunya bertumpu pada jendela mobil, menyindir dengan nada rendah dan dingin, “kita sudah cerai, kamu juga sudah menghilang empat bulan, sekarang kamu tiba-tiba muncul, apa tujuanmu?”

Aku tidak sangka bahwa dia bisa memahaminya begitu cepat, jiwaku tiba-tiba menjadi tegang, bersikeras mengucapkan: “aku sudah bilang, karena anak.”

Dia menoleh ke aku, bibirnya yang tipis merapat, muncul selapis kemarahan yang tipis, “Ningxi, jangan menganggap aku bodoh, sebelum cerai kamu sudah tahu bahwa dirimu hamil, benarkan?”

Aku termenung sejenak, nafasku juga ketinggalan ketukan, berusaha menekan emosiku,  menjelaskan dengan tegas, “saat itu kalian memaksaku cerai, kalau di saat itu aku sudah mengetahui diriku hamil, bukannya aku mempunyai pegangan? Kalau gitu kenapa aku masih menuruti permintaan kalian untuk cerai?”

Karena aku tidak pernah berbohong padanya, sehingga sekarang aku sangat gugup, berusaha menyembunyikan jari-jariku yang bergemetaran, memandang ke depan, tidak berani melihatnya, tapi malah tetap bisa merasakan tatapannya yang tajam.

Dia jelas tidak percaya, tersenyum dingin, “baiklah, kalau kamu main, aku akan temanin.”

Selesai bicara, dia menginjak pedal akselerator, mengarahkan setir dan meninggalkan hotel.

Aku terasa lega, aku tidak bertanya tempat tujuan kita, aku tidak khawatir asal bukan pergi ke rumah sakit.

Dua puluh menitan kemudian, mobilnya memasuki tempat parkir yang ada di dalam kompleks berkelas tinggi.

Aku mengerti maksudnya, sebelum dia memarkirkan mobil, aku berkata dengan polos, “aku pemilih tidur, tidak bisa tidur di tempat asing.”

Tujuan utama mengacaukan pesta pernikahan mereka adalah biar harapan ibu mertua tidak terkabulkan.

Kalau aku tinggal di luar, aku tidak bisa menambah ketidakpuasannya.

Dan juga, aku ingin mencari kesempatan untuk menyelidiki masalah kepergian ibu, apa yang sebenarnya dikatakan ibu mertua kepada ibu hingga membuatnya bunuh diri.

Jadi, aku tidak boleh membiarkan Cheng Jinshi meninggalkanku di sini.

“katakan padaku, apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan?”

Cheng Jinshi langsung menginjak pedal rem, merapatkan giginya, berinterogasi padaku.

Aku tertawa, “apa yang bisa aku lakukan, aku hanya menyesal karena bercerai denganmu.”

Dia menginginkan sebuah alasan, maka aku pun memberinya.

Dia terbengong sejenak, kemudian memperingatkanku dengan nada rendah, : “Ningxi, kita tidak akan menikah kembali, kamu harus jelas dengan hal ini.”

Aku mencubit telapak tanganku sendiri, “aku jelas, jadi aku hanya berharap bisa bersamamu sebelum anak ini dilahirkan.”

Bersikap mundur agar bisa maju, trik ini, aku belajar dari Song Jiamin.

Dulu, dia memanfaatkan alasan merawat Rendi untuk bisa tinggal di rumah kami.

Dia melihatku sekilas dengan tatapannya yang kacau, kembali menyalakan mesin mobil, sepertinya dia telah setuju.

Sekitar sepuluh menitan, mobil diparkirkan dengan stabil di depan rumahku yang dulu, sebelum turun dari mobil, dia menarik pergelangan tanganku, berkata dengan dingin: “jangan membuat keonaran, kalau tidak, kemas barangmu dan pergi dari sini.”

Aku menoleh ke dia, sedikit membelokkan bibir, “iya.”

Tidak ada keonaran yang bisa kubuat, kali ini, hanya pulang sudah bisa membuat beberapa orang tidak senang tanpa melakukan apa-apa.

Aku baru saja turun dari mobil, belum berdiri kukuh, dia langsung tergesa-gesa mengemudi mobilnya pergi dari sini, bahkan kata-kata selamat tinggal pun tidak diucapkannya.

Barangkali, terburu-buru untuk pergi menenangkan Song Jiamin?

Aku bertiup angin dingin beberapa saat, barulah bersemangat, mengangkat kaki melangkah ke depan pintu, menekan bel pintu.

Tidak lama kemudian, Bibi He membuka pintu, melihat aku, muncul pandangan aneh di matanya, “nyonya muda, Erh, Nona Ning… … bagaimana kamu bisa pulang ke sini?”

Cepat sekali mengubah penyebutannya, mungkin sekarang sudah menyebut Jiamin sebagai nyonya muda.

“iya, Cheng Jinshi yang mengantarku pulang.” Aku menjelaskan dengan sederhana kepadanya kenapa aku bisa di sini.

Aku masuk melalui pintu rumah, tapi sandal yang biasa aku pakai malah tidak ditemukan di dalam lemari sepatu, sedikit heran, menanyakan; “Bi, apakah sandalku masih ada?”

Bibi He menutup pintu, “sudah dibuang, barisan terbawah di lemari itu ada sandal untuk tamu, terserah mau pakai yang mana.”

Aku merasakan kejanggalan pada Bibi He, tapi aku tidak tahu dengan jelas apa yang aneh.

Aku meresponnya, aku juga tidak terlalu peduli, sembarang memakai sepasang sandal dan naik ke lantai atas.

Tidak sangka, Bibi He segera mengikutiku dari belakang, di saat aku menginjakkan kaki di tangga terakhir, dia terburu-buru bertanya: “Nona Ning, apa yang mau kamu lakukan?”

Aku pun menghentikan langkah kakiku, menjelaskan, “Bi, aku mungkin akan tinggal di sini selama beberapa bulan ke depan, aku sekarang sudah lelah dan mau istirahat.”

Semenjak hamil, aku sangat mudah letih, pagi ini aku bangun lebih awal untuk bersiap-siap pulang, sampai sekarang aku hanya terasa kehabisan tenaga.

Bibi He menampakkan ekspresinya yang segan, “kalau gitu, kamu tunggu sebentar di ruang tamu, aku akan membereskan kamar tamu.”

Aku sedikit terbengong, sadar kembali bahwa ini bukan lagi rumahku, tentu saja hanya bisa tidur di kamar tamu, masa masih ingin tinggal di kamarku yang dulu.

“baiklah.”

Aku merespon dengan nada yang agak segan.

Bibi He membalikkan badan menuju ke salah satu kamar tamu, aku sambil menuruni tangga, sambil menoleh ke atas, baru sadar bahwa hampir semua peralatan rumah digantikan dengan yang baru.

Bahkan karpet pun adalah gaya yang disukai oleh Song Jiamin.

Aku menunggu sekitar satu jam lebih, teringat sesuatu, kemudian mengirimkan foto ke salah satu teman yang berprofesi sebagai fotografer, meminta bantuannya untuk melihat apakah foto ini terdapat jejak editan.

Baru saja terkirim, Bibi He pun sudah sedang menuruni tangga, berkata dengan santai: “kamar sudah selesai dibereskan, kamar yang ada di sebelah kanan lantai tiga.”

Lantai tiga?

Aku mengerutkan alis, sedikit penasaran, “bukannya kamar yang anda bereskan tadi ada di lantai dua?”

Bibi He berkata: “Xiao Bao biasanya suka bermain di lantai dua, anak kecil terlalu bising, kamu akan terganggu.”

Aku menurunkan kelopak mata, sepertinya dia tadi bukan pergi membereskan kamar, tapi pergi menelepon.

Takut  Rendi menggangguku hanyalah sebuah alasan, jelas hanya ingin aku berjarak lebih jauh dari Cheng Jinshi.

Terasa sedikit lucu, rumah ini hanya sebesar ini, apa bedanya di lantai dua dengan di lantai tiga.

Aku tidak jelas apakah itu adalah maksud dari ibu mertua atau Devi.

Aku juga tidak ingin menyulitkan Bibi He, bangun dari sofa, “baiklah, terimakasih, kalau gitu aku akan naik untuk istirahat.”

Jelas sangat lelah tapi ketika berbaring di ranjang, aku sama sekali tidak bisa tidur.

Aku tidak membohongi Cheng Jinshi Fangestu, aku benar-benar pemilih tidur, tiap kali berganti tempat, aku akan kesulitan untuk tidur.

Lagipula, pulang ke rumah ini membuat momen-momen dulu kembali muncul dengan jelas di benakku.

Aku masih ingat rasa kepuasan dan ketenangan yang ada di hatiku pada saat hari pertama kita mendapatkan surat pernikahan, ketika kita bersama-sama pindah ke rumah ini.

Di saat itu, aku memberikan hati yang begitu tulus dan hangat, ingin menghangatkan dia.

Hasilnya, bukan hanya tidak bisa menghangatkannya, justru malah membuat hatiku yang mendingin total.

Aku baring menyamping, mengusap air mata yang keluar dari sudut mata, melihat petang hari di luar jendela, terasa waktu mengubah semuanya, semua benda masih seperti awalnya, tapi setiap orang sudah bukan lagi seperti dulu, hatiku terpenuhi dengan ketidaktenangan dan ketidaktahuan.

Setiap langkah di masa yang akan datang sangatlah sulit untuk dijalani, dan aku, tidak ada satu pun penunjang yang kumiliki.

Kalau cerobah saja sekali, maka kemungkinan aku akan jatuh ke jurang terdalam.

Tidak tahu berapa lama, barulah aku tertidur, malah semakin tidur semakin dingin.

Dingin sekali, bagai sedang tidur di dalam rumah es, membuatku gemetaran.

……

“Ningxi, Ningxi.”

Telinga terdengar suara familiar yang sangat kusukai, sepasang tangan yang kering menghampar di dahiku dengan lembut dan hangat, aku mengulurkan tangan memegang erat tangan itu dalam kondisi setengah sadar, ingin menyerap lebih banyak kehangatan.

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu