Cintaku Pada Presdir - Bab 37 Temani Aku Tidur

Bab 37 Temani Aku Tidur

Xueke merasa ada yang tidak beres dengan diriku dan langsung berdiri dan mengikutiku pergi.

Sembari berjalan keluar, aku bergidik sambil melihat ke belakang. Di bawah cahaya lampu, aku melihat orang asing duduk di bawah sana.

Aku sedikit pusing dan mengedipkan mataku sambil menatapnya. Ternyata dia adalah orang asing, apa mungkin tadi tatapan mataku kabur?

Pikiran ini membuat perasaanku risau. Aku menggenggam erat tangan Xueke.

Saat menunggu sopir Xueke, dia bertanya dengan khawatir: “Ningxi, ada apa denganmu?”

Aku menutup mataku dengan tak berdaya dan berkata: “Tadi saat di bar, aku seperti melihat seseorang yang ku kenal.”

Ingatan itu terulang kembali di benakku. Sangat menjijikan dan kotor, bayangan ini muncul di hadapanku dan aku tidak dapat mengendalikannya.

Xueke bertanya kembali: “Siapa yang kamu lihat?”

Aku mencubit telapak tanganku dan merasa sakit. Aku membuka mataku dan bicara dengan terbata-bata: “Orang yang sangat hina.”

Orang yang membuat masa mudaku hancur.

Dia mengerutkan kening dan bertanya dengan penuh emosi: “Apa yang telah dia lakukan padamu?”

Sopirnya datang saat aku menunduk dan baru saja akan mulai bicara.

Aku menarik nafas dan berkata pelan: “Aku akan menceritakanya padamu nanti.”

Aku tidak ingin menyembunyikan hal ini darinya. Aku tidak tahu harus menceritakan mulai dari mana.

Dia kemudian menggenggam tanganku dan berkata dengan tulus: “Baiklah, tapi jika kamu menghadapi masalah, kamu harus menceritakannya padaku. ”

Aku mengangguk kuat: “Baiklah.”

Dia mengantarku sampai depan rumah. Saat itu emosiku sudah stabil, mungkin saja aku salah melihat orang saat di bar.

Orang itu berada di tempat yang jauh, bagaimana mungkin dia bisa ada di sini.

Aku membawa tas-ku turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah, kemudian menguncinya dari dalam. Setelah itu aku menutup semua jendela, mandi dan rebahan di ranjang dan ingin tidur pulas.

Tapi kenangan buruk itu mucul lagi dihadapanku.

Aku menarik nafas dalam-dalam, membuka selimut dan turun dari ranjang. Aku berjalan keluar tanpa memakai sandal. Lantai keramik terasa sangat dingin dan membuatku lebih tenang.

Aku membuka penutup botol dan membuka anggur merah. Duduk di karpet, bersandar di sofa dan minum.

Kehidupanku mulai tenang kembali. Orang yang kulihat di bar tidak pernah muncul lagi.

Mungkin memang aku salah lihat.

Aku duduk di depan meja kerja dan membaca buku rencana tender lokasi yang cocok untuk dijadikan resort. Setelah siap aku mencetaknya satu rangkap dan menyerahkannya pada Zhou Ziyun.

Aku berdiri di depan pintu dan mengetuk pintu. Dia berkata: “Masuk.”

Saat aku masuk dan meletakkan buku perencanaan tender di atas mejanya, aku berkata: “Manajer Zhou, ini adalah perencanaan tender daerah Hualin, silahkan dilihat dulu apa ada yang perlu di revisi?”

Dia melihatnya sekilas dan bertanya kembali: “Ningxi, apa malam ini kamu ada janji dengan Zhang Haotian?”

Aku menjawab: “Benar, hari ini jam 6 sore, aku berencana pergi dengan Manajer Lu dari bagian pemasaran.”

Zhang Haotian adalah Bos tender wilayah Hualin. Sangat sulit untuk dapat bertemu dengannya.

Zhou Ziyun mengangguk dan berkata: “Baiklah, Manajer Lu tidak perlu pergi, aku yang akan pergi denganmu.”

“Baiklah.” Aku menyetujuinya dan bertanya padanya: “Apa kamu tidak mau memeriksa kembali buku rencana tendernya?”

Dia tertawa kecil dan berkata: “Tidak perlu, kita bicarakan setelah malam ini.”

Aku masih bingung, tapi tidak ada yang butuh ditanyakan lagi: “Baiklah, aku akan melanjutkan pekerjaanku.”

Sore hari pukul 5 sore kita berangkat dari kantor. Setelah mengunggu hampir 1 jam, Zhang Haotian akhirnya datang bersama bawahannya ke tempat yang ditentukan.

Saat melihat Zhou Ziyun, dia langsung mengulurkan tangannya: “Manager Zhou, aku terlalu sibuk sehingga membuatmu menunggu lama.”

Zhou Ziyun berdiri dan menjabat tangannnya: “Tidak masalah, saya sudah sangat beruntung dapat bertemu dengan Manager Zhang ditengah kesibukanmu.”

Manager Zhang sangat senang mendengar kalimat ini, dia tersenyum dan duduk di sebelah Zhou Ziyun.

Setelah itu aku baru memikirkan cara untuk membuka pembicaraan terkait tender wilayah Hualin.

Melihat gelasnya kosong, Zhang Haotian memberikan isyarat agar aku menuangkannya untuknya.

Aku pun mengangkat botol wine dan menuangkannya untuk Zhang Haotian dengan tersenyum dan berkata: “Manager Zhang, perusahaan kami melihat prospek yang cerah pada wilayah ini, apa kami memiliki kemungkinan besar untuk berhasil mendapatkan wilayah ini?”

Zhang Haotian tersenyum dan berkata: “Yang tertarik pada wilayah ini tidak hanya perusahaan kalian, aku sekarang terus menerima telepon.”

Aku tersenyum dan berkata: “Ya, tentu saja, jadi kami kemari untuk mendengar pendapatmu. Anda pasti memiliki gambaran tentang perencanaan yang Anda buat bukan?”

Matanya menatap ke seluruh tubuhku: “Asisten Ning, kamu harus bersikap tulus.”

Gerakanku melambat, dia mau aku minum untuk menunjukkan ketulusan.

Aku sedikit benci dengan tatapannya padaku, tapi aku tidak bisa menolaknya. Aku menyembunyikan perasaanku dan mengangkat gelas bir: “Ketulusan sudah pasti ada.”

Selesai bicara aku menghabiskan bir yang di dalam gelas, tenggorokanku terasa panas sampai ke perut.

Zhang Haotian tersenyum puas, mata menyipit menjadi segaris: “Asisten Ning sangat hebat, ayo kita minum lagi.”

Perut ku semakin lama semakin panas, kepala ku pun terasa berat.

Telepon Zhou Ziyun berdering, dia berdiri dan menerima telepon.

Wajah Zhang Haotian merah karena minum bir dan dia berkata: “Tanah itu memang dipersiapkan untuk dijual, tapi baru ada pimpinan baru di perusahaan kami. kemungkinan tanah itu tidak akan langsung di jual. Rencana untuk mendirikan Resort akan menggunakan tender dengan cara kerja sama proyek. ”

Walau pun kepala ku sakit karena minum, tapi aku mengerti maksudnya. Dengan begitu, perusahaan yang memiliki kekuatan untuk bersaing sangat sedikit.

Jika dijual langsung, maka perusahaan yang berminat dapat langsung mengikuti tender. Tapi yang memiliki daya saing untuk membangun resort hanya perusahaan kami, PT. Dongchen... dan….hanya 1-2 perusahaan saja.

PT. Dongchen sudah mempunyai pengalaman membangun resort, perusahaan itu memiliki banyak

keunggulan dibandingkan perusahaan kami.

Tidak tahu apakah PT. Dongchen tertarik dengan proyek ini atau tidak, mereka tidak kekurangan proyek.

Jika mereka tidak tertarik, maka besar kemungkinan proyek ini akan perusahaan kami dapatkan.

Aku tersenyum dan berterimakasih: “Terima kasih Manager Zhang, kalau begitu kami...”

Belum selesai aku bicara, tangan Zhang Haotian yang berlemak tiba-tiba meraba dan mencubit pahaku. Aku sangat benci dan ingin kabur, dia melihatku dengan genit dan memegang pergelangan tanganku.

Karyawannya sudah terbiasa melihatnya, dia langsung pergi setelah mendapatkan izin,

Aku tidak bisa tersenyum lagi dan melawannya dengan sekuat tenaga: “Manager Zhang, mohon lepaskan tanganku, aku mau ke toilet.”

“Temani aku malam ini dan aku berjanji proyek ini akan menjadi milik perusahaanmu.”

Dia tidak melepaskan tangannya dan semakin keterlaluan. Karena pengaruh bir aku menendangnya dengan penuh emosi dan berkata: “Bangsat, aku bukan wanita yang menemani pria tidur!”

Selesai bicara, lambungku semakin sakit, aku menutup mulutku dan berlari ke toilet.

Aku memuntahkan semua isi lambungku, kemudian aku keluar. Tiba-tiba ada yang menyiramkan air ke wajahku.

Aku mendongak dan melihat Zhang Haotian berdiri di sampingku dengan wajah penuh emosi. Dia mengumpat dan membuatku sadar.

Apa pun yang dilakukan Zhang Haotian, asalkan dia tidak melukaiku, aku tetap harus mengalah, jika tidak, aku hanya akan mempersulit Zhou Ziyun.

Aku mengelap air yang ada di wajahku, berputar dan berkata dengan tulus: “Manager Zhang, aku sungguh minta maaf, tadi aku mabuk.”

Dia tidak menjawabku dan tiba-tiba menampar tepat di telingaku, kepalaku terasa sakit.

“Aku ingin menidurimu karena aku menghormatimu, apa kamu sudah mengerti sekarang?”

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu