Cintaku Pada Presdir - Bab 38 Hanya Kamu yang Menginginkanku

Bab 38 Hanya Kamu yang Menginginkanku

Pria itu bicara dengan kencang sehingga semua orang menatapku. Aku seakan sedang melakukan pekerjaan khusus.

Aku mengepalkan tanganku. Saat aku ingin bicara, aku melihat ada bayangan yang tinggi besar di sampingku. Selanjutnya, kepalan tangan tertuju pada wajah Zhang Haotian.

Sudah lama aku tidak berjumpa dengan Cheng Jinshi. Dia menarik kerah baju Zhang Haotian dan mendaratkan kepalan tangannya bertubi-tubi padanya, suaranya dingin seperti es batu. “Kamu sudah meniduri wanitaku, apa kamu masih bisa menghormatiku?”

Aku tertegun dengan ucapannya, hatiku bergejolak. Aku wanitanya?

Zhang Haotian tentu saja pernah bertemu dengan Cheng Jinshi, dia tidak marah walaupun sudah ditonjok. Dia bertanya: “Manajer Cheng, bukankah Asisten Ning adalah orang dari PT. Zhou?”

Cheng Jinshi mengeratkan dagunya, emosinya memuncak: “Dia hanya bekerja di PT. Zhou, bukan berarti dia tidak dapat menjadi wanitaku bukan?”

Raut wajah Zhang Haotian memburuk: “Aku yang tidak mengenal orang penting, aku bersalah setelah mabuk.”

“Kamu harus membuka lebar matamu.”

Cheng Jinshi melepaskan tangannya dengan emosi, dia menarikku pergi. Aku hanya bisa mengikutinya dan bertemu dengan Zhou Ziyun setelah menerima telepon darinya.

Wajah Zhou Ziyun tersenyum dengan ramah: “Manajer Cheng, kebetulan sekali. Apa kamu sedang membicarakan bisnis di sini?”

Cheng Jinshi tertawa dingin: “Benar sedang membicarakan bisnis, apa kamu juga sama?”

Baru saja Zhou Ziyun mengangguk, Cheng Jinshi sudah mencibir: “Kamu membicarakan bisnis apa sehingga asistenmu juga harus menemani tidur?”

Aku malu dan menunduk, sebelumnya juga sudah pernah seperti ini, hanya saja aku sulit lepas dari Zhang Haotian.

Zhou Ziyun bertanya dengan perhatian: “Ningxi, apa yang telah dilakukan Zhang Haotian padamu?”

Aku menggelengkan kepala dan bicara terbata-bata: “Tidak ada...”

Zhou Ziyun berkata: “Baiklah kalau begitu, aku akan pergi melihat ke sana.”

Mendengar perkataannya, aku langsung merespon : “Aku akan pergi bersamamu.”

Selesai bicara, aku menarik tanganku keluar dari tangan Cheng Jinshi dan berkata: “Terima kasih untuk hari ini.”

Apapun alasannya, dia telah membantuku, aku harus berterima kasih padanya.

Tatapan matanya penuh dengan bahaya: “Untuk apa kamu ke sana?”

Aku mencubit telapak tanganku: “Untuk meminta maaf pada Zhang Haotian.”

Cheng Jinshi bisa marah pada Zhang Haotian, tapi aku tidak. Zhang Haotian hanya mengalah di depan Cheng Jinshi saja, jika dia tidak puas, dia pasti akan menimbulkan masalah untuk PT. Zhou.

Dengan begitu, aku hanya akan mempersulit Zhou Ziyun.

Cheng Jinshi seakan tertawa, dia mencibir: “Pergilah, aku terlalu banyak ikut campur.”

Selesai bicara, dia berbalik dan melangkah cepat dengan emosi.

Saat kembali ke ruangan , Zhang Haotian sudah tidak ada di sana. Aku mengeluarkan telepon genggam untuk menghubunginya. Teleponnya sudah tidak aktif, aku takut dia memblokir nomorku.

Aku menceritakan masalah ini pada Zhou Ziyun dan menghembuskan nafas: “Manager Zhou, aku terlalu gegabah malam ini.”

Zhou Ziyun tersenyum kecil dan menenangkanku: “Jangan berpikir terlalu banyak, ini bukan kesalahanmu. Biar aku antar kamu pulang.”

“Baiklah.”

Aku tiba-tiba teringat dengan perkataan Xueke yang menyebut Zhou Ziyun kejam, sama sekali tidak sesuai.

Dia pulang setelah mengantarku pulang. Saat menempelkan kartu, mendorong pintu dan masuk ke dalam, tangan kiriku ditarik kencang ke arah belakang.

Aku melihat ke belakang dan tiba-tiba merasakan ketakutan. Aku melihat Song Yang, kakak kandung Song Jiamin.

Song Yang mendekat ke arahku dan berkata dengan ramah: “Ningxi, aku sudah kembali.”

Kalimat basa-basi yang membuat bulu kudukku berdiri. Aku tersadar.

Aku tidak salah melihat orang di bar pada malam itu, dia sudah kembali!

Aku hanya ingin kabur, semakin jauh semakin baik. Aku melawannya dan berkata: “Song Yang, jangan sentuh aku, lepaskan tanganmu.”

Dia tertawa penuh bahaya dan semakin erat memegang pergelangan tanganku. Dia mendekat dan berkata: “Bagaimana jika aku tidak mau melakukannya? Aku tidak hanya akan menyentuhmu, aku juga akan…”

Dia kemudian tidak berkata apa-apa, tapi aku dapat mengerti apa yang mau dilakukannya dari tatapan matanya.

Aku gemetar dan mundur ke belakang, aku bersandar pada tembok yang dingin. Tangannya menarik rambutku sehingga aku kesakitan. Setelah itu dia berkata: “Kamu ingin tahu apa yang akan aku lakukan padaku?”

“Jangan bermimpi, mati pun aku tidak akan berhubungan denganmu! Ketakutan dalam hatiku membuatku terserang hysteria, aku kemudian menggigit lengannya.”

“Ah!”

Dia kesakitan dan melepaskanku, aku langsung kabur dan langsung menuju ke dalam lift.

Dia menatapku dari luar dan berkata: “Ningxi, kamu tidak akan bisa lari dariku.”

Aku merinding. Pintu lift terbuka dan aku langsung masuk ke dalam. Nafasku terengah-engah.

Saat pintu lift tertutup, aku seakan kehilangan oksigen, aku terduduk dan gemetaran. Aku membersihkan pergelangan tanganku dengan tissue basah, aku seakan ingin mengganti lapisan kulitku.

Aku menarik nafas panjang setelah sampai. Aku berdiri dan keluar, aku mengeluarkan kunci dari dalam tas.

Saat mendongak, aku melihat Cheng Jinshi yang tadi marah di restoran dan pergi begitu saja. Dia berdiri dengan emosi, aku langsung menangis.

Hatiku sangat ketakukan dan ketidakberdayaan memenuhi pikiranku.

Aku langsung memeluk dia: “Cheng Jinshi…”

Walaupun aku punya banyak ketidakpuasan padanya, walaupun aku sudah memutuskan untuk berpisah dengannya.

Tapi hanya dia yang dapat membuatku tenang saat aku ketakutan.

Cheng Jinshi tidak menyangka aku akan berbuat demikian, tubuhnya yang tinggi besar sedikit kaku, kemudian dia berkata: “Apa yang dia lakukan saat kamu meminta maaf padanya?”

Suaranya yang familiar menyentuh telingaku, aku mendongak dan mencium bibirnya tanpa mempedulikan apa pun.

Saat teringat dengan ucapan Song Yang di lobi tadi, aku semakin kuat menghisap lidahnya. Tanpa teknik apa pun, aku hanya ingin melampiaskan emosiku.

Nafasnya menjadi berat, dia kemudian memegang pinggangku dan menjauhkanku. Suaranya berat dan bertanya: “Apakah kamu mabuk?”

Aku menatapnya dengan penuh air mata, aku kemudian memeluknya. Ujung lidahku menjilat jakunnya dan berkata: “Aku tidak mabuk, aku hanya mau kamu menginginkan diriku.”

Tidak boleh orang lain.

Hanya kamu yang dapat menginginkanku.

Dia memeluk kepala dan menciumku. Aku tidak bernafas, aku bersandar padanya dan mendapatkan ketenangan yang hakiki.

Aku berkata: “Kita pulang dulu, baru kemudian…”

Dia mengambil kunci dari telapak tanganku kemudian membuka pintu dan masuk ke dalam. Aku sama sekali tidak ingin berpisah darinya, aku membuka kancing kerah kemejanya.

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu