Cintaku Pada Presdir - Bab 88 Kamu Sudah Dipecat
Kakek hanya tidur sebentar, sudah bangun setelah kurang lebih 1 jam.
Kedua matanya tampak kabur, tapi yang perlu disyukuri adalah kondisinya sadar, dia bisa mengenaliku.
Aku menyuapi kakek sedikit air minum, kebetulan waktunya makan malam, aku pergi ke kantin yang ada di dalam panti jompo menyuapi kakek sesendok demi sesendok.
Meskipun kondisi kakek adalah sadar, tapi dia agak kesusahan untuk berbicara: “akhir-akhir ini… … pekerjaanmu sibuk ya?”
Aku mengangguk, berkata dengan tersenyum, “iya, jadi beberapa hari ini aku terus tidak bisa datang untuk menjenguk kakek, kakek tidak akan menyalahkanku kan?”
Tangan kurusnya diletakkan di punggung tanganku, mata berkaca-kaca, “ti… …Tidak, Bagaimana mungkin kakek… … tega untuk menyalahkanmu?”
Baru saja mengobrol sebentar, air liur kakek sudah mengalir dari sudut mulut secara tak terkendali.
Semua perasaan masam di hatiku terbongkar dalam sekejap, tetapi aku tidak ingin mengkhawatirkannya, sambil mengusap air liurnya dengan tisu, sambil bercanda, "baguslah kalau begitu, aku masih khawatir kakek akan marah padaku karena sudah lama tidak datang dan tidak mau bicara denganku! "
Aku mengobrol dengan kakek untuk waktu yang lama, menyenangkannya hingga dia tersenyum.
Sampai pada hari mulai gelap, suster datang untuk memperingatkanku, barulah aku meninggalkan panti jompo.
Yang membuat aku kaget adalah, baru saja aku keluar dari pintu panti jompo, berdiri di sisi jalan dan hendak memanggil sebuah taksi, sebuah mobil audi berhenti di hadapanku.
Zhou Ziyun menghela nafas, “aku terus fokus mengurus dokumen-dokumen, hampir tidak terlihat kamu keluar.”
Mataku membelalak, “kamu, dari tadi kamu tunggu di sini?”
Aku berada di panti jompo lebih dari tiga jam.
Mukanya dihiasi senyuman, “disini agak terpencil, hari ini kondisi kamu juga tidak baik, aku khawatir membiarkan kamu pulang sendirian, cepatlah masuk.”
Aku terkesima, yang terpintas di benakku malah adalah masalah Cheng Jinshi yang meninggalkanku sendirian di pulau itu kemarin.
Dibandingkan dengan Zhou Ziyun, aku semakin merasa konyol.
Aku membuka pintu mobil dan masuk, mengaitkan sabuk pengaman, “terima kasih ya, waktu juga sudah malam, bagaimana jika aku mentraktir kamu makan?”
Dia menyimpan senyumannya dan suasana berubah serius, “bukankah sudah dikatakan sore tadi, jangan mengucapkan terima kasih?”
Aku langsung tertawa, “maaf, sudah terbiasa.”
“Menimbang bahwa kamu ingin mentraktir aku makan, maka aku maafkan kamu kali ini.” Sudut bibirnya terangkat, berkata dengan murah hati.
Untuk memberikan pasien dan lansia lingkungan istirahat yang baik, panti jompo ini memang cukup terpencil. Ketika kami tiba di daerah perkotaan, sudah hampir jam delapan.
Aku memandangi deretan kendaraan yang tak berujung di jalan, bertanya seleranya, "Makanan apa yang kamu sukai? Makanan Barat atau makanan Chinese?"
“Kamu akan tahu nantinya.”
Sambil berbicara, dia memarkirkan mobilnya di tepi jalan, “kamu tunggu aku sebentar.”
Aku masih belum merespon, dia sudah membuka pintu dan turun dari mobil, berjalan menuju sebuah toko dessert.
Adegan ini sepertinya tidak asing.
“Hei, kue rasa mangga, kamu suka kan?”
Setelah beberapa menit kemudian, Zhou Ziyun kembali masuk ke mobil, menyodorkan sekotak dessert padaku.
Aku menerima kotak itu, bertanya dengan heran, “bukannya kita mau pergi makan?”
Dia tersenyum, “aku pergi rumahmu dan masak untuk kamu saja, lambungmu sedang tidak baik, makan ini dulu.”
“Boleh, tapi aku saja yang masak!”
Aku ingat bahwa masih ada sayur di rumah, lagipula dia sudah menungguku di depan panti jompo untuk waktu yang lama, jadi aku pun tidak menolaknya.
Melihatku bersikeras, dia berkata dengan tak berdaya: “baiklah.” Lalu menunjuk kotak dessert yang ada di tanganku, “cepat makan, jangan sampai kamu kelaparan hingga sakit maag.”
Aku mengangguk dengan diikuti senyuman, hati dipenuhi dengan berbagai macam perasaan.
Teringat Cheng Jinshi juga pernah memarkirkan mobilnya di tepi jalan dan pergi membeli dessert, dia membawanya untuk Song Jiamin.
Sampai sekarang, aku masih ingat, kue itu adalah rasa stroberi. Aku menggeleng-gelengkan kepala. Ingin menghempaskan pria itu keluar dari benakku.
Memakan kue mangga, sambil coba menekan kepahitan di hati yang sulit dikontrol itu dengan kemanisan di lidah.
Tiba di rumahku, selesai makan malam, jarum di jam tangan sudah menunjuk ke angka 10.
Aku mengantar Zhou Ziyun sampai ke depan lift, “maaf, waktu hari ini agak mendesak, tidak bisa melayanimu dengan baik, lain kali aku akan mempersiapkan terlebih dahulu, membeli lebih banyak sayur.”
Dia terus menatapku, menatap hingga aku merasa ada sesuatu di wajahku, barulah dia berkata dengan serius, “hatimu seharusnya tahu, aku hanya ingin makan bersamamu di dalam rumah, aku sangat suka dengan lauk hari ini.”
Dia memiliki maksud lain.
Aku tidak mahir dalam merespon kondisi seperti ini, berkata dengan ragu-ragu: “presiden Zhou, kamu juga tahu, aku tidak berpikiran untuk……”
Memulai suatu hubungan baru.
Dia tampak tidak memiliki cara untuk menghadapiku, suaranya memotong sisa perkataanku, “sudahlah, aku yang terburu-buru. Lain kali jangan memanggilku presiden Zhou jika tidak sedang berada di perusahaan.”
Aku mendongak, “ha!”
“Kamu boleh memanggilku Ziyun, apa pun boleh, asalkan bukan presiden Zhou.”
Selesai dia berkata, lift kebetulan terbuka, dia sepertinya takut ditolak olehku, segera masuk dan berucap: “pulanglah, aku pergi dulu.”
Malam hari, aku berbaring di atas ranjang, memikirkan kembali apa yang sudah terjadi di malam ini, aku bahkan mencurigai apakah hatiku sudah mati.
Mati di tangan orang itu.
Apa pun yang dilakukan orang lain terhadapku, aku hanya akan terharu, sulit untuk timbul sedikit pun perasaan.
——-------
Aku kembali bekerja di perusahaan Zhou, pihak Dongchen malah belum ada kabar, seperti melupakan kejadian kebocoran desain.
Namun, juga berkemungkinan sesuai dengan dikatakan oleh Lin Zhi sebelumnya, bahwa Dongchen hanya memerlukan seseorang untuk menjadi kambing hitam, sehingga mereka memiliki suatu penjelasan untuk perusahaan Su.
Hal-hal selain itu, mereka mungkin tidak peduli sama sekali.
Tetapi, itu tidak berarti bahwa kejadian ini berlalu begitu saja.
Siang ini, aku baru saja kembali ke kantor setelah makan siang, rekanku, Jiang Ziyu langsung bergegas datang padaku, berbisik dengan penuh misteri “asisten Ning, asisten Ning, sepertinya presiden Zhou bertengkar dengan ketua dewan di dalam kantor karena kamu.”
Ketua dewan?
Aku tahu bahwa ketua dewan merupakan ayah dari Zhou Ziyun, tapi hal-hal di perusahaan Zhou, baik hal kecil maupun besar, semua itu diputuskan oleh Zhou Ziyun, ketua dewan jarang melakukan intervensi, dia hanya akan datang ke perusahaan ketika rapat tahunan ataupun rapat besar dewan, aku belum pernah bertemu dengannya.
Aku terbengong, menangkap kata-kata penting, “karena aku?”
Dia mengangguk-angguk, “iya, saat kalian semua pergi makan tadi, ketua dewan tiba-tiba datang, masuk ke kantor presiden Zhou dengan penuh amarah, dia bahkan membanting gelas.”
Aku bertanya, “apakah kamu tahu masalah apa yang mereka bahas?”
“Sepertinya tentang kebocoran apa gitu, yang penting masalah itu sepertinya berhubungan dengan perusahaan Dongchen. Jarak tempatku dengan mereka agak jauh, lalu asisten ketua dewan juga menutup pintu, aku pun tidak bisa mendengar dengan jelas.” Dia mengingat dengan cermat.
Aku merapatkan bibir, “baiklah, aku sudah tahu, sore nanti aku traktir kamu milk tea.”
Dia mengangguk dengan tersenyum manis, “kalau begitu kamu sendiri lebih hati-hati ya.”
Aku berjalan ke tempat dudukku, tempatku dan kantor Zhou Ziyun hanya terpisah oleh pintu, aku bisa mendengar keributan dari dalam, secara samar-samar terdengar namaku.
Sekitar dua puluh menitan, pintu kantor terbuka, asisten ketua dewan keluar dari dalam, berkata padaku dengan wajah tak berekspresi: “asisten Ning, ketua dewan menyuruhmu masuk.”
“Baik,”
Hatiku secara tidak sadar menjadi tegang, bangkit dan masuk.
Muka Zhou Ziyun dipenuhi amarah, nada suaranya melambung tinggi, “Ayah, aku sudah bilang, masalah itu tidak berhubungan dengannya!”
Aku pertama kali melihat sosok dia yang marah.
Ketua dewan duduk di sofa, langsung mengabaikan perkataan Zhou Ziyun, raut mukanya gelap, tatapannya yang tajam jatuh padaku, “kamu Ningxi? Kamu sudah dipecat, sore nanti pergi ke departemen keuangan dan ambil gajimu.”
Novel Terkait
Beautiful Lady
ElsaAsisten Bos Cantik
Boris Drey1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaYama's Wife
ClarkMy Cold Wedding
MevitaSee You Next Time
Cherry BlossomThe Richest man
AfradenStep by Step
LeksCintaku Pada Presdir×
- Bab 1 Keributan Dalam Pesta Pernikahan
- Bab 2 Pertemuan Mendadak
- Bab 3 Identitas Yang Cukup Mengejutkan
- Bab 4 Kamu Telah Melewati Batas
- Bab 5 Ingin Melahirkan Anak
- Bab 6 Anak Mereka
- Bab 7 Akulah Orang Luar
- Bab 8 Bercerailah
- Bab 9 Pelampiasan dari Efek Alkohol
- Bab 10 Rahasia Song Jiamin
- Bab 11 Keributan Makan Malam
- Bab 12 Rusaknya Rem Mobil
- Bab 13 Apakah Kalian Pernah Melakukannya
- Bab 14 Pemberitahuan Berbahaya
- Bab 15 Aku Hamil
- Bab 16 Perceraian
- Bab 17 Aborsi
- Bab 18 Waktu Mengubah Semuanya
- Bab 19 Percintaan Mereka Yang Dalam Dan Kental
- Bab 20 Tamparan Balasan
- Bab 21 Uang Ini Cukup?
- Bab 22 Jinshi, Apakah kamu Percaya
- Bab 23 Jangan Jadikan Aku Pengganti
- Bab 24 Sengaja Ditabrak
- Bab 25 Menutupi Kemaluan Dengan Kemarahan
- Bab 26 Hubungan Apa Dengan Dia
- Bab 27 Terpergok Berzinah
- Bab 28 Ancaman
- Bab 29 Diam-Diam Mengangkat Teleponku
- Bab 30 Kehilangan Anakku
- Bab 31 Kamu Berencana Menukarnya dengan Apa
- Bab 32 Fakta Tentang Kematian Ibu
- Bab 33 Selingkuhan atau Kekasih?
- Bab 34 Mendapatkan Bukti
- Bab 35 Mati Di Tempat
- Bab 36 Dia Telah Kembali
- Bab 37 Temani Aku Tidur
- Bab 38 Hanya Kamu yang Menginginkanku
- Bab 39 Dia Tidak Boleh Berhasil
- Bab 40 Mendapatkan Kemalangan
- Bab 41 Pelacur Sok Suci
- Bab 42 Pemimpin Baru Proyek
- Bab 43 Pasangan Serasi
- Bab 44 Wanita Terbuang
- Bab 45 Tidak Mengizinkan
- Bab 46 Tidak Bisa Menyaingi
- Bab 47 Mengancam
- Bab 48 Mimpi Buruk Yang Tak Bisa Disingkirkan
- Bab 49 Merindukanmu
- Bab 50 Kakekku Pingsan
- Bab 51 Kakaknya Song Jiamin
- Bab 52 Rela Menunggu
- Bab 53 Merendahkan Dirinya Sendiri
- Bab 54 Dia Bukannya Tidak Pernah Menipu Aku
- Bab 55 Kenapa Bisa Begitu Kejam
- Bab 56 Cepat Atau Lambat Akan Menjadi Keluarga
- Bab 57 Ancaman Dari Ning Zhenfeng
- Bab 58 Kehidupan Dan Kematianmu.
- Bab 59 Kapan Kamu Bisa Mempercayaiku Sekali?
- Bab 60 Marah dan Sakit Hati
- Bab 61 Lelucon Ini Tidak Lucu
- Bab 62 Terserah Kamu Percaya Atau Tidak
- Bab 63 Siapapun Jangan Ada Yang Berharap Bisa Hidup Dengan Tenang
- Bab 64 Cheng Jin Shi, Aku Membencimu
- Bab 65 Mari Kita Bicara
- Bab 66 Meninggalkan Kota Nan
- Bab 67 Kakak Sepupumu Di Ranjangku
- Bab 68 Duri Dalam hati
- Bab 69 Siapa Yang Kamu Pilih
- Bab 70 Bukti Meyakinkan
- Bab 71 Aku Percaya Padamu
- Bab 72 Kita Masih Bisa Punya Anak
- Bab 73 Selangkah Menuju Kebenaran
- Bab 74 Pembunuhnya Adalah Dia
- Bab 75 Berbalik Memfitnahku
- Bab 76 Zhou Ziyun Menyelamatkanku
- Bab 77 Dia Dari Awal Sudah Membenciku
- Bab 78 Aku Benar Tidak Menyentuhmu
- Bab 79 Emosi
- Bab 80 Tuduhan Kejahatan Ini Sekalian Dihitung
- Bab 81 Apakah Semua Kebaikanmu Itu Palsu
- Bab 82 Salahkan Dirinya Sendiri
- Bab 83 Ning Xi Kamu Tidak Akan Bisa Melarikan Diri
- Bab 84 Memberikan Segala Yang Kamu Suka
- Bab 85 Berakhir Hari Ini
- Bab 86 Aku yang Membocorkan Desain
- Bab 87 Aku Bisa Memperbaiki Kesalahanku
- Bab 88 Kamu Sudah Dipecat
- Bab 89 Anakmu Segera Mempunyai Ibu Tiri
- Bab 90 Tuan Zhou Baik Pada Pacarnya
- Bab 91 Kembalikan Kunci Itu Kepadaku
- Bab 92 Orang Yang Ingin Aku Nikahi Hanya Kamu
- Bab 93 Buktikan Dulu Kepadaku
- Bab 94 Hari Ching Ming
- Bab 95 Pemilik Sebenarnya Adalah Cheng Jinshi
- Bab 96 Menyimpan Selingkuhan
- Bab 97 Dua garis
- Bab 98 Benar, Tetapi Tidak Ada Hubungannya Denganmu
- Bab 99 Juga Memberimu Kesempatan
- Bab 100 Ingin Menjadi Ayah Anak Orang Lain
- Bab 101 Identitas Tuan Fu
- Bab 102 Waspada Terhadap Nyonya
- Bab 103 Apa Hubunganmu Dengan Lin Zhi?
- Bab 104 Melihat Orang Lain Melalui Diriku.
- Bab 105 Aku Ingin Menikah Denganmu, Maukah Kamu Menikah Denganku ?
- Bab 106 Mana Mungkin Ada Jika
- Bab 107 Karena Uang
- Bab 108 Diduga Membunuh Kakek
- Bab 109 Bantuan Dalam Investigasi
- Bab 110 Ayo, Kita Pulang Rumah
- Bab 111 Benarkah Bisa Memulai Dari Awal
- Bab 112 Coba Saja !
- Bab 113 Satu Orang Bersedia Untuk Mencintai Dan Satu Orang Lainnya Rela Untuk Dicintai
- Bab 114 Pelanggan Jinshi
- Bab 115 Jam Tujuh, Aku Menunggumu
- Bab 116 Dia Sangat Cocok Denganmu, Dan Aku Juga Sangat Menyukainya
- Bab 117 Satunya Sedang Ribut, Satunya Sedang Tertawa
- Bab 118 Kamu Harus Keluar Dengan Selamat
- Bab 119 Sekali Berani Membuka Mulut, Maka Sudah Tidak Ada Jalan Kembali
- Bab 120 Sebagai Balasan
- Bab 121 Semakin Panik, Semakin Bingung
- Bab 122 Aku Bukan Orang Yang Ada Di Hatinya
- Bab 123 Kamu Jangan Berpikir Mau Mengambil
- Bab 124 kamu Tidak Perlu Mengkhayal Aku Sebagai Musuh Cintamu
- Bab 125 Di Dunia Ini Ternyata Ada Ayah Seperti Dirimu
- Bab 126 Satu Keluarga yang Tidak Waras!
- Bab 127 Kamu Ingin melepaskan Proyek Ini?
- Bab 128 Jika Aku Adalah Kamu, Aku Lebih Baik Pergi Mati Saja.
- Bab 129 Apakah Kamu Hamil?
- Bab 130 Menggugurkan Anak
- Bab 131 Dia Memeluk Seorang Anak
- Bab 132 Menikah Kembali Adalah Pertunjukkan Tunggalku
- Bab 133 Meskipun Lautan Api, Aku Juga Harus Pergi
- Bab 134 Suamimu Tampan Sekali
- Bab 135 Semua Pesan Anonim Dikirim Olehnya
- Bab 136 Sesuatu Terjadi Pada Zhou Ziyun
- Bab 137 Kembali Ke Keluarga Cheng
- Bab 138 Ibu Akan Membawamu Pulang
- Bab 139 Pulanglah Denganku?
- Bab 140 Mencintaimu? Jangan Bermimpi!
- Bab 141 Pernikahan Kontrak
- Bab 142 Berdasarkan Apa Aku Menarik Tuntutan
- Bab 143 Dihukum Mati
- Bab 144 Kamu Benar-Benar Harus Berterima Kasih Kepada Kakak Yu Min
- Bab 145 Apakah Kamu Sudah Selesai Memarahi Aku?
- Bab 146 Apakah Begitu Memalukan
- Bab 147 Tidak Mengerti Apa Yang Sedang Dia Pikirkan
- Bab 148 Sudah Merepotkanmu Mengantar Suamiku Pulang
- Bab 149 Bertemu Shen Yanting Untuk Pertama Kalinya
- Bab 150 Aku Adalah Suamimu!
- Bab 151 Semakin Dijelaskan, Semakin Ditutupi Semakin Terkuak
- Bab 152 Memang Berbeda Seperti Bumi Dan Langit
- Bab 153 Kelinci Kalau Marah Juga Bisa Gigit Orang
- Bab 154 Apa Khawatir Dia Cemburu?
- Bab 155 Tetap Saja Disapu Keluar
- Bab ke-156 Setidaknya hati ini tidak resah jika tidak melihatnya
- Bab ke-157 Menjual Seumur Hidupku Lagi Untukmu?
- Bab ke-158 Seumur hidup ini kamu tidak akan bisa kabur kemanapun
- Bab 159 Apakah kamu tidak merasa dia mirip seseorang
- Bab 160 Ingin Menggantikan Orang Kesayanganmu Untuk Kecewa?
- Bab 161 Ya, Ini Adalah Rumah Kalian
- Bab 162 Cheng Jinshi, Sampai Jumpa di Biro Urusan Sipil
- Bab 163 Aku Sengaja Membawa Pergi!
- Bab 164 Ketakutan Akibat Dugaan yang Salah
- Bab 165 Sama Sekali Tidak Ada Hubungannya dengan Aku
- Bab 166 Aku sama sekali tidak percaya
- Bab 167 Aku Lihat Siapa Yang Berani
- Bab 168 Menggoda Pria Mana Pun
- Bab 169 Tante, itu karena dia pantas ditampar
- Bab 170 Tidak Ingin Berjalan Di Atas Es Tipis Lagi
- Bab 171 Ini Adalah Calon Istriku
- Bab 172 Kamu Juga Harus Bahagia
- Bab 173 Kita Bukanlah Orang Yang Sama
- Bab 174 Semua Sudah Berubah Menjadi Lelucon
- Bab 175 Ancaman Dirinya
- Bab 176 Aku Tidak Tertarik
- Bab 177 Aku Hanya Sekedar Ingin Membantumu
- Bab 178 Sekarang Aku Memberikan Kesempatan Padamu
- Bab 179 Aku Sangat Menyukai Dirimu yang Begitu Munafik
- Bab 180 Sangat Mengejutkan
- Bab 181 Mungkin Akan Meninggal
- Bab 182 Apakah Kamu Sudah Puas Sekarang?
- Bab 183 Lemah Dengan Perlakuan Lembut
- Bab 184 Haruskah Kamu Mengucapkan Kata-Kata Dengan Duri?
- Bab 185 Tidak Layak Untuk Menerimanya
- Bab 186 Petunjuk
- Bab 187 Dia Lebih Buruk Dari Wanita Jalang
- Bab 188 Harapan yang Dikancingkan Padaku
- Bab 189 Memberi Kompenassi 100 Miliar
- Bab 190 Kamu Harus Ingat Siapa Dirimu!
- Bab 191 Protagonis Dalam Cerita Itu Adalah Aku
- Bab 192 Apakah Kamu Sudah Cukup Dengan Permainanmu?
- Bab 193 Dia Mencabut Gugatan, Kita Mengajukan Gugatan
- Bab 194 Menjauhlah Dari Tunanganku!
- Bab 195 Aku Telah Diikuti Oleh Seseorang Selama 24 Jam
- Bab 196 Aku Pasti Tidak Akan Melepaskanmu!
- Bab 197 Tanda Tangani Itu, Aku Baru Biarkan Kamu Pergi
- Bab 198 Sangat Marah
- Bab 199 Melihat Sedikit Harapan Kemenangan
- Bab 200 Sedangkan Aku, Juga Tidak Ingin Menyesuaikan Kamu Lagi
- Bab 201 : Yang Penting Kamu Tidak Merasa Malu
- Bab 202 Menurutku Dia Seperti Nenek Moyang!
- Bab 203 Cepat Atau Lambat Akan Membuatmu Kehilangan Segalanya
- Bab 204 Tetapi Aku Memiliki Satu Syarat
- Bab 205 Seperti Mimpi Yang Langsung Menghilang Dalam Sekejap
- Bab 206 Sungguh Bagus Sekali Rencana Kalian
- Bab 207 Aku Sangat Merindukanmu
- Bab 208 Mungkin Berakibat Fatal
- Bab 209 Kamu Pergi Mati Saja
- Bab 210 Aku Kira Kamu Tidak Akan Datang
- Bab 211: Makan Bersama Ini, Tidaklah Sesederhana Itu
- Bab 212: Aku Merasa Darahku Menjadi Dingin
- Bab 213: Tidak Ada Jalan Yang Bisa Ditempuh Lagi
- Bab 214: Berbisnis Seperti Di Medan Perang
- Bab 215 Aku Mengatakan Suruh Kamu Pergi
- Bab 216: Apakah Ada Masalah Yang Kamu Sembunyikan Dariku
- Bab 217 Aku Tidak Bisa Membiarkan Apa Yang Dia Inginkan Terjadi
- Bab 218 Dalam Satu Detik Menampar Wajah
- Bab 219 Sayang, Selamat Ulang Tahun
- Bab 220 Maaf Aku Terlambat Pulang
- Bab 221 Aku Tidak Perlu Kamu Bekerja Terlalu Keras
- Bab 222 Tangan Memanas
- Bab 223 : Mungkinkah Kamu Yang Melakukannya
- Bab 224 : Karena Ada orang Melakukan Terlalu Banyak Hal Buruk
- Bab 225 Membayar Dengan Harga Yang Menyakitkan
- Bab 226 Membuatku Tidak Bisa Lari Kemanapun
- Bab 227 Semuanya Tidak Benar
- Bab 228 Percayakah Kamu?
- Bab 229 Apakah Kamu Tidak Punya Hati?
- Bab 230 Siapakah Orang Itu
- Bab 231 Apakah Kamu Tidak Merasa Dirimu Munafik?
- Bab 232 Pasti Ada Yang Salah
- Bab 233 Serigala Di Depan, Harimau Di Belakang
- Bab 234 Percobaan
- Bab 235 Permintaan Maaf Hanya Alasan Saja
- Bab 236 Pertentangan Ini Tidak Baik Bagi Semua Orang
- Bab 237 Jangan Kamu Berharap Ada Lain Kali
- Bab 238 Apakah Kamu Bisa Menukar Pria Yang Kamu Sukai
- Bab 239 Memiliki Hubungan
- Bab 240 Akankah Kamu Bersama Dengannya?
- Bab 241 Semuanya Terlalu Dramatis
- Bab 242 Sekarang, Sudah Tidak Penting
- Bab 243 Kalau Aku Menginginkannya
- Bab 244 Bagaimana Aku Bisa Tenang
- Bab 245 Semakin Ditakutkan Semakin Menjadi Kenyataan
- Bab 246 Dia Keguguran
- Bab 247 Bagaimana Jika Aku Menikah Dengannya?
- Bab 248 Kembali Untuk Memberikanmu Sebuah Hadiah
- Bab 249: Membalikkan Semua Argumen
- Bab 250: Aku Adalah Jimat Perlindunganmu
- Bab 251 Tidak Baik Jika Dilihat Oleh Pacarmu