Cintaku Pada Presdir - Bab 173 Kita Bukanlah Orang Yang Sama

Pernikahan Zhou Ziyun, seolah-olah membuat beban di dalam hatiku terlepaskan, tiga hari berturut-turut, suasana hati cukup santai.

Kecuali, konflik antara aku dan Xue Ke, membuatku tidak tahu harus bagaimana.

Aku meluangkan waktu untuk pergi mencari sebuah perusahaan penyalur pengasuh yang bisa diandalkan, mempekerjakan seorang pengasuh, begitu lihat sudah tahu orang jujur, khusus untuk menjaga An An, aku juga bisa lebih tenang.

Kalau tidak, selalu membawa An An untuk pergi kerja, itu juga bukan hal yang bagus.

Semua masalah, tampaknya sedang berkembang ke arah yang lebih baik.

Dan aku, juga bisa lepas tangan untuk pergi melakukan keputusanku sendiri......

Aku sedang berbaring di sofa rumah, mengeluarkan ponsel dan membuka daftar nomor telepon, berhenti lama di sebuah nomor telepon yang sudah sangat akrab dalam hatiku.

Akhirnya, tetap kembali ke papan tombol telepon, mengetik nomor satu per satu, tampaknya, dengan begini baru terlihat lebih serius.

Aku menelepon ke sana dan sangat cepat sudah terhubung, terdengar suara pria yang rendah dan serak, “Halo.”

Aku menarik nafas dalam-dalam, berbicara dengan acuh tak acuh, “Cheng Jinshi, kita cari waktu luang, bersama pergi ke KUA untuk mengurus prosedur perceraian saja.”

“Aku tidak setuju.” Tekadnya bulat sekali, sama sekali tidak ada kompromi, dalam nada bicara masih ada kemarahan yang tidak bisa ditutupi.

Masih tetap keras dan berkuasa seperti sebelumnya.

Tidak ada gejolak dalam hatiku, “Tidak apa-apa juga kalau kamu tidak setuju, paling, aku tunggu dua tahun lagi. Menurut hukum pernikahan, asalkan sudah pisah rumah selama dua tahun, maka sudah bisa bercerai.”

Pria terdiam di seberang telepon sana, bahkan nafas juga berubah menjadi lebih kasar, agak lama, baru sedikit mengalah, “Kita buat janji di sebuah tempat, baik-baik merundingkannya.”

Aku sedang melihat ke An An yang sedang memegang botol susu tapi tidak meminum susunya, lalu menyetujuinya, “Baik.”

Dia bahkan berinisiatif mengajak berunding, maka ada kemungkinan akan menyetujuinya.

Aku juga tidak memiliki alasan untuk tidak pergi.

Dia memberikan alamat padaku, sebuah kedai kopi, waktu ketemuan satu jam kemudian.

Menutup telepon, aku berdiri dan kembali ke dalam kamar tidur, dengan serius melakukan penyesuaian di dalam, mengganti pakaian rumahku, mengenakan gaun wol kerah tinggi, lalu mengenakan mantel kasmir merah yang baru dibeli tahun ini, membuat aura diseluruh tubuh jauh lebih baik.

Bagaimanapun, pergi menemui orang yang sudah dicintai selama bertahun-tahun, walaupun berpisah, seharusnya juga harus cukup bermartabat.

“Baby, jika setelah kamu lahir tidak memiliki papa, apakah kamu akan menyalahkan mama?”

Sebelum keluar dari kamar, aku bergumam pada anak yang ada dalam perut.

Sebenarnya, hanya dua anakku ini yang membuatku merasa berhutang pada mereka.

Memilih melahirkan mereka, tapi tidak bisa memberi mereka keluarga asli yang bahagia dan sehat.

Aku berpesan beberapa kata pada bibi Wu, baru mengendarai mobil menuju ke kedai kopi tempat janjian dengan Cheng Jinshi.

Aku menghentikan mobil di tempat parkir kedai kopi, yang tak terduga adalah, jelas-jelas hari libur, tempat parkir malah kosong sekali.

Selain mobilku, hanya ada mobil Maybach hitam yang rendah profil tapi beraura tinggi seperti diri Cheng Jinshi sendiri.

Aku berjalan ke dalam kedai kopi, tetap tidak ada satu orang pun, pelayan maju ke depan untuk bertanya, “Apakah nona Ning?”

“Iya.” Aku mengangguk, juga memastikan, kalau Cheng Jinshi yang memesan semua tempat.

“Baik, tuan Cheng sudah menunggumu di dalam.”

Pelayan memimpinku berjalan ke sebuah tempat duduk yang lebih dalam, sepasang mata Cheng Jinshi yang bagaikan mata elang, terus menatapku, seperti ingin melihat ke dalam hati, jantung, limpa dan ginjalku.

Suasana hatiku yang awalnya sangat datar, berada di bawah matanya, mulai tegang tanpa sebab.

“Segelas jus, jangan biarkan satu orang pun masuk untuk mengganggu.”

Setelah berjalan mendekat, Cheng Jinshi memerintahkan pelayan dengan suara pelan.

Setelah pelayan mengangguk lalu pergi ke meja bar.

Perlahan aku duduk, melihat ke arahnya, “Katakan saja, apa yang akan dirundingkan?”

“Apakah harus bercerai?” Dia tetap menatapku, tatapan mata tidak mudah ditebak.

Tanpa sadar aku meremas-remas telapak tangan yang diletakkan di atas meja, “Iya, harus.”

Dia mengerutkan keningnya, kedua mata sangat dalam, “Xiao Xi, kamu pertimbangkan lagi, walaupun demi masa depan anak-anak.”

“Tidak perlu, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan masa depan yang baik buat anak-anak, meskipun tidak akan bisa dibandingkan dengan keluarga Cheng, tapi setidaknya, aku bisa memberikan semua cintaku pada mereka.”

Sekarang aku merasa, bagi anak-anak, kebutuhan emosial lebih baik dari pada kebutuhan materi.

“Anak-anak bukan hanya butuh kasih sayang ibu, juga membutuhkan kasih sayang ayah, mereka bukan hanya anakmu sendiri, juga anak-anakku.”

“Apakah kamu sedang menggunakan hak asuh anak untuk mengancamku?”

Aku hanya mendengar arti dari dalam kata-katanya, spontan sikap menjadi lebih kaku.

Mendadak dia bersikap lebih lembut, membuat hatiku, entah kenapa hati seperti ditusuk oleh sesuatu.

Tidak sakit, tapi hanya sedikit tidak nyaman.

Aku menghindar dari tatapannya, “Aku tidak tahu apa maksudmu, tapi aku sudah berpikir dengan jelas, pasti harus bercerai.”

Aku sudah tidak bisa menemukan makna untuk terus mempertahankan pernikahan ini lagi.

Dulu, aku demi cinta, mengejarnya dan mengaguminya.

Sekarang, mungkin aku sudah dewasa, juga mungkin sudah menyerah, hanya ingin menghabiskan pikiran dan tenaga untuk hal yang benar-benar penting.

Anak-anak, pekerjaan, semua itu lebih penting dibandingkan cinta yang hampa dan tidak bisa digapai ini.

“Ning Xi!” Dia berteriak dengan marah, kemungkinan kesabarannya sudah mencapai batas.

Aku tersenyum dengan santai, lalu berdiri, “Apakah sudah lihat, Cheng Jinshi, aku juga berharap pria yang aku cintai, bisa membujukku, mencintaiku, bukannya seperti dirimu, bahkan kesabaran padaku juga sangat kurang hingga begitu menyedihkan.”

Selesai bicara, langsung bersiap akan pergi.

Dia tertegun sejenak, emosi berangsur-angsur mereda, tatapan mata agak mengemis, ini adalah pertama kalinya aku melihat tatapan mata seperti ini dalam dirinya.

“Aku juga bisa, kamu katakan, aku bisa merubahnya.” Dia langsung meraih pergelangan tanganku, terus menerus menatapku, ujung jari yang agak dingin melalui kulit, sedikit demi sedikit menembus ke dalam darahku.

Aku bahkan tidak bisa mengeluarkan tenaga unyuk menarik kembali pergelangan tanganku, “Orang dari dunia yang sama, mungkin bisa berubah, tapi kita? Kita bukan orang dari dunia yang sama, berubah? Sama sekali mustahil.”

“Kalau begitu kamu katakan, apa yang seharusnya aku lakukan, melakukan apa, agar diantara kita masih ada sedikit kemungkinan?”

Aku tidak berharap dia akan mengalah dan mengalah lagi, Cheng Jinshi yang seperti ini, aku sangat asing.

Di hadapanku dia selalu berkuasa dan kuat.

Aku takut, takut diriku akan mengalah, memaksakan diri berkata, “Bagaimanapun tidak mungkin…….hmm.”

Mendadak dia berdiri, menutup mulutku, menerobos ke dalam rongga mulutku dengan kasar, menelan sisa kata-kataku.

Aku menggunakan seluruh tenagaku untuk mendorongnya menjauh, memelototinya sejenak, berbalik dan pergi tanpa membalikkan kepala.

Baru saja keluar dari kedai kopi, saat berjalan ke mobil, tiba-tiba Lin Zhi muncul, menghalangi jalanku, tapi sikapnya benar-benar berlawanan dengan sebelumnya, wajah penuh senyuman menyanjung, “Xiao Xi, dulu aku yang salah, tidak seharusnya kau bersikap seperti itu padamu, aku berjanji padamu, kelak pasti tidak akan begitu lagi.”

Aku tidak mengucapkan sepatah kata pun, tidak melihat rasa bersalah dan menyesal darinya, aku merasa wajahnya penuh kemunafikan dan kebohongan.

Aku berkata dengan suara dingin: “Kelak kamu juga tidak akan memiliki kesempatan untuk berbuat seperti itu padaku lagi.”

Dalam sekejap senyuman di wajahnya sirna, melihatku dengan tatapan marah, “Apa maksudmu?”

“Xiao Xi……”

Cheng Jinshi mengejar keluar dan begitu Lin Zhi mendengar suara Cheng Jinshi, ekspresi wajahnya berubah dengan cepat, kembali ke wajah awal yang penuh sanjungan, menarik lenganku, memaksakan diri untuk tersenyum, “Xiao Xi, walaupun kamu hanya demi An An dan anak dalam perutmu, juga seharusnya mempertimbangkan lagi masalah bercerai…….”

Aku menepis tangannya, juga mengabaikan Cheng Jinshi yang mengejar ke sini, langsung masuk ke dalam mobil, menjalankan mobil untuk pergi.

Hanya saja, saat aku baru keluar dari tempat parkir, seolah-olah merasakan ada sebuah tatapan, melalui jendela terus memandangiku, membuatku merinding.

Tanpa sadar aku memperlambat laju mobil, menurunkan jendela mobil lalu melihat ke kejauhan, hanya sepintas, langsung melihat mobil Porsche yang parkir di seberang jalan, di dalam mobil duduk seorang wanita yang memakai kaca mata hitam.

Aku tidak terlalu jelas melihatnya, tapi insting memberi tahuku…… itu adalah Qin Yuming.

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu