Cintaku Pada Presdir - Bab 188 Harapan yang Dikancingkan Padaku
Kata-kata ini menyengat Ibu Su. Dia meraih garpu yang diletakkan di atas meja dan hendak menusukku dengan disertai tatapan ganas!
"Dasar wanita jalang, siapa yang memberimu keberanian untuk mengatakan putriku?!"
Walau aku telah siap siaga, tapi aku tetap saja terkejut. Tubuhku merespons secara reaktif dengan bersandar ke samping, garpu menggosok bahuku.
Hampir saja garpunya itu melukaiku.
Aku benar-benar tidak tahan dengan sikap agresifnya. Aku mengambil kesempatan dari ketidaksiapannya, mengulurkan tanganku untuk mengontrol pergelangan tangannya dan mengambil garpu dari tangannya. "Apakah kamu tidak merasa malu?!"
Dia menepuk meja dengan keras, mencibir dengan emosi, "Malu?! Apakah kamu tahu cara menulis kata malu! Jika kamu tahu malu, bagaimana mungkin kamu melahirkan anak haram ketika kamu dan Jinshi mau cerai!"
Darahku mendidih!
Aku menggenggam garpu, lalu tiba-tiba menikam telapak tangannya yang terletak di atas meja, membentak, "Diam, kamu!"
Dia sangat ketakutan sampai lupa untuk bereaksi. Pupil matanya melebar sambil melihat ke atas meja. Garpu di tanganku jatuh di antara jari-jarinya. Wajahnya memucat, "Kamu… ... kamu… ..."
"Ada apa denganku? Lanjutkan kutukanmu." Ucapku sekata demi sekata dengan marah.
Di matanya, aku mungkin adalah domba kecil yang enak digertak. Sekarang melihat aku melakukan hal seperti ini, dia terkejut.
Dia mengangkat tangannya dengan hati-hati, bahunya gemetaran, tapi dia masih tidak lupa untuk mengutuk: "Orang gila! Kamu benar-benar gila! Aku mau menelepon polisi untuk menangkapmu… ..."
"Pergi!"
Aku memelototinya dengan dingin, kata yang dikeluarkanku sedingin es.
Dia awalnya ingin berurusan denganku lagi, tetapi dia mungkin takut aku akan lepas kendali dan melakukan sesuatu di luar batas, jadi dia hanya bisa mengutuk dan pergi.
Tepat setelah dia pergi, Shen Yanting dan Su Shanshan telah selesai bicara dan berjalan kembali ke arahku.
Pada saat yang sama, pramusaji juga mulai menyajikan hidangan.
“Tampaknya saran yang kamu berikan cukup berguna.” Setelah duduk, Shen Yanting menghela nafas sambil tersenyum ringan.
Aku berpura-pura tidak terjadi apa-apa, bertanya dengan bingung, "Apa maksudmu?"
Dia mengambil pisau dan garpu, memotong steak dengan gaya elegan, "Untungnya aku mendengarkan saranmu dan tidak bekerja sama dengan Grup Su. Mereka terlalu nekat. Ketika bisnis dengan perusahaan lain tidak jadi, prinsip benar tetap dituruti. Sedangkan gagal berbisnis dengan mereka malah menyisakan akhiran saling tidak baikan."
Pencapaian skala besar Grup Su hingga hari ini seharusnya merupakan usaha Ayah Su.
Ibu Su terlalu memanjakan Su Shanshan, dia mengikutinya dalam segala hal.
Sedangkan Su Shanshan bersifat arogan dan agresif, memandang rendah orang lain.
Namun, aku hanya memikirkannya di dalam hati, tidak mengatakannya, melainkan hanya tersenyum, "Cari perusahaan lain yang lebih cocok saja."
Dia mengangguk, "Ini adalah satu-satunya cara. Jika cara ini tidak membuahkan hasil, maka Klein hanya bisa bertarung sendirian."
“Aku yakin kamu bisa melakukannya dengan baik.” Aku tidak tahan untuk mengakui kemampuannya.
Dia tersenyum tipis, "Terima kasih."
Usai makan, aku hendak kembali ke rumah sakit. Aku benar-benar tidak ingin menunda proyek ini.
Mengenai persoalan apakah kantor telah dibereskan, aku tidak peduli.
Pokoknya aku memilih untuk memosisikan kantor desain di rumah sakit hanya untuk mencari inspirasi, lingkungan kantor tidak penting.
Aku kembali ke rumah sakit, membiarkan pintu gudang setengah terbuka untuk mendengarkan gerak-gerik di Departemen Kebidanan dan Ginekologi. Aku terus melukis di atas kertas, tetapi aku tidak dapat menghasilkan satu pun lukisan yang memuaskan diriku sendiri.
Aku meremas satu demi satu kertas gambar menjadi remukan bola, membuangnya ke tempat sampah, menggaruk-garuk kepala, melempar kuas cat ke atas meja, bersandar di sandaran kursi dengan kesal.
Entah kenapa, ada banyak ide di benakku, tetapi aku tidak bisa mengungkapkannya dengan sempurna.
Tidak peduli bagaimana aku melukis, aku selalu merasa ada sesuatu yang kurang.
Aku keluar dan pergi ke balkon di ujung koridor untuk mencari udara segar.
Berada di rumah sakit ini, aku tidak merasa asing ataupun takut. Sebaliknya, berada di sini memberiku rasa tentram.
Karena ibuku meninggal di sini.
Memikirkan hal ini, sebuah pikiran tiba-tiba terlintas di benakku, peninggalan yang ditinggalkan oleh ibuku, liontin giok suet.
Sejak aku membawanya pulang, aku menyimpannya dengan hati-hati dan belum pernah mengeluarkannya untuk dipakai.
Tetapi sekarang ketika aku memikirkannya, hatiku kembali memiliki banyak keraguan.
Selain itu, entah kenapa ada semacam perasaan bahwa hal ini tidak dapat ditunda sedetik pun, seolah ada sesuatu di hati yang mendesakku.
Tanpa berpikir panjang, aku kembali ke gudang untuk mengambil tas, buru-buru pulang ke rumah dengan mobil. Dari laci lemari rias, aku menemukan kotak beludru dan mengeluarkan liontinnya.
Aku duduk di ranjang dan memperhatikan liontin tersebut dengan seksama. Pada suatu momen, inspirasi tiba-tiba membanjiri pikiranku.
Seolah itu adalah semacam harapan yang dikancingkan padaku.
Aku memasukkan kembali liontin itu ke dalam kotak, membawa kotak dan pergi ke rumah sakit.
Aku mengurung diriku di gudang, melukis desain dengan sepenuh hati, seolah-olah ada sesuatu yang membimbing aku.
Aku menggambar tiga model sekaligus. Ketiga gambar ini merupakan hasil terbaik.
Menurutku, setiap desain itu seperti perubahan berdasarkan liontin itu.
Namun kenyataanya tidak ada kesamaan antara ketiga desain itu dengan liontin.
Aku tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaanku.
Aku berkonsentrasi pada detail desain lagi. Kemudian, aku meregangkan tubuh, merasa bahuku pegal dan sakit.
Saat aku melihat jam, waktu sudah mau pagi.
Ketika aku mengemasi barang-barang dan hendak pulang, tangis bayi tiba-tiba datang dari koridor. Tangisan itu sangat keras, tapi tidak berisik, melainkan memenuhi hatiku dengan kebahagiaan.
Malaikat kecil lain lahir ke dunia lagi.
Aku menyetir untuk pulang. Kota Nan adalah kota yang tidak pernah tidur. Meski masih pagi, jalanan sudah berkelap-kelip dan berpesta.
Suasana semacam ini membuat orang tidak merasa kesepian.
Ada dua malaikat kecil di rumah yang sedang menungguku pulang.
Aku pulang ke rumah, lalu mandi. Aku melihat Beibei tidur nyenyak di ranjang kecil, tertidur dengan tangan memeluk Anan.
Tanpa tidur semalaman membuatku bisa tidur nyenyak yang sudah lama tidak aku alami.
Keesokan harinya, aku bangun dengan segar. Aku memasukkan liontin ke dalam tas, mengambil desain yang aku rancang kemarin dengan hati yang tidak sabar untuk pergi ke Klein dan menemui Shen Yanting.
Saat aku tiba di perusahaan mereka, aku bertemu dengan Li Lan yang datang untuk bekerja. Dia
sekalian membawaku ke atas.
Setelah keluar dari lift, aku mengucapkan terima kasih padanya dan berjalan ke kantor Shen Yanting.
Sekretaris sedang membantu Shen Yanting membersihkan kantor. Pintu terbuka. Aku mengetuk pintu. Shen Yanting yang sedang membaca koran keuangan mendongak, agak terkejut, "Kenapa kamu di sini? Apakah kamu mengalami masalah dalam desain?"
Bibirku melengkung, tersenyum sambil berjalan masuk, "Tidak."
“Kalau begitu?” Tanyanya dengan alis terangkat.
Aku membuka tas arsip di tanganku dan mengeluarkan gambar desain, "Aku mau menunjukkan padamu beberapa gambar desain dari proyek baru."
“Begitu cepat?” Dia tidak bisa mempercayainya. Dia bangkit dari kursi dan mengambil alih arsipan desainku.
Aku mengangguk, "Aku tiba-tiba mendapat inspirasi kemarin, jadi aku menggambar tiga model sekaligus."
"Aku harus mengakui efisiensimu."
Dia tersenyum, lalu berkata kepada sekretaris: "Kamu keluar dulu dan tutup pintunya."
Setelah sekretaris keluar, dia duduk dan melihat gambar di tangannya dengan cermat. Dia membolak-balik halamannya beberapa kali. Alisnya semakin menegang.
Aku awalnya sangat percaya diri, tetapi sekarang aku merasa sedikit gugup, "Apakah ada masalah?"
Novel Terkait
Cinta Di Balik Awan
KellyAfter Met You
AmardaAfter The End
Selena BeeThe Revival of the King
ShintaSomeday Unexpected Love
AlexanderMy Lifetime
DevinaCintaku Pada Presdir×
- Bab 1 Keributan Dalam Pesta Pernikahan
- Bab 2 Pertemuan Mendadak
- Bab 3 Identitas Yang Cukup Mengejutkan
- Bab 4 Kamu Telah Melewati Batas
- Bab 5 Ingin Melahirkan Anak
- Bab 6 Anak Mereka
- Bab 7 Akulah Orang Luar
- Bab 8 Bercerailah
- Bab 9 Pelampiasan dari Efek Alkohol
- Bab 10 Rahasia Song Jiamin
- Bab 11 Keributan Makan Malam
- Bab 12 Rusaknya Rem Mobil
- Bab 13 Apakah Kalian Pernah Melakukannya
- Bab 14 Pemberitahuan Berbahaya
- Bab 15 Aku Hamil
- Bab 16 Perceraian
- Bab 17 Aborsi
- Bab 18 Waktu Mengubah Semuanya
- Bab 19 Percintaan Mereka Yang Dalam Dan Kental
- Bab 20 Tamparan Balasan
- Bab 21 Uang Ini Cukup?
- Bab 22 Jinshi, Apakah kamu Percaya
- Bab 23 Jangan Jadikan Aku Pengganti
- Bab 24 Sengaja Ditabrak
- Bab 25 Menutupi Kemaluan Dengan Kemarahan
- Bab 26 Hubungan Apa Dengan Dia
- Bab 27 Terpergok Berzinah
- Bab 28 Ancaman
- Bab 29 Diam-Diam Mengangkat Teleponku
- Bab 30 Kehilangan Anakku
- Bab 31 Kamu Berencana Menukarnya dengan Apa
- Bab 32 Fakta Tentang Kematian Ibu
- Bab 33 Selingkuhan atau Kekasih?
- Bab 34 Mendapatkan Bukti
- Bab 35 Mati Di Tempat
- Bab 36 Dia Telah Kembali
- Bab 37 Temani Aku Tidur
- Bab 38 Hanya Kamu yang Menginginkanku
- Bab 39 Dia Tidak Boleh Berhasil
- Bab 40 Mendapatkan Kemalangan
- Bab 41 Pelacur Sok Suci
- Bab 42 Pemimpin Baru Proyek
- Bab 43 Pasangan Serasi
- Bab 44 Wanita Terbuang
- Bab 45 Tidak Mengizinkan
- Bab 46 Tidak Bisa Menyaingi
- Bab 47 Mengancam
- Bab 48 Mimpi Buruk Yang Tak Bisa Disingkirkan
- Bab 49 Merindukanmu
- Bab 50 Kakekku Pingsan
- Bab 51 Kakaknya Song Jiamin
- Bab 52 Rela Menunggu
- Bab 53 Merendahkan Dirinya Sendiri
- Bab 54 Dia Bukannya Tidak Pernah Menipu Aku
- Bab 55 Kenapa Bisa Begitu Kejam
- Bab 56 Cepat Atau Lambat Akan Menjadi Keluarga
- Bab 57 Ancaman Dari Ning Zhenfeng
- Bab 58 Kehidupan Dan Kematianmu.
- Bab 59 Kapan Kamu Bisa Mempercayaiku Sekali?
- Bab 60 Marah dan Sakit Hati
- Bab 61 Lelucon Ini Tidak Lucu
- Bab 62 Terserah Kamu Percaya Atau Tidak
- Bab 63 Siapapun Jangan Ada Yang Berharap Bisa Hidup Dengan Tenang
- Bab 64 Cheng Jin Shi, Aku Membencimu
- Bab 65 Mari Kita Bicara
- Bab 66 Meninggalkan Kota Nan
- Bab 67 Kakak Sepupumu Di Ranjangku
- Bab 68 Duri Dalam hati
- Bab 69 Siapa Yang Kamu Pilih
- Bab 70 Bukti Meyakinkan
- Bab 71 Aku Percaya Padamu
- Bab 72 Kita Masih Bisa Punya Anak
- Bab 73 Selangkah Menuju Kebenaran
- Bab 74 Pembunuhnya Adalah Dia
- Bab 75 Berbalik Memfitnahku
- Bab 76 Zhou Ziyun Menyelamatkanku
- Bab 77 Dia Dari Awal Sudah Membenciku
- Bab 78 Aku Benar Tidak Menyentuhmu
- Bab 79 Emosi
- Bab 80 Tuduhan Kejahatan Ini Sekalian Dihitung
- Bab 81 Apakah Semua Kebaikanmu Itu Palsu
- Bab 82 Salahkan Dirinya Sendiri
- Bab 83 Ning Xi Kamu Tidak Akan Bisa Melarikan Diri
- Bab 84 Memberikan Segala Yang Kamu Suka
- Bab 85 Berakhir Hari Ini
- Bab 86 Aku yang Membocorkan Desain
- Bab 87 Aku Bisa Memperbaiki Kesalahanku
- Bab 88 Kamu Sudah Dipecat
- Bab 89 Anakmu Segera Mempunyai Ibu Tiri
- Bab 90 Tuan Zhou Baik Pada Pacarnya
- Bab 91 Kembalikan Kunci Itu Kepadaku
- Bab 92 Orang Yang Ingin Aku Nikahi Hanya Kamu
- Bab 93 Buktikan Dulu Kepadaku
- Bab 94 Hari Ching Ming
- Bab 95 Pemilik Sebenarnya Adalah Cheng Jinshi
- Bab 96 Menyimpan Selingkuhan
- Bab 97 Dua garis
- Bab 98 Benar, Tetapi Tidak Ada Hubungannya Denganmu
- Bab 99 Juga Memberimu Kesempatan
- Bab 100 Ingin Menjadi Ayah Anak Orang Lain
- Bab 101 Identitas Tuan Fu
- Bab 102 Waspada Terhadap Nyonya
- Bab 103 Apa Hubunganmu Dengan Lin Zhi?
- Bab 104 Melihat Orang Lain Melalui Diriku.
- Bab 105 Aku Ingin Menikah Denganmu, Maukah Kamu Menikah Denganku ?
- Bab 106 Mana Mungkin Ada Jika
- Bab 107 Karena Uang
- Bab 108 Diduga Membunuh Kakek
- Bab 109 Bantuan Dalam Investigasi
- Bab 110 Ayo, Kita Pulang Rumah
- Bab 111 Benarkah Bisa Memulai Dari Awal
- Bab 112 Coba Saja !
- Bab 113 Satu Orang Bersedia Untuk Mencintai Dan Satu Orang Lainnya Rela Untuk Dicintai
- Bab 114 Pelanggan Jinshi
- Bab 115 Jam Tujuh, Aku Menunggumu
- Bab 116 Dia Sangat Cocok Denganmu, Dan Aku Juga Sangat Menyukainya
- Bab 117 Satunya Sedang Ribut, Satunya Sedang Tertawa
- Bab 118 Kamu Harus Keluar Dengan Selamat
- Bab 119 Sekali Berani Membuka Mulut, Maka Sudah Tidak Ada Jalan Kembali
- Bab 120 Sebagai Balasan
- Bab 121 Semakin Panik, Semakin Bingung
- Bab 122 Aku Bukan Orang Yang Ada Di Hatinya
- Bab 123 Kamu Jangan Berpikir Mau Mengambil
- Bab 124 kamu Tidak Perlu Mengkhayal Aku Sebagai Musuh Cintamu
- Bab 125 Di Dunia Ini Ternyata Ada Ayah Seperti Dirimu
- Bab 126 Satu Keluarga yang Tidak Waras!
- Bab 127 Kamu Ingin melepaskan Proyek Ini?
- Bab 128 Jika Aku Adalah Kamu, Aku Lebih Baik Pergi Mati Saja.
- Bab 129 Apakah Kamu Hamil?
- Bab 130 Menggugurkan Anak
- Bab 131 Dia Memeluk Seorang Anak
- Bab 132 Menikah Kembali Adalah Pertunjukkan Tunggalku
- Bab 133 Meskipun Lautan Api, Aku Juga Harus Pergi
- Bab 134 Suamimu Tampan Sekali
- Bab 135 Semua Pesan Anonim Dikirim Olehnya
- Bab 136 Sesuatu Terjadi Pada Zhou Ziyun
- Bab 137 Kembali Ke Keluarga Cheng
- Bab 138 Ibu Akan Membawamu Pulang
- Bab 139 Pulanglah Denganku?
- Bab 140 Mencintaimu? Jangan Bermimpi!
- Bab 141 Pernikahan Kontrak
- Bab 142 Berdasarkan Apa Aku Menarik Tuntutan
- Bab 143 Dihukum Mati
- Bab 144 Kamu Benar-Benar Harus Berterima Kasih Kepada Kakak Yu Min
- Bab 145 Apakah Kamu Sudah Selesai Memarahi Aku?
- Bab 146 Apakah Begitu Memalukan
- Bab 147 Tidak Mengerti Apa Yang Sedang Dia Pikirkan
- Bab 148 Sudah Merepotkanmu Mengantar Suamiku Pulang
- Bab 149 Bertemu Shen Yanting Untuk Pertama Kalinya
- Bab 150 Aku Adalah Suamimu!
- Bab 151 Semakin Dijelaskan, Semakin Ditutupi Semakin Terkuak
- Bab 152 Memang Berbeda Seperti Bumi Dan Langit
- Bab 153 Kelinci Kalau Marah Juga Bisa Gigit Orang
- Bab 154 Apa Khawatir Dia Cemburu?
- Bab 155 Tetap Saja Disapu Keluar
- Bab ke-156 Setidaknya hati ini tidak resah jika tidak melihatnya
- Bab ke-157 Menjual Seumur Hidupku Lagi Untukmu?
- Bab ke-158 Seumur hidup ini kamu tidak akan bisa kabur kemanapun
- Bab 159 Apakah kamu tidak merasa dia mirip seseorang
- Bab 160 Ingin Menggantikan Orang Kesayanganmu Untuk Kecewa?
- Bab 161 Ya, Ini Adalah Rumah Kalian
- Bab 162 Cheng Jinshi, Sampai Jumpa di Biro Urusan Sipil
- Bab 163 Aku Sengaja Membawa Pergi!
- Bab 164 Ketakutan Akibat Dugaan yang Salah
- Bab 165 Sama Sekali Tidak Ada Hubungannya dengan Aku
- Bab 166 Aku sama sekali tidak percaya
- Bab 167 Aku Lihat Siapa Yang Berani
- Bab 168 Menggoda Pria Mana Pun
- Bab 169 Tante, itu karena dia pantas ditampar
- Bab 170 Tidak Ingin Berjalan Di Atas Es Tipis Lagi
- Bab 171 Ini Adalah Calon Istriku
- Bab 172 Kamu Juga Harus Bahagia
- Bab 173 Kita Bukanlah Orang Yang Sama
- Bab 174 Semua Sudah Berubah Menjadi Lelucon
- Bab 175 Ancaman Dirinya
- Bab 176 Aku Tidak Tertarik
- Bab 177 Aku Hanya Sekedar Ingin Membantumu
- Bab 178 Sekarang Aku Memberikan Kesempatan Padamu
- Bab 179 Aku Sangat Menyukai Dirimu yang Begitu Munafik
- Bab 180 Sangat Mengejutkan
- Bab 181 Mungkin Akan Meninggal
- Bab 182 Apakah Kamu Sudah Puas Sekarang?
- Bab 183 Lemah Dengan Perlakuan Lembut
- Bab 184 Haruskah Kamu Mengucapkan Kata-Kata Dengan Duri?
- Bab 185 Tidak Layak Untuk Menerimanya
- Bab 186 Petunjuk
- Bab 187 Dia Lebih Buruk Dari Wanita Jalang
- Bab 188 Harapan yang Dikancingkan Padaku
- Bab 189 Memberi Kompenassi 100 Miliar
- Bab 190 Kamu Harus Ingat Siapa Dirimu!
- Bab 191 Protagonis Dalam Cerita Itu Adalah Aku
- Bab 192 Apakah Kamu Sudah Cukup Dengan Permainanmu?
- Bab 193 Dia Mencabut Gugatan, Kita Mengajukan Gugatan
- Bab 194 Menjauhlah Dari Tunanganku!
- Bab 195 Aku Telah Diikuti Oleh Seseorang Selama 24 Jam
- Bab 196 Aku Pasti Tidak Akan Melepaskanmu!
- Bab 197 Tanda Tangani Itu, Aku Baru Biarkan Kamu Pergi
- Bab 198 Sangat Marah
- Bab 199 Melihat Sedikit Harapan Kemenangan
- Bab 200 Sedangkan Aku, Juga Tidak Ingin Menyesuaikan Kamu Lagi
- Bab 201 : Yang Penting Kamu Tidak Merasa Malu
- Bab 202 Menurutku Dia Seperti Nenek Moyang!
- Bab 203 Cepat Atau Lambat Akan Membuatmu Kehilangan Segalanya
- Bab 204 Tetapi Aku Memiliki Satu Syarat
- Bab 205 Seperti Mimpi Yang Langsung Menghilang Dalam Sekejap
- Bab 206 Sungguh Bagus Sekali Rencana Kalian
- Bab 207 Aku Sangat Merindukanmu
- Bab 208 Mungkin Berakibat Fatal
- Bab 209 Kamu Pergi Mati Saja
- Bab 210 Aku Kira Kamu Tidak Akan Datang
- Bab 211: Makan Bersama Ini, Tidaklah Sesederhana Itu
- Bab 212: Aku Merasa Darahku Menjadi Dingin
- Bab 213: Tidak Ada Jalan Yang Bisa Ditempuh Lagi
- Bab 214: Berbisnis Seperti Di Medan Perang
- Bab 215 Aku Mengatakan Suruh Kamu Pergi
- Bab 216: Apakah Ada Masalah Yang Kamu Sembunyikan Dariku
- Bab 217 Aku Tidak Bisa Membiarkan Apa Yang Dia Inginkan Terjadi
- Bab 218 Dalam Satu Detik Menampar Wajah
- Bab 219 Sayang, Selamat Ulang Tahun
- Bab 220 Maaf Aku Terlambat Pulang
- Bab 221 Aku Tidak Perlu Kamu Bekerja Terlalu Keras
- Bab 222 Tangan Memanas
- Bab 223 : Mungkinkah Kamu Yang Melakukannya
- Bab 224 : Karena Ada orang Melakukan Terlalu Banyak Hal Buruk
- Bab 225 Membayar Dengan Harga Yang Menyakitkan
- Bab 226 Membuatku Tidak Bisa Lari Kemanapun
- Bab 227 Semuanya Tidak Benar
- Bab 228 Percayakah Kamu?
- Bab 229 Apakah Kamu Tidak Punya Hati?
- Bab 230 Siapakah Orang Itu
- Bab 231 Apakah Kamu Tidak Merasa Dirimu Munafik?
- Bab 232 Pasti Ada Yang Salah
- Bab 233 Serigala Di Depan, Harimau Di Belakang
- Bab 234 Percobaan
- Bab 235 Permintaan Maaf Hanya Alasan Saja
- Bab 236 Pertentangan Ini Tidak Baik Bagi Semua Orang
- Bab 237 Jangan Kamu Berharap Ada Lain Kali
- Bab 238 Apakah Kamu Bisa Menukar Pria Yang Kamu Sukai
- Bab 239 Memiliki Hubungan
- Bab 240 Akankah Kamu Bersama Dengannya?
- Bab 241 Semuanya Terlalu Dramatis
- Bab 242 Sekarang, Sudah Tidak Penting
- Bab 243 Kalau Aku Menginginkannya
- Bab 244 Bagaimana Aku Bisa Tenang
- Bab 245 Semakin Ditakutkan Semakin Menjadi Kenyataan
- Bab 246 Dia Keguguran
- Bab 247 Bagaimana Jika Aku Menikah Dengannya?
- Bab 248 Kembali Untuk Memberikanmu Sebuah Hadiah
- Bab 249: Membalikkan Semua Argumen
- Bab 250: Aku Adalah Jimat Perlindunganmu
- Bab 251 Tidak Baik Jika Dilihat Oleh Pacarmu