Cintaku Pada Presdir - Bab 50 Kakekku Pingsan

Bab 50 Kakekku Pingsan

Sambil berjalan ke arah kantornya, aku sambil memikirkan apa yang terjadi semalam, aku seharusnya melemparkannya ke jalan ketika dia tidur!

Aku bahkan tidak mengetuk pintu, langsung berjalan masuk ke dalam kantornya, melihat sekeliling tidak ada orang di dalam.

Aku mengerutkan alisku, dan langsung masuk ke ruangan istirahat, ingin mencarinya, melihat pintu kamar mandi terbuka setengah, tidak terdengar suara dari dalam.

Aku mendorong, dan bagai di petir, seluruh tubuhku tertegun disana.

Cheng Jinshi berdiri telanjang di kamar mandi, menghadap ke arah pintu kamar mandi aku berdiri. Otot-otot perut di depan dadanya terlihat jelas dan tidak kelewatan. Tenggorokannya bergerak, dan garis wajah terlihat sangat seksi. Tetesan air pada tubuh mengalir turun dan mengikuti otot-otot perutnya. Mengalir ke bagian yang membuat wajahku merah.

Dia menatap kearahku, gerakan menyeka rambut sedikit tertegun, aku menutup mataku, dan menegurnya duluan, “kamu..kamu..kamu, dasar mesum Kenapa tidak menutup pintu ketika sedang mandi??”

Meskipun kami pernah bersentuhan dalam jarak dekat dan tak terhitung jumlahnya, dan dia juga satu-satunya pria dalam hidupku, tetapi aku belum pernah melihat tubuhnya seperti ini.

Terdengar tawaan dari udara, dan didetik berikutnya, aku ditahan dalam pelukannya, dia berkata dengan makna yang tidak jelas, “kenapa? Tadi pagi dirumahmu aku menahan untuk tidak menyentuhmu, kamu tidak sabar dan mengantar dirimu kesini?”

Bibirku menempel di kulitnya yang basah, pikiranku menjadi kosong dalam sesaat, tetapi aku tidak lupa dengan tujuan datang mencari dia, “Mengapa kamu membiarkanku berada di departemen sekretaris....”

Bagian bawah perutku di dekatkan sebuah benda yang keras, aku tiba-tiba tidak dapat berkata sepatah katapun, menunduk kepala dan melihat kebawah, dia begitu terbuka bersandar di rok ketatku, aku hanya terasa wajahku bagai dibakar.

Aku ingin mendorongnya, tetapi dia mendadak menurunkan tubuhnya, kedua tangannya menggendong merangkul lututku, tubuhku secara alami bersandar ke arah belakang, dan aku segera merangkul lehernya.

Belakangku adalah cermin, karena gerakannya, rok ku naik ke atas paha, gaya ini terlihat sangat mesra, membuatku malu dan marah.

“Cheng Jinshi, cepat lepaskan tanganmu!” Aku menggerakkan tubuhku ingin turun, tetapi selalu saja menyentuh pada bagian itunya.

“Masih bergerak?” Suaranya yang penuh nafsu, meletakkanku di meja wastafel, dan berbisik di telingaku, “Kamu yang datang sendiri.”

Gerakannya yang terampil, membuka kancing depan bajuku.......

Pintu kantornya tidak tutup, dan pintu ruangan istirahat juga terbuka olehku, orang-orang bisa masuk kapan-kapan saja, kalau terlihat oleh orang lain, aku tidak perlu menjadi manusia lagi.

Aku terasa remuk, “Cheng Jinshi, aku sudah tidak memiliki hubungan denganmu lagi, mengapa kamu melakukan ini padaku!

Ketika berkata, air mataku mengalir keluar, meskipun bukan lagi gadis kecil yang tidak mengetahui apa-apa, tetapi di pagi-pagi gini melakukan hal yang tidak senonoh, aku benar-benar tidak dapat melakukannya.

Dia mengangkat kepalanya menatap dengan tatapannya yang muram, berkata dengan suara serak, “Tidak memiliki hubungan denganku? Jadi kamu ingin berhubungan dengan siapa, Zhou Ziyun?”

Aku marah, “Bagaimana bisa ada hubungannya dengan dia? Lagipula, dia tidak akan memperlakukanku seperti kamu!”

Zhou Ziyun selalu memikirkan perasaanku, tetapi Cheng Jinshi hanya akan membiarkanku menurutinya.

Dia tiba-tiba melepaskan tanganku, mengambil kemeja dan mengenakannya dengan santai, dan tersenyum dingin, “Kamu merasa dia baik? Kalau dia benar baik denganmu, akankah dia setuju kamu datang untuk bekerja di Dongchen karena proyek resort?”

“Aku rela dan bersedia untuk itu, tidak ada hubungannya dengan dia.” Aku turun dari meja wastafel, merapikan pakaianku, dan membela Zhou Ziyun.

Dia selesai mengenakan pakaiannya, dan mendengus, “Jadi apakah aku harus memujimu menjaga situasi secara keseluruhan?”

Aku terdiam sesaat, dan aku tidak tahu mengapa sikapnya berubah begitu cepat. Aku mengganti topik, “bukankah aku berpartisipasi dalam proyek resort atas nama perusahaan PT. Zhou. Mengapa aku bisa berada di kantor departemen sekretaris?”

Dia melirik padaku, “Kamu sekali lagi lihat dengan teliti di perjanjian yang kamu tandatangani semalam.”

Aku tidak mengerti maksudnya, “Apa?”

Perjanjian yang ditandatangani semalam, bukankah berarti aku berpartisipasi dalam proyek atas nama perusahaan PT. Zhou.

“Baris kesembilan dari poin besar keempat, Pihak B, yaitu, kamu, mematuhi semua pengaturanku selama bekerja di Dongchen.”

Dia melangkah ke arah luar, duduk di meja kerjanya, dan dia mengeluarkan surat perjanjiannya dan memberikannya padaku. Dia mengulanginya sekali lagi, “Untuk semuanya.”

Aku mengambil perjanjian itu dan membuka ke halaman yang dia katakan, di pojok yang tidak terlalu mencolok, benar-benar terlihat peraturan itu.

Aku mengerutkan alis menatap padanya, “Kamu menipu ku?”

Semalam aku melihat surat perjanjian itu dengan tidak konsen, dan dalam kesadaranku selalu mempercayainya, aku sama sekali tidak terpikir dia akan menambahkan peraturan ini.

Dia melirikku, seperti sedang menyindirku, “itu tidak termasuk suatu penipuan, seperti yang kamu katakan tadi, kamu rela melakukan itu.”

Aku berkata dengan nada tidak senang: “Sekarang aku tidak sudi lagi melakukan itu.”

Dia berkata dengan pelan, “Oke, kalau begitu kamu bisa lihat di poin besar kelima baris ketiga, dan pelanggaran kontraknya kamu harus membayar 60 Milyar rupiah.”

Aku kaget, 60 Milyar ? Apakah dia sudah menebak bahwa aku akan melanggar kontrak?

Aku merobek surat perjanjian menjadi dua bagian, aku menanyainya dengan nada menyinggung, “Direktur Cheng, kamu katakan, Apakah surat perjanjian yang telah dirobek masih berguna?”

Ekspresinya sama sekali tidak berubah, berkata dengan tegas: “Surat perjanjian ditanganmu itu adalah salinan.”

Aku tertegun, membuka ke halaman tanda tangan, ternyata benar adalah salinan.

Aku sangat marah tetapi tidak memiliki cara, aku memelototinya dengn kejam, aku berjalan keluar dari kantor dan dalam hati terus memakinya.

Sudah tiba waktu masuk kerja, semuanya sedang bekerja, aku duduk di meja kerjaku, ada beberapa pandangan yang menatap padaku.

Menatap, penasaran, dan meremehkan........

Namun, manajemen Dongchen sangat ketat. Sampai istirahat makan siang. Ketika aku pergi ke ruang teh, barulah seorang rekan wanita bertanya padaku, dia mengatakan bahwa baru-baru ini perusahaan tidak memasukkan orang baru. Bagaimana aku bisa masuk dan bekerja disini.

Aku tidak ingin ada yang tahu hubungan antara aku dan Cheng Jinshi, tetapi jika mengatakan perusahaan PT. Zhou yang mengirimkan aku untuk berpartisipasi dalam proyek ini, agak aneh juga bekerja di departemen sekretaris.

Pada akhirnya, aku tidak mengatakan apa-apa.

Aku tidak tahu apa maksud dari Cheng Jinshi untuk membiarkanku berada di Dongchen. Tidak memberiku kesempatan untuk berpartisipasi dalam proyek, dan tidak memiliki pekerjaan lain, aku sangat bosan.

Waktu makan siang baru saja lewat, layar ponselku menyala, dan itu adalah pesan teks dari Song Yang.

Aku terasa sakit kepala, memencet ke dalam dan melihat. Dia berkata: Karena kamu tidak ingin bertemu denganku, jadi aku akan mencari cara lain.

Samar-samar aku memiliki firasat buruk. Disaat aku merasa ragu untuk membalas pesan kepadanya, seorang rekan memanggilku dan memerintah: “kamu adalah Ningxi? Bantu aku memasukkan semua data ini ke komputer dan sehabis print berikan untukku.”

Aku mengerutkan alisku, tetapi aku tidak berkata apapun, meletakkan ponsel dan membantunya menyusun data.

Sepenuh sore, aku hanya melakukan hal-hal seperti itu, mumpung aku tidak ada kerjaan, jadi membantu menyelesaikannya.

Ketika aku bersiap-siap untuk pulang kerja, aku menerima telepon dari Zhou Ziyun, dia mengatakan bahwa dia sedang menungguku di lantai bawah dan akan mengantarku pulang.

Aku merasa ragu untuk sesaat, dan berkata, “Direktur Zhou, hari ini aku berencana pergi kerumah bibiku, kamu tidak perlu mengantarku.”

Dia berkata, “tidak apa-apa, mumpung satu jalan.”

Bahkan tidak menanyakan alamat, dia langsung menjawab satu jalan, aku merasa tidak enak kalau terus menolak, mengambil tas dan turun ke bawah.

Setelah masuk ke mobil, aku dengan serius berkata: “Direktur Zhou, kamu benar-benar tidak perlu datang untuk menjemputku lain kali, lagipula aku sebagai asistenmu.”

Dia tersenyum ramah, “Kamu adalah pahlawan perusahaan Zhou. Tanpa kamu, Dongchen tidak akan memberikan proyek ini kepada kita. Aku seharusnya yang baik padamu.”

Membicarakan ini, aku merasa sedikit kesal, tetapi aku tidak menunjukkan di depannya, aku hanya tersenyum tidak berkata.

Aku mengeluarkan ponsel menelepon bibi, dari sananya dengan cepat mengangkat, tetapi Lin Yuelan yang mengangkatnya, suaranya sedikit bergetar, “Ningxi.”

Aku dengan tidak sadar duduk tegak, “Ada apa? Apakah terjadi sesuatu dirumah?”

“Kakek, kakek tiba-tiba pingsan, dan sedang dilakukan pertolongan.” Dia tergagap.

Perkataannya bagai bom yang dilempar ke otakku, aku tertegun beberapa saat dan kembali sadar berkata, “Bukankah baik-baik saja? Mengapa bisa pingsan?”

Novel Terkait

Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu