Cintaku Pada Presdir - Bab 172 Kamu Juga Harus Bahagia

Ada yang tidak benar?

Aku berpikir-pikir, “Tidak ada, kenapa?”

Dia menggeleng kepala, “Aku juga tidak bisa mengatakannya, hanya merasa ada yang aneh.”

Aku dengan teliti mengingat kejadian tadi, tampaknya, semuanya sangat normal, aku hanya bisa membujuk Xue Ke untuk tidak khawatir.

Ketika waktunya tiba, pernikahan dimulai sesuai dengan prosesnya.

Semuanya sangat indah dan bahagia.

Satu-satunya, tidak muncul bagian tukar cincin…….

Spontan dalam hatiku juga muncul kecurigaan, ekspresi Xue Ke juga mulai terlihat khawatir.

Hanya saja wajah Zhou Ziyun, tidak menunjukkan masalah apa pun, dia membawa pengantin wanita bersulang dari satu meja ke meja lain, wajah penuh senyuman menerima ucapan selamat dari para tamu.

Tapi, semakin seperti ini, aku dan Xue Ke semakin tidak tenang.

Sangat cepat, Zhou Ziyun membawa pengantin wanita ke meja kami, semuanya satu per satu mengucapkan kata-kata selamat.

Ketika Zhou Ziyun melewatiku, aku pelan-pelan menariknya sebentar, bertanya dengan suara pelan, “Di mana cincinnya?”

Ada kilatan emosi yang melintas cepat di wajahnya, saking cepatnya aku tidak sempat menangkapnya, dia menjelaskan, “Persiapan pernikahan terlalu buru-buru, lupa menyiapkannya.”

Apa pun bisa dilupakan, bagaimana mungkin melupakan cincin?

Apalagi, dia adalah orang yang teliti.

Mungkin dia tahu aku tidak mempercayainya, lalu tersenyum sambil mengejekku: “Lain kali kalau menikah lagi akan baik-baik mempersiapkannya….,”

Aku mengerutkan kening, bergegas menghentikannya, “Hari pernikahan jangan bicara sembarangan.”

Selesai bicara, aku sangat serius berbicara padanya, “Zhou Ziyun, semoga kamu dan istrimu bahagia selalu.”

“Terima kasih, hari ini terlalu banyak orang, jika tidak melayanimu dengan baik, jangan keberatan ya.”

Dia selesai bicara, segera membawa Liu Qian ke meja lain untuk bersulang.

Tidak tahu apa yang terjadi dengan Xue Ke, mendadak langsung minum terus, seperti sedang melampiaskan sesuatu saja.

Aku meraih tangannya, membujuk dia: “Jangan minum terlalu banyak, hati-hati nanti bisa mabuk.”

“Hari ini adalah hari yang baik, gembira sekali, kamu tidak boleh menghalangi aku ya…….”

Alasannya ini, membuat aku tidak bisa membantahnya.”

Zhou Ziyun adalah abang sepupunya, dia ikut senang, juga merupakan hal yang normal.

Sampai pesta perjamuan selesai, para tamu juga sudah hampir pergi semua, dia baru meletakkan gelas anggur dengan enggan, pipi minum hingga merah sekali, pandangan juga sudah mulai kabur.

Aku membawa An An, tidak bisa memapah dia yang sudah mabuk, untung saja teman Zhou Ziyun berjalan ke sini, membantu aku memapah Xue Ke, pulang bersama kami ke hotel yang ditempati oleh tamu.

Setelah kembali ke kamar, dia berbaring di ranjang dan langsung tertidur, tapi mulutnya terus bergumam tidak tahu apa yang sedang dibicarakannya.

Aku tidak berdaya, hanya bisa membantu dia melepaskan sepatu, agar dia bisa tidur dengan baik.

“Hoeeeekkk---”

Saat aku menemani An An bermain, mendadak dia bangun dari ranjang, masuk ke dalam toilet dan terus muntah.

Aku bergegas meletakkan An An ke atas ranjang, membawa segelas air ke dalam untuk dia kumur-kumur, mabuknya masih belum hilang, memejamkan mata dan bergumam, “Di mana kakakku? Apakah kakakku tidak ke sini…….bodoh.”

Zhou Ziyun…..dia tidak pernah muncul, Xue Ke mendadak bertanya seperti ini, dalam hatiku bahkan merasa sedikit kecewa.

Mungkin karena, aku tahu jelas bahwa diriku sudah melewatkan seorang pria yang sangat baik.

Tapi begitu berpikir lagi, dia sudah menikah, alangkah bagusnya, akan ada seorang wanita yang mencintainya dengan sepenuh hati.

Aku membelai rambutnya, tersenyum sejenak, “Hari ini kakakmu menikah, harus menemani mempelai wanita, besok akan datang melihatmu. Bagaimana dengan dirimu, apakah masih ingin muntah?”

Dia menggeleng kepala, lalu terhuyung-huyung keluar dari dalam toilet, langsung membenamkan diri ke ranjang.

Malam, saat pihak hotel mengantarkan makan malam, dia masih tidur, aku makan sedikit, langsung membawa An An pergi mandi.

Setelah menidurkan An An, aku lihat masih belum terlalu malam, lalu membuat gambar desain.

Keesok harinya, ketika aku masih tertidur, ada suara ketuk pintu.

Aku bangun dalam keadaan masih ngantuk, mengenakan sebuah mantel langsung pergi buka pintu, saat melihat seseorang berdiri di depan pintu, aku tertegun sejenak.

Liu Qian sudah mengganti gaun pengantin kemarin, mengenakan rok rajut, serta mengenakan mantel warna khaki, terdapat senyuman di wajah: “Kemarin Zi Yun minum terlalu banyak, pagi juga masih agak mabuk, aku hanya bisa datang sendirian untuk mengantar kalian ke bandara.”

Aku sedikit terkejut, nada bicaranya sangat baik, tapi entah kenapa, aku merasa ada hal lain, seolah-olah mengumumkan hak kekuasaan denganku.

Tapi dia tidak langsung mengatakannya, aku juga hanya bisa berpura-pura bodoh, “Baiklah, terima kasih.”

Dia menjulurkan kepala melihat ke dalam kamar tidur, melihat Xue Ke masih belum bangun, langsung menarikku keluar dari kamar tidur, senyuman di wajah juga sudah benar-benar sirna, nada bicara sangat kejam memperingatkan, “Aku tahu kamu siapa, dulu dia sangat menyukaimu, tapi sekarang, aku harap kamu tidak membuat pengaruh apa pun lagi padanya.”

Hatiku merasa berat, ternyata, dia sudah tahu semuanya.

Tapi, jika ganti dengan diriku, dalam hati juga pasti tidak nyaman, aku juga tidak ingin karena hal ini, memengaruhi hubungan antara mereka.

Oleh karena itu, aku mengangguk untuk berjanji: “Kamu tenang saja, aku pasti tidak akan mengganggu dia, semoga kalian bahagia.”

Dia tidak menyangka aku bisa langsung menyetujuinya, wajahnya sedikit terkejut, “Untung kamu tahu situasi.”

“Xiao Xi?”

Di dalam kamar, Xue Ke sudah bangun.

Aku baru saja mau menjawabnya, dia keluar dari dalam kamar, setelah melihat Liu Qian, mungkin masih belum terlalu sadar, nada bicara juga tidak terlalu baik, “Kenapa kamu ada di sini?”

Ekspresi wajah Liu Qian agak kaku.

Aku tidak tahu sikap Xue Ke pada Liu Qian, kenapa tiba-tiba bisa terjadi perubahan besar, hanya bisa tersenyum untuk mencairkan suasana, “Dia datang untuk mengantar kita ke bandara, cepat pergi cuci muka.”

Xue Ke memalingkan wajah dan masuk ke dalam toilet untuk cuci muka.

Kami sudah selesai, kebetulan An An juga sudah bangun, aku membantu dia cuci wajah, kami langsung berangkat ke bandara.

Setelah tiba di bandara, aku sedikit kebelet, langsung pergi ke toilet, Xue Ke menggendong An An dan Liu Qian pergi untuk menukar boarding pass.

Keluar dari toilet, aku pergi mencari mereka, tapi malah melihat Xue Ke dan Liu Qian marah hingga wajah memerah, tampaknya sedang berdebat sesuatu, sampai saat melihat aku mendekat, baru saling memandang dan berhenti dengan tidak senang.

Suasana buruk sekali, tapi ini adalah masalah antara mereka adik dan kakak ipar, aku juga tidak enak bertanya banyak.

Ketika melewati pemeriksaan keamanan, aku selalu merasa ada yang memperhatikanku, tanpa sadar aku berbalik, ternyata dari kejauhan melihat Zhou Ziyun, dia sedang melihat ke arahku.

Melihat aku membalikkan kepala, dia menundukkan kepala.

Sangat cepat, ponsel di dalam sakuku berdering, begitu dikeluarkan dan melihatnya, pesan yang dikirimkan oleh dia.

Dia berkata: kamu pasti harus bahagia, jika tidak bahagia, setiap saat bisa beri tahu aku.

Hatiku terasa hangat, membalas: kamu juga pasti harus bahagia, aku pasti akan hidup dengan baik, jangan sampai mengkhawatirkanku lagi.

Kemudian, tanpa membalikkan kepala langsung melewati pos keamanan.

Karena tidak bisa memberikan apa-apa padanya, maka gunakan hati yang paling tulus, untuk mendoakan dia bahagia.

Di dalam penerbangan pulang ke kota Nan, Xue Ke yang waktu datang penuh sukacita, dalam seluruh perjalanan pulang wajahnya kusam dan hatinya tertekan, tidak mengatakan sepatah kata pun.

Samar-samar aku merasa, seharusnya ada hubungannya denganku, tapi tidak bisa memikirkan apa alasannya.

Sampai pesawat akan mendarat, aku bersuara bertanya: “Xue Ke, apakah aku telah melakukan sesuatu, yang membuat merasa tidak senang?”

Dia menggeleng kepala, tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Aku menghela nafas, tidak percaya, “Benar tidak ada?”

“Tidak ada.” Dia mengucapkan dua kata dengan dingin.

Hatiku terasa tegang, tapi tidak tahu harus berbuat apa baiknya.

Ketika aku kuliah bersamanya, terkadang masih akan marah, tapi setelah lulus, pada dasarnya tidak pernah terjadi konflik.

Mendadak seperti ini, aku sedikit tidak tahu harus bagaimana.

Setelah keluar dari bandara, aku satu tangan menggendong An An, satu tangan mendorong koper, berkata padanya: "Apakah kamu mau pergi makan siang dulu?"

"Tidak, kamu pulang sendiri saja."

Dia selesai melontarkan kata-kata ini, langsung masuk ke dalam taksi sambil membawa kopernya.

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu