Cintaku Pada Presdir - Bab 172 Kamu Juga Harus Bahagia
Ada yang tidak benar?
Aku berpikir-pikir, “Tidak ada, kenapa?”
Dia menggeleng kepala, “Aku juga tidak bisa mengatakannya, hanya merasa ada yang aneh.”
Aku dengan teliti mengingat kejadian tadi, tampaknya, semuanya sangat normal, aku hanya bisa membujuk Xue Ke untuk tidak khawatir.
Ketika waktunya tiba, pernikahan dimulai sesuai dengan prosesnya.
Semuanya sangat indah dan bahagia.
Satu-satunya, tidak muncul bagian tukar cincin…….
Spontan dalam hatiku juga muncul kecurigaan, ekspresi Xue Ke juga mulai terlihat khawatir.
Hanya saja wajah Zhou Ziyun, tidak menunjukkan masalah apa pun, dia membawa pengantin wanita bersulang dari satu meja ke meja lain, wajah penuh senyuman menerima ucapan selamat dari para tamu.
Tapi, semakin seperti ini, aku dan Xue Ke semakin tidak tenang.
Sangat cepat, Zhou Ziyun membawa pengantin wanita ke meja kami, semuanya satu per satu mengucapkan kata-kata selamat.
Ketika Zhou Ziyun melewatiku, aku pelan-pelan menariknya sebentar, bertanya dengan suara pelan, “Di mana cincinnya?”
Ada kilatan emosi yang melintas cepat di wajahnya, saking cepatnya aku tidak sempat menangkapnya, dia menjelaskan, “Persiapan pernikahan terlalu buru-buru, lupa menyiapkannya.”
Apa pun bisa dilupakan, bagaimana mungkin melupakan cincin?
Apalagi, dia adalah orang yang teliti.
Mungkin dia tahu aku tidak mempercayainya, lalu tersenyum sambil mengejekku: “Lain kali kalau menikah lagi akan baik-baik mempersiapkannya….,”
Aku mengerutkan kening, bergegas menghentikannya, “Hari pernikahan jangan bicara sembarangan.”
Selesai bicara, aku sangat serius berbicara padanya, “Zhou Ziyun, semoga kamu dan istrimu bahagia selalu.”
“Terima kasih, hari ini terlalu banyak orang, jika tidak melayanimu dengan baik, jangan keberatan ya.”
Dia selesai bicara, segera membawa Liu Qian ke meja lain untuk bersulang.
Tidak tahu apa yang terjadi dengan Xue Ke, mendadak langsung minum terus, seperti sedang melampiaskan sesuatu saja.
Aku meraih tangannya, membujuk dia: “Jangan minum terlalu banyak, hati-hati nanti bisa mabuk.”
“Hari ini adalah hari yang baik, gembira sekali, kamu tidak boleh menghalangi aku ya…….”
Alasannya ini, membuat aku tidak bisa membantahnya.”
Zhou Ziyun adalah abang sepupunya, dia ikut senang, juga merupakan hal yang normal.
Sampai pesta perjamuan selesai, para tamu juga sudah hampir pergi semua, dia baru meletakkan gelas anggur dengan enggan, pipi minum hingga merah sekali, pandangan juga sudah mulai kabur.
Aku membawa An An, tidak bisa memapah dia yang sudah mabuk, untung saja teman Zhou Ziyun berjalan ke sini, membantu aku memapah Xue Ke, pulang bersama kami ke hotel yang ditempati oleh tamu.
Setelah kembali ke kamar, dia berbaring di ranjang dan langsung tertidur, tapi mulutnya terus bergumam tidak tahu apa yang sedang dibicarakannya.
Aku tidak berdaya, hanya bisa membantu dia melepaskan sepatu, agar dia bisa tidur dengan baik.
“Hoeeeekkk---”
Saat aku menemani An An bermain, mendadak dia bangun dari ranjang, masuk ke dalam toilet dan terus muntah.
Aku bergegas meletakkan An An ke atas ranjang, membawa segelas air ke dalam untuk dia kumur-kumur, mabuknya masih belum hilang, memejamkan mata dan bergumam, “Di mana kakakku? Apakah kakakku tidak ke sini…….bodoh.”
Zhou Ziyun…..dia tidak pernah muncul, Xue Ke mendadak bertanya seperti ini, dalam hatiku bahkan merasa sedikit kecewa.
Mungkin karena, aku tahu jelas bahwa diriku sudah melewatkan seorang pria yang sangat baik.
Tapi begitu berpikir lagi, dia sudah menikah, alangkah bagusnya, akan ada seorang wanita yang mencintainya dengan sepenuh hati.
Aku membelai rambutnya, tersenyum sejenak, “Hari ini kakakmu menikah, harus menemani mempelai wanita, besok akan datang melihatmu. Bagaimana dengan dirimu, apakah masih ingin muntah?”
Dia menggeleng kepala, lalu terhuyung-huyung keluar dari dalam toilet, langsung membenamkan diri ke ranjang.
Malam, saat pihak hotel mengantarkan makan malam, dia masih tidur, aku makan sedikit, langsung membawa An An pergi mandi.
Setelah menidurkan An An, aku lihat masih belum terlalu malam, lalu membuat gambar desain.
Keesok harinya, ketika aku masih tertidur, ada suara ketuk pintu.
Aku bangun dalam keadaan masih ngantuk, mengenakan sebuah mantel langsung pergi buka pintu, saat melihat seseorang berdiri di depan pintu, aku tertegun sejenak.
Liu Qian sudah mengganti gaun pengantin kemarin, mengenakan rok rajut, serta mengenakan mantel warna khaki, terdapat senyuman di wajah: “Kemarin Zi Yun minum terlalu banyak, pagi juga masih agak mabuk, aku hanya bisa datang sendirian untuk mengantar kalian ke bandara.”
Aku sedikit terkejut, nada bicaranya sangat baik, tapi entah kenapa, aku merasa ada hal lain, seolah-olah mengumumkan hak kekuasaan denganku.
Tapi dia tidak langsung mengatakannya, aku juga hanya bisa berpura-pura bodoh, “Baiklah, terima kasih.”
Dia menjulurkan kepala melihat ke dalam kamar tidur, melihat Xue Ke masih belum bangun, langsung menarikku keluar dari kamar tidur, senyuman di wajah juga sudah benar-benar sirna, nada bicara sangat kejam memperingatkan, “Aku tahu kamu siapa, dulu dia sangat menyukaimu, tapi sekarang, aku harap kamu tidak membuat pengaruh apa pun lagi padanya.”
Hatiku merasa berat, ternyata, dia sudah tahu semuanya.
Tapi, jika ganti dengan diriku, dalam hati juga pasti tidak nyaman, aku juga tidak ingin karena hal ini, memengaruhi hubungan antara mereka.
Oleh karena itu, aku mengangguk untuk berjanji: “Kamu tenang saja, aku pasti tidak akan mengganggu dia, semoga kalian bahagia.”
Dia tidak menyangka aku bisa langsung menyetujuinya, wajahnya sedikit terkejut, “Untung kamu tahu situasi.”
“Xiao Xi?”
Di dalam kamar, Xue Ke sudah bangun.
Aku baru saja mau menjawabnya, dia keluar dari dalam kamar, setelah melihat Liu Qian, mungkin masih belum terlalu sadar, nada bicara juga tidak terlalu baik, “Kenapa kamu ada di sini?”
Ekspresi wajah Liu Qian agak kaku.
Aku tidak tahu sikap Xue Ke pada Liu Qian, kenapa tiba-tiba bisa terjadi perubahan besar, hanya bisa tersenyum untuk mencairkan suasana, “Dia datang untuk mengantar kita ke bandara, cepat pergi cuci muka.”
Xue Ke memalingkan wajah dan masuk ke dalam toilet untuk cuci muka.
Kami sudah selesai, kebetulan An An juga sudah bangun, aku membantu dia cuci wajah, kami langsung berangkat ke bandara.
Setelah tiba di bandara, aku sedikit kebelet, langsung pergi ke toilet, Xue Ke menggendong An An dan Liu Qian pergi untuk menukar boarding pass.
Keluar dari toilet, aku pergi mencari mereka, tapi malah melihat Xue Ke dan Liu Qian marah hingga wajah memerah, tampaknya sedang berdebat sesuatu, sampai saat melihat aku mendekat, baru saling memandang dan berhenti dengan tidak senang.
Suasana buruk sekali, tapi ini adalah masalah antara mereka adik dan kakak ipar, aku juga tidak enak bertanya banyak.
Ketika melewati pemeriksaan keamanan, aku selalu merasa ada yang memperhatikanku, tanpa sadar aku berbalik, ternyata dari kejauhan melihat Zhou Ziyun, dia sedang melihat ke arahku.
Melihat aku membalikkan kepala, dia menundukkan kepala.
Sangat cepat, ponsel di dalam sakuku berdering, begitu dikeluarkan dan melihatnya, pesan yang dikirimkan oleh dia.
Dia berkata: kamu pasti harus bahagia, jika tidak bahagia, setiap saat bisa beri tahu aku.
Hatiku terasa hangat, membalas: kamu juga pasti harus bahagia, aku pasti akan hidup dengan baik, jangan sampai mengkhawatirkanku lagi.
Kemudian, tanpa membalikkan kepala langsung melewati pos keamanan.
Karena tidak bisa memberikan apa-apa padanya, maka gunakan hati yang paling tulus, untuk mendoakan dia bahagia.
Di dalam penerbangan pulang ke kota Nan, Xue Ke yang waktu datang penuh sukacita, dalam seluruh perjalanan pulang wajahnya kusam dan hatinya tertekan, tidak mengatakan sepatah kata pun.
Samar-samar aku merasa, seharusnya ada hubungannya denganku, tapi tidak bisa memikirkan apa alasannya.
Sampai pesawat akan mendarat, aku bersuara bertanya: “Xue Ke, apakah aku telah melakukan sesuatu, yang membuat merasa tidak senang?”
Dia menggeleng kepala, tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Aku menghela nafas, tidak percaya, “Benar tidak ada?”
“Tidak ada.” Dia mengucapkan dua kata dengan dingin.
Hatiku terasa tegang, tapi tidak tahu harus berbuat apa baiknya.
Ketika aku kuliah bersamanya, terkadang masih akan marah, tapi setelah lulus, pada dasarnya tidak pernah terjadi konflik.
Mendadak seperti ini, aku sedikit tidak tahu harus bagaimana.
Setelah keluar dari bandara, aku satu tangan menggendong An An, satu tangan mendorong koper, berkata padanya: "Apakah kamu mau pergi makan siang dulu?"
"Tidak, kamu pulang sendiri saja."
Dia selesai melontarkan kata-kata ini, langsung masuk ke dalam taksi sambil membawa kopernya.
Novel Terkait
My Superhero
JessiTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniUnperfect Wedding
Agnes YuIstri kontrakku
RasudinMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlCintaku Pada Presdir×
- Bab 1 Keributan Dalam Pesta Pernikahan
- Bab 2 Pertemuan Mendadak
- Bab 3 Identitas Yang Cukup Mengejutkan
- Bab 4 Kamu Telah Melewati Batas
- Bab 5 Ingin Melahirkan Anak
- Bab 6 Anak Mereka
- Bab 7 Akulah Orang Luar
- Bab 8 Bercerailah
- Bab 9 Pelampiasan dari Efek Alkohol
- Bab 10 Rahasia Song Jiamin
- Bab 11 Keributan Makan Malam
- Bab 12 Rusaknya Rem Mobil
- Bab 13 Apakah Kalian Pernah Melakukannya
- Bab 14 Pemberitahuan Berbahaya
- Bab 15 Aku Hamil
- Bab 16 Perceraian
- Bab 17 Aborsi
- Bab 18 Waktu Mengubah Semuanya
- Bab 19 Percintaan Mereka Yang Dalam Dan Kental
- Bab 20 Tamparan Balasan
- Bab 21 Uang Ini Cukup?
- Bab 22 Jinshi, Apakah kamu Percaya
- Bab 23 Jangan Jadikan Aku Pengganti
- Bab 24 Sengaja Ditabrak
- Bab 25 Menutupi Kemaluan Dengan Kemarahan
- Bab 26 Hubungan Apa Dengan Dia
- Bab 27 Terpergok Berzinah
- Bab 28 Ancaman
- Bab 29 Diam-Diam Mengangkat Teleponku
- Bab 30 Kehilangan Anakku
- Bab 31 Kamu Berencana Menukarnya dengan Apa
- Bab 32 Fakta Tentang Kematian Ibu
- Bab 33 Selingkuhan atau Kekasih?
- Bab 34 Mendapatkan Bukti
- Bab 35 Mati Di Tempat
- Bab 36 Dia Telah Kembali
- Bab 37 Temani Aku Tidur
- Bab 38 Hanya Kamu yang Menginginkanku
- Bab 39 Dia Tidak Boleh Berhasil
- Bab 40 Mendapatkan Kemalangan
- Bab 41 Pelacur Sok Suci
- Bab 42 Pemimpin Baru Proyek
- Bab 43 Pasangan Serasi
- Bab 44 Wanita Terbuang
- Bab 45 Tidak Mengizinkan
- Bab 46 Tidak Bisa Menyaingi
- Bab 47 Mengancam
- Bab 48 Mimpi Buruk Yang Tak Bisa Disingkirkan
- Bab 49 Merindukanmu
- Bab 50 Kakekku Pingsan
- Bab 51 Kakaknya Song Jiamin
- Bab 52 Rela Menunggu
- Bab 53 Merendahkan Dirinya Sendiri
- Bab 54 Dia Bukannya Tidak Pernah Menipu Aku
- Bab 55 Kenapa Bisa Begitu Kejam
- Bab 56 Cepat Atau Lambat Akan Menjadi Keluarga
- Bab 57 Ancaman Dari Ning Zhenfeng
- Bab 58 Kehidupan Dan Kematianmu.
- Bab 59 Kapan Kamu Bisa Mempercayaiku Sekali?
- Bab 60 Marah dan Sakit Hati
- Bab 61 Lelucon Ini Tidak Lucu
- Bab 62 Terserah Kamu Percaya Atau Tidak
- Bab 63 Siapapun Jangan Ada Yang Berharap Bisa Hidup Dengan Tenang
- Bab 64 Cheng Jin Shi, Aku Membencimu
- Bab 65 Mari Kita Bicara
- Bab 66 Meninggalkan Kota Nan
- Bab 67 Kakak Sepupumu Di Ranjangku
- Bab 68 Duri Dalam hati
- Bab 69 Siapa Yang Kamu Pilih
- Bab 70 Bukti Meyakinkan
- Bab 71 Aku Percaya Padamu
- Bab 72 Kita Masih Bisa Punya Anak
- Bab 73 Selangkah Menuju Kebenaran
- Bab 74 Pembunuhnya Adalah Dia
- Bab 75 Berbalik Memfitnahku
- Bab 76 Zhou Ziyun Menyelamatkanku
- Bab 77 Dia Dari Awal Sudah Membenciku
- Bab 78 Aku Benar Tidak Menyentuhmu
- Bab 79 Emosi
- Bab 80 Tuduhan Kejahatan Ini Sekalian Dihitung
- Bab 81 Apakah Semua Kebaikanmu Itu Palsu
- Bab 82 Salahkan Dirinya Sendiri
- Bab 83 Ning Xi Kamu Tidak Akan Bisa Melarikan Diri
- Bab 84 Memberikan Segala Yang Kamu Suka
- Bab 85 Berakhir Hari Ini
- Bab 86 Aku yang Membocorkan Desain
- Bab 87 Aku Bisa Memperbaiki Kesalahanku
- Bab 88 Kamu Sudah Dipecat
- Bab 89 Anakmu Segera Mempunyai Ibu Tiri
- Bab 90 Tuan Zhou Baik Pada Pacarnya
- Bab 91 Kembalikan Kunci Itu Kepadaku
- Bab 92 Orang Yang Ingin Aku Nikahi Hanya Kamu
- Bab 93 Buktikan Dulu Kepadaku
- Bab 94 Hari Ching Ming
- Bab 95 Pemilik Sebenarnya Adalah Cheng Jinshi
- Bab 96 Menyimpan Selingkuhan
- Bab 97 Dua garis
- Bab 98 Benar, Tetapi Tidak Ada Hubungannya Denganmu
- Bab 99 Juga Memberimu Kesempatan
- Bab 100 Ingin Menjadi Ayah Anak Orang Lain
- Bab 101 Identitas Tuan Fu
- Bab 102 Waspada Terhadap Nyonya
- Bab 103 Apa Hubunganmu Dengan Lin Zhi?
- Bab 104 Melihat Orang Lain Melalui Diriku.
- Bab 105 Aku Ingin Menikah Denganmu, Maukah Kamu Menikah Denganku ?
- Bab 106 Mana Mungkin Ada Jika
- Bab 107 Karena Uang
- Bab 108 Diduga Membunuh Kakek
- Bab 109 Bantuan Dalam Investigasi
- Bab 110 Ayo, Kita Pulang Rumah
- Bab 111 Benarkah Bisa Memulai Dari Awal
- Bab 112 Coba Saja !
- Bab 113 Satu Orang Bersedia Untuk Mencintai Dan Satu Orang Lainnya Rela Untuk Dicintai
- Bab 114 Pelanggan Jinshi
- Bab 115 Jam Tujuh, Aku Menunggumu
- Bab 116 Dia Sangat Cocok Denganmu, Dan Aku Juga Sangat Menyukainya
- Bab 117 Satunya Sedang Ribut, Satunya Sedang Tertawa
- Bab 118 Kamu Harus Keluar Dengan Selamat
- Bab 119 Sekali Berani Membuka Mulut, Maka Sudah Tidak Ada Jalan Kembali
- Bab 120 Sebagai Balasan
- Bab 121 Semakin Panik, Semakin Bingung
- Bab 122 Aku Bukan Orang Yang Ada Di Hatinya
- Bab 123 Kamu Jangan Berpikir Mau Mengambil
- Bab 124 kamu Tidak Perlu Mengkhayal Aku Sebagai Musuh Cintamu
- Bab 125 Di Dunia Ini Ternyata Ada Ayah Seperti Dirimu
- Bab 126 Satu Keluarga yang Tidak Waras!
- Bab 127 Kamu Ingin melepaskan Proyek Ini?
- Bab 128 Jika Aku Adalah Kamu, Aku Lebih Baik Pergi Mati Saja.
- Bab 129 Apakah Kamu Hamil?
- Bab 130 Menggugurkan Anak
- Bab 131 Dia Memeluk Seorang Anak
- Bab 132 Menikah Kembali Adalah Pertunjukkan Tunggalku
- Bab 133 Meskipun Lautan Api, Aku Juga Harus Pergi
- Bab 134 Suamimu Tampan Sekali
- Bab 135 Semua Pesan Anonim Dikirim Olehnya
- Bab 136 Sesuatu Terjadi Pada Zhou Ziyun
- Bab 137 Kembali Ke Keluarga Cheng
- Bab 138 Ibu Akan Membawamu Pulang
- Bab 139 Pulanglah Denganku?
- Bab 140 Mencintaimu? Jangan Bermimpi!
- Bab 141 Pernikahan Kontrak
- Bab 142 Berdasarkan Apa Aku Menarik Tuntutan
- Bab 143 Dihukum Mati
- Bab 144 Kamu Benar-Benar Harus Berterima Kasih Kepada Kakak Yu Min
- Bab 145 Apakah Kamu Sudah Selesai Memarahi Aku?
- Bab 146 Apakah Begitu Memalukan
- Bab 147 Tidak Mengerti Apa Yang Sedang Dia Pikirkan
- Bab 148 Sudah Merepotkanmu Mengantar Suamiku Pulang
- Bab 149 Bertemu Shen Yanting Untuk Pertama Kalinya
- Bab 150 Aku Adalah Suamimu!
- Bab 151 Semakin Dijelaskan, Semakin Ditutupi Semakin Terkuak
- Bab 152 Memang Berbeda Seperti Bumi Dan Langit
- Bab 153 Kelinci Kalau Marah Juga Bisa Gigit Orang
- Bab 154 Apa Khawatir Dia Cemburu?
- Bab 155 Tetap Saja Disapu Keluar
- Bab ke-156 Setidaknya hati ini tidak resah jika tidak melihatnya
- Bab ke-157 Menjual Seumur Hidupku Lagi Untukmu?
- Bab ke-158 Seumur hidup ini kamu tidak akan bisa kabur kemanapun
- Bab 159 Apakah kamu tidak merasa dia mirip seseorang
- Bab 160 Ingin Menggantikan Orang Kesayanganmu Untuk Kecewa?
- Bab 161 Ya, Ini Adalah Rumah Kalian
- Bab 162 Cheng Jinshi, Sampai Jumpa di Biro Urusan Sipil
- Bab 163 Aku Sengaja Membawa Pergi!
- Bab 164 Ketakutan Akibat Dugaan yang Salah
- Bab 165 Sama Sekali Tidak Ada Hubungannya dengan Aku
- Bab 166 Aku sama sekali tidak percaya
- Bab 167 Aku Lihat Siapa Yang Berani
- Bab 168 Menggoda Pria Mana Pun
- Bab 169 Tante, itu karena dia pantas ditampar
- Bab 170 Tidak Ingin Berjalan Di Atas Es Tipis Lagi
- Bab 171 Ini Adalah Calon Istriku
- Bab 172 Kamu Juga Harus Bahagia
- Bab 173 Kita Bukanlah Orang Yang Sama
- Bab 174 Semua Sudah Berubah Menjadi Lelucon
- Bab 175 Ancaman Dirinya
- Bab 176 Aku Tidak Tertarik
- Bab 177 Aku Hanya Sekedar Ingin Membantumu
- Bab 178 Sekarang Aku Memberikan Kesempatan Padamu
- Bab 179 Aku Sangat Menyukai Dirimu yang Begitu Munafik
- Bab 180 Sangat Mengejutkan
- Bab 181 Mungkin Akan Meninggal
- Bab 182 Apakah Kamu Sudah Puas Sekarang?
- Bab 183 Lemah Dengan Perlakuan Lembut
- Bab 184 Haruskah Kamu Mengucapkan Kata-Kata Dengan Duri?
- Bab 185 Tidak Layak Untuk Menerimanya
- Bab 186 Petunjuk
- Bab 187 Dia Lebih Buruk Dari Wanita Jalang
- Bab 188 Harapan yang Dikancingkan Padaku
- Bab 189 Memberi Kompenassi 100 Miliar
- Bab 190 Kamu Harus Ingat Siapa Dirimu!
- Bab 191 Protagonis Dalam Cerita Itu Adalah Aku
- Bab 192 Apakah Kamu Sudah Cukup Dengan Permainanmu?
- Bab 193 Dia Mencabut Gugatan, Kita Mengajukan Gugatan
- Bab 194 Menjauhlah Dari Tunanganku!
- Bab 195 Aku Telah Diikuti Oleh Seseorang Selama 24 Jam
- Bab 196 Aku Pasti Tidak Akan Melepaskanmu!
- Bab 197 Tanda Tangani Itu, Aku Baru Biarkan Kamu Pergi
- Bab 198 Sangat Marah
- Bab 199 Melihat Sedikit Harapan Kemenangan
- Bab 200 Sedangkan Aku, Juga Tidak Ingin Menyesuaikan Kamu Lagi
- Bab 201 : Yang Penting Kamu Tidak Merasa Malu
- Bab 202 Menurutku Dia Seperti Nenek Moyang!
- Bab 203 Cepat Atau Lambat Akan Membuatmu Kehilangan Segalanya
- Bab 204 Tetapi Aku Memiliki Satu Syarat
- Bab 205 Seperti Mimpi Yang Langsung Menghilang Dalam Sekejap
- Bab 206 Sungguh Bagus Sekali Rencana Kalian
- Bab 207 Aku Sangat Merindukanmu
- Bab 208 Mungkin Berakibat Fatal
- Bab 209 Kamu Pergi Mati Saja
- Bab 210 Aku Kira Kamu Tidak Akan Datang
- Bab 211: Makan Bersama Ini, Tidaklah Sesederhana Itu
- Bab 212: Aku Merasa Darahku Menjadi Dingin
- Bab 213: Tidak Ada Jalan Yang Bisa Ditempuh Lagi
- Bab 214: Berbisnis Seperti Di Medan Perang
- Bab 215 Aku Mengatakan Suruh Kamu Pergi
- Bab 216: Apakah Ada Masalah Yang Kamu Sembunyikan Dariku
- Bab 217 Aku Tidak Bisa Membiarkan Apa Yang Dia Inginkan Terjadi
- Bab 218 Dalam Satu Detik Menampar Wajah
- Bab 219 Sayang, Selamat Ulang Tahun
- Bab 220 Maaf Aku Terlambat Pulang
- Bab 221 Aku Tidak Perlu Kamu Bekerja Terlalu Keras
- Bab 222 Tangan Memanas
- Bab 223 : Mungkinkah Kamu Yang Melakukannya
- Bab 224 : Karena Ada orang Melakukan Terlalu Banyak Hal Buruk
- Bab 225 Membayar Dengan Harga Yang Menyakitkan
- Bab 226 Membuatku Tidak Bisa Lari Kemanapun
- Bab 227 Semuanya Tidak Benar
- Bab 228 Percayakah Kamu?
- Bab 229 Apakah Kamu Tidak Punya Hati?
- Bab 230 Siapakah Orang Itu
- Bab 231 Apakah Kamu Tidak Merasa Dirimu Munafik?
- Bab 232 Pasti Ada Yang Salah
- Bab 233 Serigala Di Depan, Harimau Di Belakang
- Bab 234 Percobaan
- Bab 235 Permintaan Maaf Hanya Alasan Saja
- Bab 236 Pertentangan Ini Tidak Baik Bagi Semua Orang
- Bab 237 Jangan Kamu Berharap Ada Lain Kali
- Bab 238 Apakah Kamu Bisa Menukar Pria Yang Kamu Sukai
- Bab 239 Memiliki Hubungan
- Bab 240 Akankah Kamu Bersama Dengannya?
- Bab 241 Semuanya Terlalu Dramatis
- Bab 242 Sekarang, Sudah Tidak Penting
- Bab 243 Kalau Aku Menginginkannya
- Bab 244 Bagaimana Aku Bisa Tenang
- Bab 245 Semakin Ditakutkan Semakin Menjadi Kenyataan
- Bab 246 Dia Keguguran
- Bab 247 Bagaimana Jika Aku Menikah Dengannya?
- Bab 248 Kembali Untuk Memberikanmu Sebuah Hadiah
- Bab 249: Membalikkan Semua Argumen
- Bab 250: Aku Adalah Jimat Perlindunganmu
- Bab 251 Tidak Baik Jika Dilihat Oleh Pacarmu