Cintaku Pada Presdir - Bab 24 Sengaja Ditabrak

Bab 24 Sengaja Ditabrak


Dia menghempasku dengan penuh marah, merapatkan gigi, berkata; “dia demam, sampai sekarang masih belum reda.”


Aku yang tidak tahu apa-apa terlempar ke atas selimut, mengerutkan alis tanpa sadar, “bagaimana bisa?”


Dia mengulurkan tangan, menunjuk ke aku, nada suaranya dingin menyumsum, “kamu jangan pura-pura lagi, Xiao Bao baru bangun, dia sudah beri tahu aku semuanya.”


Aku sedikit tidak jelas, “apa yang dia bilang?”


Dia tersenyum dingin, lekungan alis tergambar kemarahan yang tidak bisa mereda, “masih berakting? Ikuti aku, lihat Xiao Bao sudah panas jadi apa!”


Selesai bicara, dia menarikku dari tempat tidur, menyeretku turun tangga menuju ke kamar Xiao Bao.


Xiao Bao terbaring di atas ranjang, kedua pipinya merah karena panas, melihatku, dia langsung bersembunyi di belakang dokter pribadi.


Beda total dengan sikapnya ke aku di siang tadi, muncul perasaan buruk di hatiku, aku mendekatinya, berkata: “Xiao Bao, kamu kenapa?” 


Xiao Bao menjerit: “Tante, aku sudah tahu salah, kamu jangan.. … jangan kunci aku di luar lagi.”


Apa dengan apa.


Aku bahkan curiga apakah dia demam hingga kehilangan akal, aku mengangkat tangan hendak menariknya keluar, menanyakan dengan jelas.


Cheng Jinshi mengulurkan tangan untuk mencegahku, bertanya dengan keras, “pura-pura apa lagi kamu, apa perbuatannya yang mengganggumu, hingga kamu tega menguncinya di luar rumah, dia bahkan cuman memakai selapis baju tidur!”


Aku terbengong beberapa saat, tidak lama kemudian aku agak paham, diriku,,, ,,, sepertinya terperangkap ke dalam jebakan lagi.


Aku mengontrol emosiku, “Xiao Bao, maksudmu, malam ini aku menguncimu di luar rumah?”


Xiao Bao menatap Cheng Jinshi, mengangguk dengan matanya yang merah.


Tanganku terkepal erat, mengajarnya, “kalau begitu kenapa kamu tidak memasukkan kunci sandi dan masuk saja?”


Sangat tidak masuk akal, kalau aku benaran menguncinya di luar, apakah dia bodoh! Tidak bisa memasukkan kunci sandi dan masuk.


Pandangan Xiao Bao menjadi ketakutan, “masuk.. …masuk bisa dipukul!”


Aku hanya terasa pusing, tidak sangka anak sekecil dia, bisa selicik ini.


Cheng Jinshi menahan rahang bawahku, hampir dihancurinya, “Ning Xi, aku benar-benar salah mengenal kamu!”


Api kemarahanku juga memuncak, seharian, aku menemani Xiao Bao main, menemaninya makan, memandikannya, hampir tidak ada yang tidak aku perhatikan tentang dia.


Sekarang, malah mendapatkan balasan seperti ini!


Aku meluruskan leher, “Heh, aku juga salah mengenalmu! Benar-benar tidak tahu apakah diriku buta, kenapa bisa menyukai orang seperti kamu!”


Selesai bicara, aku tidak peduli dengan sakit, mencampakkan tangannya dan hendak pergi.


Tidak sangka, baru saja keluar dari pintu kamar, langsung bertabrakan dengan Song Jiamin, dia berlari masuk dengan wajahnya yang penuh kecemasan, memeluk Xiao Bao, tersedu-sedu: “Sayang, ibu sudah datang, kamu sudah merasa baikan belum?”


Cheng Jinshi mencubit alis, “sudah begitu malam, kenapa kamu datang?”


Dia melihat ke Cheng Jinshi, air matanya mengalir, “Xiao Bao sakit, tadi dia menelponku, Jinshi, aku benar-benar sudah tahu salah, kemarin aku yang kehilangan akal, aku adalah ibu kandung Xiao Bao, bagaimanapun, aku pasti akan merawatnya dengan penuh kasih sayang… … kamu lihat, aku baru pindah keluar beberapa hari, Xiao Bao langsung sakit.”


Aku menghentikan langkah kaki, memandang dengan tatapan dingin, ingin tahu reaksi Cheng Jinshi.


Kedua bibir tipisnya merapat erat, terlihat merasa bersalah, dia belum sempat berkata,, Song Jiamin sudah menyerbu ke dalam pelukannya, “maaf, benar-benar maaf, aku berjanji tidak akan terjadi hal seperti ini lagi… … aku hanya terlalu mencintaimu, ingin cepat-cepat bisa menjadi istrimu yang sah, maafkan aku, boleh?”


Tubuh tegap Cheng Jinshi kaku sejenak, akhirnya mengangkat tangan dan mengelus rambut Song Jiamin, suaranya sedikit serak, “iya.”


Awalnya aku masih tidak bisa mengerti, Xiao Bao hanya seorang anak kecil, bagaimana mungkin tiba-tiba menuduhnya, apalagi bisa dengan sempurna menutupi kebohongannya, ternyata… …begitu, Song Jiamin sudah dari awal merencanakan semua jebakan ini.


Berusaha keras, hanya untuk membuat Cheng Jinshi memaafkannya, kemudian bisa tinggal di rumah lagi.


Cinta benar-benar bisa membutakan seseorang, pria yang dulunya aku puji hingga bagai seorang dewa, juga tidak terkecuali.


Memandang adegan percintaan yang ada di hadapanku, hampir tertawa, tapi, mengapa dadaku terasa pengap, hingga membuatku sesak.


Aku meninggalkan tempat itu dengan jiwaku yang melayang, turun tangga, keluar rumah, berjalan di jalan raya tanpa tujuan, bagai orang yang tidak memiliki rumah.


Tapi faktanya memang begitu, aku benar-benar tidak memiliki rumah untuk pulang.


Ibu sudah pergi, aku tidak ada tempat untuk pulang, satu pun tidak ada.


“gila, tidak ada mata?”


Terdengar suara orang yang sedang memaki, diikuti dengan suara klakson yang memekik.


Aku segera sadar kembali, baru sadar diriku menerobos lampu merah, panik dan langsung mundur, tapi tidak tahu terpijak apa, aku langsung terjatuh.


Anakku!


Aku langsung mengulurkan tangan bertopang pada sebuah mobil Sedan, tapi tetap terjatuh lagi, perutku terasa sakit, aku pun panik.


Mobil di sampingku, turun seorang supir dengan ekspresi wajah yang buruk, “kamu sengaja ditabrak biar bisa dapat uang?”


Aku khawatir dengan anak di dalam perut, susunan kalimatku agak kacau, “bolehkah bawa aku ke rumah sakit, aku hamil… …aku bukan sengaja, benar-benar bukan!”


Supir belum berbicara, pintu belakang mobil terbuka, turun seorang pria berpakaian santai, datang dan langsung mengangkatku, kemudian memasukkan aku ke dalam mobil.


Dia memarahi supir dengan tidak sabar, “bengong apa lagi, cepat ke rumah sakit.”


Supir segera merespon, mengemudi mobil menuju rumah sakit.


Sepanjang jalan, hatiku terangkat hingga tenggorokan, takut akan terjadi apa-apa pada anak, sampai selesai periksa, dokter mengatakan tidak apa-apa. 


Barulah hatiku kembali ke perut lagi, agak terasa beruntung masih bisa hidup, berkata ke dokter: “terima kasih.”

Dokter melihat sekilas pria berpakaian santai yang ada di sampingku, mengomel: “istrimu sedang hamil, kamu harus mengalah… …”


Terasa wajahku yang memanas, sangat malu, “anda salah paham, kami tidak kenal, tuan ini hanya berbaik hati mengantarku datang ke rumah sakit.”


Di depan pintu rumah sakit, aku menatap pria dengan penuh berterima kasih, “terima kasih, malam ini sudah merepotkan kamu.”


Sekarang, aku baru sadar, wajahnya sangat tampan, saat ini alis dia sedikit terangkat, suaranya pelan, “sama-sama, perkenalkan, nama saya Zhou Ziyu, kamu?”


Aku dengan murah hati berkata: “Ning Xi, Ning artinya tenang, Xi artinya penuh harapan.”


“makna yang cukup bagus.” Dia mengangguk, kemudian bertanya dengan heran: “kamu sedang hamil, kenapa bisa keluar sendirian di waktu ini? Suamimu tidak khawatir?”


Dia menambah dengan merasa bersalah, “hanya sembarang tanya, tidak apa-apa kalau tidak mau jawab.”


Mungkin karena hatiku terlalu sedih dan marah, sangat ingin menemukan seseorang yang bisa diajak curhat, sekarang ada yang bertanya, dan orang ini adalah orang yang barusan membantuku, tidak tahu kenapa aku memercayainya begitu saja, jadi aku pun mengatakan semua masalah malam ini kepadanya tanpa memedulikan apapun.


Selesai bicara, aku mendongak memandang langit gelap dengan penuh ketidaktahuan, “cukup menyedihkan, selain bocah di dalam perutku ini, aku tidak memiliki apa-apa lagi.”


Dia terdiam beberapa saat, berkata dengan halus dan mendalam : “itu karena kamu tidak mau merebutkan apa-apa, masalah di malam ini, terlihat jelas adalah sebuah tuduhan, kenapa kamu pergi dengan begitu menderita? Orang jahat tidak akan dengan mudah puas hanya karena sikapmu yang mengalah.”


Aku menunduk kepala dengan pikiran melayang, menghela nafas, mengganti topik pembicaraan, “boleh minta nomor teleponmu? Kamu kapan punya waktu, aku traktir kamu makan? Kalau bukan karena kamu, malam ini aku tidak tahu harus bagaimana.”


Dia tersenyum santai, “lain kali akan ada kesempatan.”


Aku hanya menganggapnya sebagai respon sopan, tidak berpikir banyak tentang maksud dalam dari kata-kata itu.


Dia ingin mengantarku pulang, aku menolaknya, sudah merepotkannya satu kali, bagaimana boleh merepotkannya lagi.


Mungkin kata-kata Zhou Ziyu menyadarkanku, aku yang awalnya tidak berencana pulang, mengulurkan tangan menghentikan sebuah taksi untuk pulang.


Song Jiamin menjebakku sekali berlanjut sekali, masalah lain boleh dilupakan, tapi tidak terduga, demi menghancurkan pernikahan kami, dia tega melukai Xiao Bao, dan Cheng Jinshi bahkan bisa memaafkannya.


Mungkin, hanya aku yang masih terus mengingat masalah itu, karena yang dihancurkan oleh masalah ini adalah pernikahan yang paling aku hargai dulu. 


Cheng Jinshi bisa memaafkannya, tapi aku, tidak akan.

Novel Terkait

Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu