Cintaku Pada Presdir - Bab 147 Tidak Mengerti Apa Yang Sedang Dia Pikirkan

Setelah beberapa saat, Chen Lin turun untuk memanggil Cheng Jinshi menghadiri rapat.

Setelah Cheng Jinshi pergi, aku duduk di atas kursi dan mulai memarahi diriku, aku benar-benar bodoh, apakah dari dalam hati aku masih berharap dia bisa menganggap aku sebagai istrinya?

Aku menghela sebuah nafas ringan, kemudian aku pun memaksa aku untuk mulai bekerja dengan serius.

Pada siang hari, aku makan di kantin perusahaan dengan buru-buru sebelum kembali lanjut menyelesaikan desain.

Aku bersikap memaksa dengan desain aku sendiri, aku harus membuatnya sampai sangat sempurna.

Walaupun aku tahu aku sedang bekerja untuk keluarga Cheng atau keluarga Su, aku tetap tidak ingin bersikap sembarangan.

Pada saat menjelang jam pulang kerja, aku mempercepat kecepatanku dan mengakhiri pekerjaan.

Setelah selesai menghadiri acara reuni, aku akan berlanjut menyelesaikan pekerjaan yang sisa.

Sebenarnya, bukan hanya Cheng Jinshi saja yang cemas dengan proses proyek ini, aku sendiri juga cemas.

Aku juga ingin menyelesaikan proyek ini secepat mungkin, aku tidak ingin berhubungan dengan Cheng Jinshi ataupun Qin Yuming lagi.

"Tok Tok---"

Pada saat aku sedang mematikan komputer, ada seseorang mengetuk pintu ruanganku.

Aku mengira anggota tim proyekku, sehingga aku berkata 'masuk' tanpa mengangkat kepala.

"Apakah kamu sudah selesai sibuk?"

Pintu ruanganku terbuka dan aku mendengar suara pria yang berat.

Aku mengangkat kepalaku dan melihat Cheng Jinshi berdiri di depan aku, "Bukannya kamu berkata akan menunggu aku di parkiran?"

Kenapa malah datang ke ruanganku lagi?

Cheng Jinshi menatap aku dengan dalam, "Bukannya kamu tidak ingin aku menunggu kamu di parkiran?"

Pipiku terasa sedikit panas ketika dia melihat semua pemikiran aku dengan jelas, aku berusaha berpura-pura seperti tidak peduli dan menyimpan ponselku ke dalam tas, kemudian aku mengambil laptopku, "Kamu terlalu banyak berpikir"

Sambil berkata, aku pun keluar dari ruangan.

Aku tidak menyangka dia bisa sengaja datang menjemput aku.

Tatapan tajam dia yang seperti elang menatap aku dari belakang membuat bagian belakangku terasa kaku.

Semua anggota tim proyek melihat kami berdua berjalan keluar dengan aku di depan dan dia di belakang, aku mempercepat langkah aku dan masuk ke dalam elevator, Cheng Jinshi pun bergegas mengikuti aku.

Sekarang adalah jam pulang kerja, di sepanjang jalan, banyak karyawan masuk ke dalam elevator juga.

Aku terus mundur ke belakang, akhirnya tubuhku menempel dekat ke dada Cheng Jinshi, aku bisa merasakan detak jantung dia dengan jelas.

Karena ingin menjauhinya, aku berusaha maju ke depan, tetapi dia malah menarik lenganku dan aku pun terjatuh dalam pelukan dia begitu saja, kemudian dia berbisik di telingaku, "Mengapa kamu sembunyi?"

Dia berbicara dengan nafasnya, sehingga selain aku tidak ada yang mendengar kata-katanya.

Aku merasa seperti sedang masrahan di depan umum.

Wajahku memanas, bagian belakang tubuhku yang menempel di dadanya terasa jauh lebih panas juga, lenganku yang dipegang dia terasa seperti sudah mau terbakar.

Setiap detik setiap menit terasa sangat susah, sambil menghalang karyawan lain menyadari keanehan kita, aku terus menatap ke lantai elevator menuju.

"Ting-----------"

Setelah suara petunjuk, elevator akhirnya tiba di parkiran lantai bawah tanah.

Aku melepaskan tangan Cheng Jinshi dan bergegas keluar, "Buat apa kamu ikut masuk ke elevator ini?"

Perusahaan ini memiliki elevator VIP yang khusus untuk para atasan.

Tangan Cheng Jinshi yang didorong olehku terhenti di udara, dia juga bergegas keluar dari elevator dan berkata dengan dingin sambil membuka pintu mobi; "Naik"

Aku mengangguk dan masuk ke dalam mobil, kemudian memakai sabuk pengaman.

Tanpa peduli dia membawa aku pegi ke mana, aku terus menoleh ke pemandangan di luar jendela.

Tidak tahu setelah berapa lama, dia tiba-tiba berkata : "Sekarang kamu sudah tidak memiliki hal yang mau katakan kepadaku?"

Hatiku tiba-tiba terasa sakit, "Kita masih bisa bicara tentang apa?"

Setelah beberapa saat, aku senyum dan berkata : "Oh iya, aku akan menyelesaikan proyek itu secepatnya, aku akan lembur dalam beberapa hari selanjutnya, presiden Cheng silahkan tenang saja"

Tangan dia yang sedang memegang penyetir mobil pun mengerat hingga kukunya terlihat putih, ekspresinya juga terlihat sangat tidak senang, seolah-olah dia sedang berusaha menahan emosi.

"Yang bisa kita bicarakan hanya ini?"

"Kalau tidak?" Aku bertanya dengan nada suara datar.

Masih bisa berkata tentang apa?

Aku juga sedang bertanya kepada diriku.

Hubungan cinta yang dipenuhi dengan air mata, aku yang sudah dipenuhi dengan bekas luka, sama sekali tidak bisa kembali mengejar dia seperti dulu.

Sekarang, yang bisa aku lakukan hanyalah menyelesaikan proyek ini dengan baik dan menemani anakku.

Suasana di dalam mobil menjadi tegang dan dingin tanpa suara, sementara kita berdua sepertinya sama sekali tidak menyadari hal itu.

Mobil berhenti di depan sebuah hotel kelas tinggi.

Kami turun dari mobil secara bersamaan, setelah melempar kunci ke karyawan parkir, Cheng Jinshi berjalan ke sisiku dan menatap aku dengan tatapan dingin, "Apakah kamu sudah tidak bisa tersenyum?"

Setelah melamun sejenak, aku baru mengerti maksud dia.

Hatiku terasa agak pahit, aku menarik nafas yang dalam sebelum memperlihatkan sebuah senyuman yang tidak jelek kepada Cheng Jinshi, "Apakah begini sudah bisa?"

Dia menginginkan istri yang baik, aku akan memberikannya.

Awalanya aku mengira acara ini adalah acara reuni bisnis, tetapi tidak menyangka, aku melihat Song Jing di dalam ruangan.

Song Jing sama sekali tidak terlihat kaget, dia malahan melambaikan tangannya kepada aku dengan senyuman, "Kakak ipar, akhirnya kamu sudah datang, kami semua sedang menunggu kamu!"

Apakah acara ini adalah acara reuni teman?

Pada saat aku sedang merasa ragu, Song Jing bercanda kepada yang lain: "Ini adalah kakak ipar, cepat sungkem (hormat) dengannya!"

Semua orang melamun sejenak sebelum menyapa aku.

"Salam kenal kakak ipar, kakak ipar kamu benar-benar sangat cantik!"

"Kakak ipar, apakah macet tadi?"

"Kakak ipar, bagaimana perasaan kamu bersama dengan pria yang tidak asyik?"

Cheng Jinshi membawa aku duduk, aku merasa sedikit kaget, ini adalah pertama kali dia membawa aku menjumpai temannya.

Mau seberapa jelek pernikahan kami, aku juga tidak boleh memalukan dia di luar.

Sehingga aku memasang senyuman ringan, "Tidak, dia lumayan baik kok"

Kemudian semua orang pun tertawa, Song Jing mulai menuangkan anggur merah untuk kami.

Mereka semua lumayan ramah, suasana pun sangat ramai.

Pada saat sedang makan, salah satu pria mengangkat gelasnya dan menghadapi aku :"Kakak ipar, semoga hubungan kamu dan Jinshi bisa semakin baik dan dalam"

Gerakan aku berhenti, dadaku terasa sedikit tertekan, bagaimana hubungan yang tidak memiliki cinta bisa semakin baik?

Aku menjilat bibirku sebelum menjawab, "Maaf ya, aku tidak bisa minum alkohol"

Setelah hamil, aku sama sekali tidak menyentuh alkohol lagi, selain itu aku masih harus lanjut bekerja setelah pulang.

"Mengapa?"

Cheng Jinshi yang berada di sisiku tiba-tiba membantu aku dan bersuara, "Dia sedang mengandung anak kedua kami, aku membantu dia minum saja"

"Selamat!"

"Pei Pei, kecepatan ini benar-benar hebat, selamat!"

............

Napasku hampir berhenti, aku menoleh ke Cheng Jinshi.

Dia sudah tahu anak di kandunganku adalah anaknya?

Tetapi, dia tidak pernah bertanya kepadaku, bahkan.... tidak merasa bahagia sedikit pun.

Selain itu, bagaimana dia mengetahui hal ini, Qin Yuming yang memberi tahu dia lagi?

Hal ini membuat aku terasa terhina, masalah seperti ini saja Qin Yuming bisa menggantikan, dia benar-benar hebat.

"Pelayan, berikan kami beberapa botol bir lagi" Song Jing memanggil pelayan dengan senang sebelum menambah. "Kehamilan kakak ipar merupakan masalah yang patut dirayakan, malam ini tidak ada yang bisa pulang sampai kita semua sudah mabuk!"

Semua teman pun sibuk mengangkat gelas dan menghadap ke Cheng Jinshi.

Sementara Cheng Jinshi juga tidak menolak ajakan mereka.

Aku takut dia bisa merasa kesusahan kalau minum terlalu banyak, akhirnya aku menarik lengan baju dia, tetapi dia mendorong aku tanpa mengubah ekspresinya.

Aku semakin tidak mengerti apa yang sedang pria ini pikirkan.

"Kalian minum dulu, aku pergi ke kamar mandi sebentar"

Aku meninggalkan tempat dan berjalan ke kamar mandi dengan hati yang kosong.

Novel Terkait

Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu